
Laba Jasa Marga Tergerus, Ini Daftar 5 Proyek Tol Raksasa Penyebabnya
- Laba Jasa Marga (JSMR) anjlok 20% di paruh pertama 2025. Ternyata, ini bukan kabar buruk. Simak penyebab utamanya di balik 5 proyek tol raksasa.
Tren Pasar
JAKARTA – Emiten BUMN operator jalan tol, PT Jasa Marga Tbk (JSMR), melaporkan adanya penurunan laba bersih sebesar 20% secara tahunan pada paruh pertama 2025. Laba perseroan tercatat sebesar Rp1,87 triliun, lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu.
Sekilas, angka ini mungkin terlihat mengkhawatirkan. Namun, penurunan laba ini ternyata bukan disebabkan oleh bisnis inti yang melemah. Penyebab utamanya adalah 'bengkak'-nya sejumlah beban, terutama biaya konstruksi yang sangat besar.
Ternyata, Jasa Marga saat ini sedang dalam fase 'bakar uang' untuk investasi jangka panjang, yaitu membangun lima proyek jalan tol raksasa secara serentak. Inilah yang menjadi pedang bermata dua bagi kinerja keuangan perseroan.
Kondisi ini tentu menimbulkan pertanyaan besar bagi para investor yang mencermati saham BUMN ini. Lantas, proyek apa saja yang menjadi penyebabnya dan bagaimana kondisi fundamental JSMR sebenarnya?
1. Rapor Keuangan: Laba Terkoreksi, Beban Membengkak
Fakta utamanya adalah laba bersih JSMR terkoreksi 20% menjadi Rp1,87 triliun. Penurunan ini didorong oleh meningkatnya beban tol dan usaha lainnya yang mencapai Rp3,89 triliun, serta beban konstruksi yang angkanya mencapai Rp3,43 triliun.
Kombinasi dari meningkatnya beban-beban operasional inilah yang menggerus pendapatan perusahaan. Meskipun begitu, perlu dicatat bahwa tekanan ini lebih disebabkan oleh aktivitas ekspansi, bukan karena penurunan fundamental pada bisnis utamanya.
2. Sisi Terang: Bisnis Inti (Pendapatan Tol) Tetap Tumbuh
Di balik tekanan pada laba, ada sisi terang yang sangat penting. Bisnis inti Jasa Marga, yaitu pendapatan dari jalan tol, justru tercatat tetap tumbuh kuat. Pendapatan dari sektor ini berhasil naik dari Rp8,37 triliun menjadi Rp8,78 triliun.
Pelemahan pada total pendapatan perusahaan sebenarnya lebih disumbang oleh menurunnya pendapatan dari lini bisnis konstruksi. Hal ini menunjukkan bahwa 'mesin uang' utama JSMR yang bersifat jangka panjang sebenarnya masih berjalan dengan sangat sehat.
3. 'Biang Kerok'-nya: 5 Proyek Tol Raksasa yang Sedang Dikebut
Inilah 'biang kerok' utama di balik tingginya biaya yang harus ditanggung JSMR. Perusahaan saat ini sedang 'mengebut' pengerjaan lima proyek jalan tol strategis secara bersamaan, yang progresnya pun sudah di tahap akhir.
Kelima proyek tersebut adalah Tol Jakarta-Cikampek II Selatan, Tol Akses Patimban, Tol Yogyakarta-Bawen, Tol Solo-Yogyakarta, dan Tol Probolinggo-Banyuwangi. Proyek-proyek ini membutuhkan investasi yang sangat besar sebelum bisa menghasilkan pendapatan.
4. Tantangan Finansial: Tumpukan Utang Rp87 Triliun
Membangun infrastruktur raksasa tentu membutuhkan modal yang tidak sedikit. Konsekuensinya, posisi liabilitas atau total utang Jasa Marga terus membengkak hingga kini mencapai Rp87,1 triliun, naik dari Rp83,18 triliun pada tahun sebelumnya.
Direktur Utama Jasa Marga, Rivan Achmad Purwantono, mengakui besarnya kebutuhan investasi ini. “Dari sisi Jasa Marga sendiri, sudah menyiapkan perencanaan secara matang. Tinggal, menunggu dukungan pemerintah terhadap investasi di seluruh proyek,” ujarnya pada Senin, 28 Juli 2025.
5. Sakit Jangka Pendek untuk Sehat Jangka Panjang
Meskipun kinerja semester pertama ini belum memuaskan, manajemen JSMR tetap optimistis. Kondisi saat ini dapat diibaratkan sebagai 'sakit jangka pendek untuk sehat jangka panjang'. Beban besar yang dikeluarkan sekarang adalah investasi untuk masa depan.
Setelah kelima proyek tol raksasa ini selesai dan mulai beroperasi, Jasa Marga akan memiliki 'keran-keran' pendapatan baru yang akan mengalir selama puluhan tahun ke depan. Inilah yang menjadi pertaruhan dan prospek jangka panjang dari saham JSMR.