Menara BCA.jpeg
Perbankan

Laba Bersih BCA Tumbuh 17 Persen, tapi Biaya Kredit Harus Diwaspadai

  • Secara kumulatif, CoC BBCA selama 4M25 tercatat sebesar 0,42%, turun dari 0,53% pada 4M24. Meski menurun, angka ini masih lebih tinggi dibandingkan target manajemen untuk tahun 2025, yang berada di kisaran 0,3%.

Perbankan

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) membukukan kinerja keuangan yang cukup solid selama empat bulan pertama tahun 2025. Laba bersih bank only tercatat tumbuh sebesar 17% secara tahunan (yoy) menjadi Rp20,2 triliun. Namun demikian, sejumlah indikator menunjukkan performa yang campuran (mixed), termasuk penurunan laba bulanan di April dan Cost of Credit (CoC) yang masih lebih tinggi dari panduan manajemen.

Hal ini diungkapkan oleh Edi Chandren, Investment Analyst Lead di Stockbit, yang mencermati berbagai aspek kinerja BBCA berdasarkan laporan terbaru perusahaan.

Pada April 2025, BBCA mencatatkan laba bersih bank only sebesar Rp4,5 triliun. Angka ini mengalami penurunan sebesar 8,2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, dan bahkan turun 33% dibandingkan Maret 2025.

Meski begitu, secara kumulatif selama Januari hingga April 2025 (4M25), laba bersih bank only BBCA tetap tumbuh 17% yoy menjadi Rp20,2 triliun. Jika mengesampingkan dividen dari anak usaha, pertumbuhan laba bersih BBCA tercatat sebesar 9,6% yoy, sedikit di atas estimasi konsensus tahun penuh (FY25F) yang berada pada 6,3% yoy.

“Kami menilai kinerja BBCA selama 4M25 sebagai performa yang mixed. Di satu sisi ada pertumbuhan laba yang cukup kuat, namun ada pula tekanan dari beberapa aspek, terutama pada sisi biaya kredit,” ujar Edi Chandren melalui hasil riset Stockbit, dikutip Senin, 19 Mei 2025.

Dividen Anak Usaha Dorong Non-Interest Income

Salah satu pendorong utama pertumbuhan laba BBCA selama 4M25 adalah penerimaan dividen dari anak usaha sebesar Rp2,2 triliun yang masuk pada Maret 2025. Hal ini mendorong pendapatan Non-Interest Income (Non-II) tumbuh signifikan, sebesar 26% yoy.

Namun, Edi menjelaskan bahwa penerimaan dividen tersebut hanya tercatat pada laporan keuangan bank only, dan akan dieliminasi pada laporan keuangan konsolidasi.

“Jika mengecualikan kontribusi dividen tersebut, maka pertumbuhan Non-II hanya mencapai 9% yoy, dan pertumbuhan laba bersih juga turun ke 9,6% yoy,” jelasnya.

CASA Ratio Tinggi, NIM Sejalan dengan Panduan

BBCA juga menunjukkan performa positif dari sisi pendapatan bunga bersih (Net Interest Income/NII). Selama 4M25, NII tumbuh 6,6% yoy menjadi Rp26,3 triliun, seiring kenaikan Net Interest Margin (NIM) menjadi 5,7%, naik tipis dari 5,6% pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Edi mengungkapkan bahwa pertumbuhan ini ditopang oleh tingginya rasio dana murah (Current Account Saving Account/CASA), yang naik ke 82,9% pada 4M25, dibandingkan 81,6% pada 4M24.

“Pertumbuhan CASA yang solid dan penurunan deposito berjangka menunjukkan efisiensi dana yang dijaga baik oleh BBCA. Ini menjadi salah satu kekuatan fundamental bank ini,” ungkap Edi.

Pertumbuhan Kredit Melambat, LDR Masih Aman

Pertumbuhan kredit BBCA selama 4M25 tercatat sebesar 12,8% yoy, lebih rendah dibandingkan 16,5% yoy pada 4M24. Angka ini juga bergerak mendekati panduan manajemen untuk pertumbuhan kredit konsolidasi FY25 di kisaran 6–8% yoy.

Meski pertumbuhan kredit melambat, Loan to Deposit Ratio (LDR) bank only BBCA tetap berada pada level yang sehat, yaitu 80,4%, naik dari 78,1% pada Maret 2025.

“Kami tidak terlalu khawatir terhadap kenaikan LDR ini karena penyebab utamanya adalah penurunan deposito berjangka. Selain itu, LDR BBCA masih tergolong ample dibandingkan bank-bank besar lainnya,” kata Edi.

CoC Masih Jadi Perhatian

Salah satu catatan penting dalam laporan keuangan BBCA adalah tingkat Cost of Credit (CoC) yang masih di atas target. Pada April 2025, CoC bank only tercatat sebesar 0,59%, naik dari 0,29% pada Maret 2025. Namun jika dibandingkan dengan April 2024 yang mencapai 0,94%, angkanya masih lebih baik.

Secara kumulatif, CoC BBCA selama 4M25 tercatat sebesar 0,42%, turun dari 0,53% pada 4M24. Meski menurun, angka ini masih lebih tinggi dibandingkan target manajemen untuk tahun 2025, yang berada di kisaran 0,3%.

“CoC yang masih di atas guidance menjadi perhatian kami. Meskipun beban provisi sudah turun cukup signifikan secara tahunan, target efisiensi biaya kredit masih belum tercapai sepenuhnya,” jelas Edi.