
Krisis Properti di Jerman, Kanselir Didesak Turun Tangan
- Sektor real estat merupakan landasan ekonomi Jerman selama bertahun-tahun, menyumbang sekitar seperlima dari output dan satu dari 10 pekerjaan.
Dunia
JAKARTA - Kanselir Jerman Olaf Scholz dihadapkan dengan tuntutan baru untuk mengatasi krisis properti di negara dengan ekonomi terbesar Eropa tersebut. Itu setelah pertemuan terbaru yang bertujuan menyelamatkan sektor tersebut berakhir bubar usai perdebatan sengit.
Industri konstruksi yang sedang lesu dakan menyajikan kepada kanselir sejumlah usulan langkah baru bulan ini untuk meredakan krisis properti terburuk dalam satu generasi. Salah satu kelompok bangunan papan atas di Jerman akan meminta dukungan untuk mencegah PHK massal dan merangsang aktivitas pembangunan.
Presiden asosiasi industri ZDB yang mewakili 35.000 perusahaan konstruksi Wolfgang Schubert-Raab mengatakan berencana untuk mengirimkan usulan-usulan tersebut kepada kanselir dan menteri keuangan, ekonomi, dan perumahan.
- Startup Akuakultur Asal Bandung Ekspansi ke India
- Penerimaan Cukai Rokok di Kudus Capai Rp25,7 Triliun
- Bank Himbara Getol Salurkan Kredit Hijau, Wamen BUMN I Ungkap Nilai Portofolio
Tuntutan industri ini mencerminkan kekhawatiran bahwa Jerman semakin terjerat dalam krisis properti global seperti di China. Terdapat pula kekhawatiran bahwa pemerintah terlalu lamban bertindak setelah pertemuan industri yang kontroversial dengan kanselir pada tanggal 25 September.
“Kami tidak bisa kehilangan lebih banyak waktu,” kata Schubert-Raab, dilansir dari Reuters, Jumat, 13 Oktober 2023. Sektor real estat merupakan landasan ekonomi Jerman selama bertahun-tahun, menyumbang sekitar seperlima dari output dan satu dari 10 pekerjaan.
Didorong oleh suku bunga rendah, miliaran disalurkan ke properti, yang dipandang stabil dan aman. Sekarang, kenaikan tajam suku bunga telah mengakhiri tren ini, mendorong pengembang ke dalam kebangkrutan karena transaksi membeku dan harga turun. Jumlah orang yang bekerja di sektor konstruksi telah mulai turun untuk pertama kalinya dalam satu dekade.
Kemerosotan tersebut merupakan bagian dari situasi yang lebih luas, dengan Dana Moneter Internasional (IMF) minggu ini memproyeksikan ekonomi Jerman akan menjadi satu-satunya negara besar yang mengalami kontraksi tahun ini, dan bahkan lebih parah dari perkiraan sebelumnya.
Empat orang yang hadir dalam pertemuan Scholz dengan para pemimpin industri properti dan pemimpin daerah di kanselir mengatakan bahwa mereka merasa memiliki sedikit kesempatan untuk memberikan masukan terkait tindakan dukungan yang mereka percayai akan bergerak ke arah yang benar.
“Secara finansial, hampir tidak mungkin untuk melakukan konstruksi,” kata Nicole Razavi, seorang politisi daerah yang mewakili menteri negara bagian. Razavi mengkritik pemerintah karena menyergap mereka yang hadir di KTT dengan mengumumkan langkah-langkah-seperti penghapusan standar bangunan yang lebih ketat-sebelum dibahas.
Seorang juru bicara kanselir mengatakan ada banyak kesepakatan dengan proposal pemerintah federal. Sekarang, para pemimpin industri seperti Schubert-Raab sedang mempertimbangkan langkah selanjutnya.
Di antara langkah-langkah yang akan diusulkan oleh ZDB adalah perluasan skema pemotongan jam kerja ‘Kurzarbeit’ yang disubsidi negara, yang akan melindungi ratusan ribu pekerja yang pekerjaannya beresiko.
Asosiasi bisnis juga menyerukan persyaratan yang lebih murah hati untuk pinjaman rumah yang didukung negara untuk keluarga, dan menuntut agar kanselir mengadakan pertemuan pejabat pemerintah dan industri lagi pada bulan Desember. “Kita harus bicara karena ini mendesak,” kata Schubert-Raab.
- Asyik! ASN Karanganyar Bisa Segera Miliki Rumah Harga Terjangkau
- Waspada! Malware Android Ini Bisa Mengosongkan Isi Rekening Bank Anda
- 5000 Buruh Di-PHK Big Three Karena Aksi Mogok Kerja
Kelemahan dalam real estat komersial di Amerika Serikat karena kantor-kantor tetap kosong setelah pandemi dan perjuangan para pengembang properti besar di China telah memusatkan perhatian global pada sektor ini.
Jerman, di mana populasinya telah berkembang pesat saat jutaan orang bermigrasi ke negara itu, kehilangan tujuannya untuk membangun 400.000 apartemen setahun karena izin konstruksi menukik, membuat industri memperingatkan perselisihan sosial yang akan datang.