Aktifitas Bursa Saham - Panji 3.jpg
Tren Pasar

Langkah IHSG di Paruh II-2025 Diprediksi Terjal, Geopolitik Jadi Pemberat Utama

  • Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksi menghadapi jalan terjal pada paruh kedua tahun 2025. Sejumlah sentimen negatif, terutama dari faktor eksternal, membayangi pergerakan pasar saham domestik dan berisiko menekan indeks lebih dalam.

Tren Pasar

Alvin Bagaskara

JAKARTA – Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksi menghadapi jalan terjal pada paruh kedua tahun 2025. Sejumlah sentimen negatif, terutama dari faktor eksternal, membayangi pergerakan pasar saham domestik dan berisiko menekan indeks lebih dalam.

Terdekat, perhatian investor akan terpusat pada keputusan dua bank sentral utama. Bank Indonesia (BI) akan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 17–18 Juni 2025, di mana analis memperkirakan suku bunga acuan akan dipertahankan di level 5,50%.

Pada saat yang sama, bank sentral AS, The Federal Reserve, juga menggelar rapat FOMC yang keputusannya sangat dinanti pasar global. Selain itu, ketegangan antara Iran dan Israel yang memuncah pada akhir pekan lalu juga menjadi bayang-bayang laju IHSG. 

Pengamat Pasar Modal Universitas Indonesia, Budi Frensidy, menilai eskalasi konflik Iran-Israel menjadi hambatan terbesar bagi IHSG. Kondisi ini bisa menggagalkan upaya indeks menembus level 7.500. "Bahkan, jika konflik berkepanjangan, indeks bisa jatuh di bawah 7.000," tegas Budi dalam keterangannya dikutip pada Senin, 16 Juni 2025.

Sinyal tekanan tersebut sudah tercermin dari pergerakan pasar, di mana transaksi harian selama empat hari perdagangan usai libur Idul Adha justru menurun 5,21% menjadi Rp16,24 triliun, dari sebelumnya Rp17,14 triliun.

Meski begitu, frekuensi transaksi harian naik 3,98% menjadi 1,42 juta kali, menandakan masih aktifnya pelaku pasar, terutama investor ritel. Volume transaksi harian juga meningkat signifikan sebesar 15,52% menjadi 28,05 miliar saham dari 24,28 miliar saham.

Dengan demikian, IHSG berhasil ditutup naik 0,74% ke level 7.166,065 dari 7.113,425 pada pekan sebelumnya. Seiring dengan itu, kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia (BEI) tumbuh 0,92% menjadi Rp12.495 triliun, naik dari posisi pekan sebelumnya sebesar Rp12.381 triliun.

Sementara itu, investor asing mencatatkan beli bersih sebesar Rp478,76 miliar pada pekan ini. Namun, sepanjang 2025 mereka masih mencatatkan jual bersih senilai Rp48,58 triliun, menandakan sikap hati-hati terhadap pasar domestik.

Efek Domino di Pasar Komoditas

Di samping itu, VP Marketing, Strategy, and Planning Kiwoom Sekuritas Indonesia, Oktavianus Audi, menekankan ketegangan geopolitik berpotensi memicu lonjakan harga komoditas energi seperti minyak mentah dan gas alam cair (LNG), serta aset aman (safe haven) seperti emas.

"Kenaikan harga minyak akan mendorong inflasi global. Ini berisiko memicu arus dana keluar (capital outflow) dari pasar saham Indonesia karena investor beralih ke aset yang lebih aman," ujar Audi, pada Minggu, 15 Juni 2025.

Perlu dipahami, kata Audi, ketegangan Iran dan Israel dapat menyebabkan gangguan pasokan minyak. Pasalnya, Iran sendiri tercatat sebagai negara yang produksinya mencapai 3,2 juta barel per hari, sehingga potensi gangguan darinya dapat mengguncang pasar energi global dan menekan perekonomian negara-negara pengimpor.

Ruang Kebijakan BI Menyempit

Selain itu, dampak dari gejolak eksternal ini secara langsung mempersempit ruang gerak Bank Indonesia. Potensi kenaikan inflasi dan pelemahan nilai tukar rupiah akibat ketidakstabilan global mengakibatkan BI sulit untuk melanjutkan pelonggaran kebijakan moneternya.

Audi menambahkan, ekspektasi pasar yang melihat The Fed hanya akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin tahun ini semakin membatasi peluang BI untuk menurunkan BI-Rate. Dengan kondisi tersebut, prospek IHSG hingga akhir tahun diperkirakan tumbuh moderat. Audi memproyeksikan indeks akan bergerak di rentang 7.500–7.700.

Sementara itu, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, memaparkan skenario teknikal dengan level optimistis di 7.609 dan level pesimistis atau support di 6.994 jika tekanan jual berlanjut.