
Laba BSI Naik Double Digit di Kuartal-I, Strategi Bank Emas Perkuat Pertumbuhan
- Salah satu gebrakan BSI pada awal tahun ini adalah peluncuran layanan bullion bank. BSI menjadi bank syariah pertama dan satu-satunya di Indonesia yang memiliki izin sebagai bank emas.
Perbankan
JAKARTA - PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) berhasil mencatatkan kinerja impresif sepanjang kuartal pertama 2025. Di tengah dinamika ekonomi global dan tekanan pasar, BSI tidak hanya membukukan laba bersih yang tumbuh dua digit, namun juga menunjukkan keberhasilan dalam strategi diferensiasi melalui peluncuran layanan bank emas atau bullion bank pertama di Indonesia.
Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama BSI, Bob Tyasika Ananta, menjelaskan bahwa kondisi ekonomi makro Indonesia pada kuartal I 2025 menunjukkan ketahanan yang cukup kuat, meskipun menghadapi tekanan global yang terus membayangi.
“Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan mencapai 5,11% secara tahunan (year-on-year), ditopang oleh konsumsi selama Ramadan dan Idulfitri, serta stimulus fiskal seperti diskon tarif listrik, subsidi pangan, dan bantuan transportasi,” ujar Bob dalam konferensi pers paparan kinerja BSI, Rabu, 30 April 2025.
- Korupsi BJB dan Bank Jatim Terkuak, OJK 'Beres-beres' BPD
- Jejak Perjuangan Buruh Indonesia, Dari Semaun sampai Marsinah
- Rasio Dividen Himbara Kompak Naik: Berkah untuk Investor, Aman untuk Bisnis?
Selain itu, inflasi inti masih terkendali di level 2,48% per Maret 2025. Bob menjelaskan bahwa meskipun insentif pemerintah akan berakhir pada April dan Mei, koordinasi kebijakan fiskal dan moneter dinilai mampu menjaga inflasi dalam target 2,5% ±1%.
Suku Bunga Bertahan, Ruang Pelonggaran Terbatas
Terkait kebijakan moneter, Bob mengungkapkan bahwa suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) tetap di level 5,75% sejak Januari 2025, setelah sebelumnya turun 25 basis poin. Langkah ini dinilai penting untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah dan inflasi.
“Penetapan ini bertujuan menjaga volatilitas nilai tukar rupiah dan inflasi agar tetap terkendali,” tambahnya.
Namun, ia mengingatkan bahwa ruang untuk pelonggaran kebijakan moneter ke depan semakin terbatas, terutama mengingat tren suku bunga global yang mulai menurun namun belum sepenuhnya stabil.
Perbankan Syariah Tumbuh Lebih Cepat dari Konvensional
Dalam skala industri, perbankan syariah menunjukkan performa yang lebih cepat dibandingkan bank konvensional. Pada Januari 2025, aset industri perbankan syariah tumbuh 9,20% yoy, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan perbankan nasional sebesar 6,34%.
“Dana pihak ketiga (DPK) syariah juga meningkat 9,28% dibandingkan perbankan nasional sebesar 5,51%,” ujar Bob.
Meski market share industri syariah terhadap total perbankan nasional mengalami sedikit penurunan di sisi aset menjadi 7,44%, BSI berhasil memperluas pangsa pasarnya.
Kinerja Keuangan BSI Melaju Positif di Semua Lini
BSI mencatatkan pertumbuhan aset sebesar 12,01% yoy menjadi Rp401 triliun pada akhir Maret 2025. Pembiayaan tumbuh signifikan 16,21% menjadi Rp287 triliun, sementara DPK naik 7,40% menjadi Rp319 triliun. Posisi kas BSI juga diperkuat menjadi Rp195 triliun.
“Fee-based income kami tumbuh double digit sebesar 39,3% menjadi Rp1,71 triliun. Ini menjadi salah satu pendorong laba bersih kami yang tumbuh 10,05% year on year menjadi Rp1,87 triliun,” jelas Bob.
Direktur Keuangan dan Strategi BSI, Ade Cahyo Nugroho, menambahkan bahwa pencapaian ini mencerminkan pertumbuhan yang berkualitas.
“Tidak banyak bank yang mampu mencatatkan pertumbuhan profitabilitas double digit dalam situasi market yang menantang seperti sekarang. Ini menandakan bahwa pertumbuhan BSI merupakan pertumbuhan yang berkualitas,” ungkap Cahyo.
Strategi Bank Emas: Diferensiasi Produk yang Sukses
Salah satu gebrakan BSI pada awal tahun ini adalah peluncuran layanan bullion bank. BSI menjadi bank syariah pertama dan satu-satunya di Indonesia yang memiliki izin sebagai bank emas.
“BSI kini menjadi bank emas pertama dan satu-satunya yang menyediakan layanan solusi emas paling lengkap di Indonesia,” ujar Cahyo.
Layanan emas BSI kini mencakup pembelian emas, penitipan, penjualan, pembiayaan, hingga simpanan emas. Langkah ini memperkuat posisi BSI sebagai bank syariah modern yang inklusif.
Inovasi Digital: Beli Emas Mulai dari Rp100 Ribu
Melalui aplikasi digital BYOND, BSI juga memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk berinvestasi emas mulai dari Rp100 ribu atau sekitar 0,05 gram.
“Banyak yang bertanya, beli emas harus 1 gram? Tidak. Di BYOND bisa mulai dari 0,05 gram. Jadi sangat inklusif,” ujar Cahyo.
Hasilnya, jumlah pengguna layanan emas BSI melonjak drastis. Pembiayaan emas tumbuh lebih dari 80%, dan pembelian emas secara cicilan naik hingga 170%. Jumlah rekening emas mencapai hampir 140 ribu per April 2025, namun masih menyisakan potensi besar mengingat jumlah nasabah BSI mencapai 22 juta.
“Pertumbuhan fee-based income dari bisnis gadai emas kami mencapai hampir 50% year on year,” tambah Cahyo.
Layanan Haji: Potensi Sumber Dana Pihak Ketiga
Layanan haji juga menunjukkan pertumbuhan yang menggembirakan. Pada Maret 2025, jumlah pendaftar haji melalui BSI mencapai rekor 111 ribu dalam satu bulan, jauh di atas rata-rata bulanan 30–50 ribu.
“Dari sekitar 243 juta penduduk Indonesia, baru sekitar 11 juta yang memiliki rekening haji. Ini adalah peluang besar bagi BSI untuk memperluas layanan haji,” kata Cahyo.
BSI menargetkan potensi pertumbuhan rekening haji sebesar 1,2–1,5 juta per tahun, yang sekaligus memperkuat basis DPK jangka panjang.
Baca Juga: Antrean Haji Bisa Sampai 47 Tahun, Mega Syariah Tawarkan Cicilan untuk Berangkat Lebih Cepat
Segmen Pembiayaan Tumbuh Seimbang dan Berkualitas
Direktur Manajemen Risiko BSI, Grandhis Helmi Harumansyah, mengungkapkan bahwa pertumbuhan pembiayaan sebesar 16,21% yoy pada kuartal I 2025 mencerminkan proses intermediasi yang optimal.
“Pertumbuhan pembiayaan di BSI pada kuartal pertama tahun ini tumbuh sebesar 16,21% yoy, dan ini menunjukkan intermediasi yang kami lakukan berjalan dengan baik,” ujarnya.
Seluruh segmen mengalami pertumbuhan double digit: segmen wholesale tumbuh 17,27%, retail 14,92%, dan consumer 16,08%.
Produk cicil emas bahkan mencatat lonjakan pembiayaan hingga 168% yoy, seiring meningkatnya minat masyarakat terhadap investasi emas.
Kualitas Pembiayaan Terjaga, NPF Tetap Rendah
Meskipun mencatat pertumbuhan tinggi, BSI tetap mampu menjaga kualitas pembiayaan. Rasio Non-Performing Financing (NPF) gross BSI per Maret 2025 hanya 1,88%.
“Ini menunjukkan bahwa pembiayaan kami tetap sehat dan terkendali,” tegas Grandhis.
Financing at Risk (FAR) tercatat sebesar 7,18%, sementara biaya risiko atau cost of credit berada di angka rendah, yaitu 0,93%.
Likuiditas dan Efisiensi Terjaga
BSI juga berhasil menjaga likuiditas dan efisiensi. Cash coverage per Maret 2025 mencapai 194,69%, mencerminkan posisi keuangan yang kuat.
Sementara itu, pertumbuhan dana murah juga menguat. Tabungan tumbuh 9,34% yoy menjadi Rp137 triliun, dengan komposisi mencapai 42% dari total DPK. Porsi tabungan wadiah meningkat menjadi 40%, menunjukkan preferensi nasabah terhadap akad non-komersial.
Fee-Based Income Didukung Tiga Pilar
Fee-based income BSI yang tumbuh 39,3% hingga Rp1,71 triliun pada kuartal I 2025 ditopang oleh tiga lini utama: bisnis gadai, e-channel, dan treasury.
“Bisnis gadai mencatat rekor dengan pertumbuhan sebesar Rp113 miliar secara bulanan dibandingkan Maret 2024. Selain itu, e-channel seperti mobile banking dan ATM juga berkontribusi besar dalam peningkatan fee income,” jelas Grandhis.
Sementara dari sisi treasury, pendapatan fee-based didorong oleh aktivitas surat berharga yang aktif.
- Kasus Hukum Terpa Sritex Usai PHK Massal: Dugaan Korupsi Kredit Bernilai Triliunan
- BI Tahan Suku Bunga, IHSG Menguat Ditopang PANI dan Bank BUMN
- Pemerintah Mengaku yang Minta LG Hengkang dari Proyek Baterai RI
Menuju Bank Syariah Modern dan Inklusif
Keberhasilan BSI dalam mencatatkan pertumbuhan profitabilitas, menjaga kualitas aset, serta menghadirkan inovasi layanan menjadi bukti transformasi BSI menuju bank syariah modern.
“BSI bukan hanya tumbuh secara angka, tapi juga menjaga kualitas dan keberlanjutan pertumbuhan di setiap lini bisnis,” ungkap Cahyo.
Grandhis menambahkan bahwa strategi pembiayaan yang terfokus dan monitoring yang disiplin menjadi kunci keberhasilan BSI dalam menjaga keseimbangan antara ekspansi dan kualitas.
“Strategi ini kami imbangi dengan disiplin monitoring sampai ke level tim di lapangan. Hasilnya, kualitas pembiayaan baru (new booking) tahun 2025 sangat baik. Untuk segmen wholesale, seluruhnya berada di kolektibilitas 1, sementara retail 99,96% dan consumer 99,98% berada di kategori lancar,” ujarnya.