Elon Musk memberikan prediksi suram tentang pasar tenaga kerja di masa depan.
Tren Global

Konflik dengan Trump, Kekayaan Elon Musk Anjlok Rp551 Triliun

  • Elon Musk, pendiri Tesla dan SpaceX, kehilangan kekayaan sebesar US$33,9 miliar atau setara Rp551,14 triliun.

Tren Global

Muhammad Imam Hatami

JAKARTA - Elon Musk kembali menjadi sorotan publik setelah kekayaannya anjlok drastis dalam sehari. Berdasarkan Bloomberg Billionaires Index per 6 Juni 2024, pendiri Tesla dan SpaceX ini kehilangan kekayaan sebesar US$33,9 miliar atau setara Rp551,14 triliun.

Meski demikian, Musk masih mempertahankan gelarnya sebagai orang terkaya di dunia, dengan total kekayaan kini mencapai US$335 miliar (Rp5.446,44 triliun). Status ini menjadikannya tetap berada di puncak daftar orang terkaya global, meskipun gejolak pasar dan dinamika politik telah memukul valuasi saham perusahaannya.

Penurunan tajam ini menambah deretan kerugian Musk sepanjang tahun berjalan. Secara year to date, kekayaan bos X (sebelumnya Twitter) tersebut telah menyusut sebanyak US$97,9 miliar (Rp1.591,66 triliun), menjadikannya salah satu tokoh bisnis dengan kerugian terbesar tahun ini. 

Koreksi nilai kekayaan tersebut tak lepas dari tekanan pada saham Tesla yang sensitif terhadap sentimen regulasi, serta ketegangan politik yang belakangan mengemuka. 

Selain faktor pasar, perseteruan terbuka dengan mantan Presiden AS Donald Trump ikut memperburuk persepsi investor, terutama setelah Musk mengkritik keras RUU kebijakan pajak yang diusulkan Trump, yang dianggapnya merugikan industri kendaraan listrik.

Konflik Terbuka dengan Donald Trump

Anjloknya kekayaan Musk terjadi di tengah konflik terbuka dengan mantan Presiden AS Donald Trump. Keduanya terlibat adu argumen sengit di media sosial, terutama menyangkut posisi Musk terhadap Rancangan Undang-Undang (RUU) pajak dan belanja yang menjadi bagian dari agenda kebijakan Trump jika kembali terpilih.

Trump mengkritik Musk karena menolak RUU tersebut, yang disebut akan memperkuat belanja negara dan mendongkrak pertumbuhan. Sebaliknya, Musk menilai kebijakan itu akan merugikan industri kendaraan listrik dan berdampak negatif terhadap perusahaan seperti Tesla.

“Saya sangat kecewa dengan Elon. Saya telah banyak membantunya,” kata Trump dalam pernyataan langsung dari Ruang Oval Gedung Putih kepada awak media, dilansir Reuters, Jumat 9 Juni, 2025.

Perseteruan semakin memanas ketika Musk membalas kritik Trump dengan pernyataan tajam. Dalam sebuah unggahan, Musk menegaskan bahwa Trump akan kalah dalam pemilu tanpa dukungan darinya, mencerminkan kekecewaan pribadi dan politik secara terbuka.

Ironisnya, Musk diketahui pernah memberikan dukungan finansial besar kepada Trump dan Partai Republik. Lewat perusahaannya, Musk menyumbang hampir US$300 juta untuk mendukung kampanye pemilu 2024.

RUU Disebut "Kekejian Menjijikkan"

Tak hanya menolak RUU, Musk juga mengecam isi kebijakan itu sebagai "kekejian menjijikkan" yang berpotensi memperburuk defisit anggaran Amerika Serikat. Ia bahkan memperingatkan bahwa RUU tersebut dapat memicu konflik internal di tubuh Partai Republik sendiri.

Perseteruan ini diperkirakan akan terus berdampak, bukan hanya pada dinamika politik AS menjelang pemilu, tetapi juga pada persepsi pasar terhadap kepemimpinan Musk sebagai tokoh kunci di sektor teknologi dan energi bersih.