
Laba TINS Kuartal I-2025 Naik Hampir 4 Kali Lipat, Tapi Target Saham Dipangkas
- PT Timah Tbk (TINS) mencatat lonjakan laba bersih 295% pada kuartal I-2025. Namun, BRI Danareksa memangkas target harga saham TINS dari Rp2.300 menjadi Rp1.300 karena kekhawatiran atas fundamental dan tekanan produksi.
Korporasi
JAKARTA – Emiten tambang plat merah, PT Timah Tbk (TINS) mengawali 2025 dengan lonjakan laba bersih hampir empat kali lipat pada kuartal pertama. Namun, pencapaian itu belum cukup mengangkat sentimen analis. BRI Danareksa Sekuritas justru memangkas tajam target harga saham TINS dari Rp2.300 menjadi Rp1.300 per saham.
Dalam riset yang dirilis pada Senin, 5 Mei 2025, analis BRI Danareksa Sekuritas, Naura Reyhan Muchlis dan Timothy Wijaya menyebut lonjakan laba bersih TINS sebesar 295,59% menjadi Rp116,86 miliar belum mencerminkan kekuatan fundamental yang berkelanjutan. Realisasi kinerja dinilai masih di bawah estimasi awal mereka.
Info saja, kinerja kuartal I-2025 memang ditopang oleh kenaikan harga jual rata-rata logam timah sebesar 20% menjadi US$32.495 per ton. Namun di saat bersamaan, produksi justru anjlok 31% menjadi 3.095 ton. Volume penjualan juga menyusut dari 3.524 ton menjadi 2.874 ton akibat cuaca ekstrem.
- Ekonomi Kuartal I 2025 Melempem, Apindo Usulkan 4 Solusi Agar Tumbuh di Atas 5 Persen
- Melawan Arus! Saham Bank Permata Melejit 100% Saat Saham Bank Lain Tertekan
- Prakiraan Cuaca Besok dan Hari Ini 06 Mei 2025 untuk Wilayah DKI Jakarta
Imbas dari tekanan produksi ini mendorong BRI Danareksa merevisi proyeksi kinerja TINS untuk sepanjang 2025. Target produksi dipangkas dari 22.000 ton menjadi 18.600 ton, sedangkan volume penjualan disesuaikan dari 20.680 ton menjadi 17.670 ton. Estimasi cash cost juga dinaikkan dari US$17.000 menjadi US$20.000 per ton.
Sebaliknya, proyeksi harga jual dinaikkan tipis menjadi US$29.000 per ton dari sebelumnya US$28.000, lebih konservatif dari realisasi harga kuartal I. Namun, menurut analis, reli harga komoditas ini tidak cukup mengimbangi tekanan dari sisi volume dan biaya operasional yang membengkak.
Dampak revisi menyeluruh itu membuat proyeksi pendapatan TINS tahun ini diturunkan dari Rp11,61 triliun menjadi Rp10,21 triliun. Laba bersih 2025 pun dipangkas dari Rp1,62 triliun menjadi Rp903 miliar. Margin laba bersih juga terkoreksi dari 14% menjadi hanya 8,8%.
Secara historis, kinerja TINS kuartal I tetap mencerminkan perbaikan. Pendapatan naik menjadi Rp2,09 triliun dari Rp2,05 triliun pada periode sama tahun lalu. Laba bruto turut meningkat menjadi Rp382,43 miliar. Beban pokok pendapatan berhasil ditekan menjadi Rp1,72 triliun dari Rp1,76 triliun.
Efisiensi ini sebagian besar berasal dari penurunan beban bahan baku bijih timah, jasa pihak ketiga, dan depresiasi. Laba sebelum pajak naik signifikan menjadi Rp165,12 miliar dari Rp49,12 miliar, sementara laba per saham ikut melonjak dari Rp4 menjadi Rp16 per lembar saham.
Selain dari sisi laba, TINS juga menunjukkan perbaikan likuiditas. Arus kas bersih dari aktivitas operasi tercatat positif sebesar Rp261,4 miliar, berbalik dari arus kas negatif Rp260,6 miliar pada kuartal I tahun lalu. Ini mencerminkan peningkatan efisiensi kas dan pengendalian modal kerja yang membaik.
Meski demikian, BRI Danareksa Sekuritas menilai keberhasilan kuartal I lebih banyak ditopang oleh faktor harga eksternal ketimbang kekuatan struktural internal. Selama risiko cuaca dan ketidakpastian produksi belum teratasi, prospek jangka pendek TINS dinilai masih mengandung volatilitas tinggi.
Rekomendasi beli memang tetap dipertahankan oleh BRI Danareksa. Namun, dengan valuasi yang lebih konservatif, investor diimbau mencermati dinamika volume, margin, dan tren harga global secara bersamaan sebelum mengambil posisi lebih lanjut di saham emiten logam ini.
Sementara itu, dari lantai bursa, pada penutupan perdagangan kemarin, saham TINS ditutup menguat 0,45% ke level Rp1.110 per saham. Demikian juga secara year to date, saham ini melesat tipis 2,30%.