
Kok Emas Malah Turun Saat Perang? Investor Pemula Perlu Tahu 3 Faktor Ini
- Harga emas dunia turun meski konflik Israel-Iran memanas. Apa penyebabnya? Simak tiga penjelasan penting bagi investor pemula agar tak salah langkah.
Tren Pasar
JAKARTA – Harga emas dunia kembali merosot pada perdagangan Senin, 16 Juni 2025, meski ketegangan geopolitik antara Israel dan Iran sedang memanas. Situasi yang biasanya mendorong investor mencari aset safe haven seperti emas ini justru berujung pada aksi jual besar-besaran di pasar logam mulia.
Berdasarkan data perdagangan, harga emas spot turun 1,3% ke level US$3.385,2 per ons troi. Sementara itu, kontrak berjangka emas Amerika Serikat ditutup melemah 1% ke posisi US$3.417,30 per ons troi. Koreksi ini cukup kontras dibandingkan dengan hari Jumat, 13 Juni 2025, ketika harga emas sempat melonjak lebih dari 1%.
Tak hanya itu, pada awal sesi perdagangan Senin, harga emas bahkan menyentuh level tertinggi dalam delapan pekan terakhir sebelum akhirnya terkoreksi. Aksi ambil untung (profit taking) disebut sebagai salah satu pemicu utama tekanan jual, setelah reli harga yang dipicu eskalasi konflik Timur Tengah.
- Pembukaan LQ45 Hari Ini: ACES dan BRIS Ngegas!
- IHSG Hari Ini Dibuka Naik, ASPI dan MBSS Top Gainers
- Info Saham Hari Ini: IHSG di Bawah Tekanan, Cermati Peluang ASII hingga BRMS
Fenomena turunnya harga emas di tengah konflik bersenjata membuat banyak investor pemula kebingungan. Pasalnya, emas selama ini dikenal sebagai pelindung nilai (safe haven) yang harganya justru cenderung naik saat dunia dilanda ketidakpastian. Lalu, mengapa kali ini berbeda?
1. Profit Taking Setelah Reli Cepat
Setelah beberapa sesi penguatan yang didorong eskalasi konflik di Timur Tengah, harga emas menjadi rentan terhadap koreksi teknikal. Banyak investor jangka pendek memanfaatkan lonjakan tersebut untuk mengunci keuntungan.
“Perlu diingat bahwa harga emas sempat menguat dalam beberapa sesi terakhir, terutama karena meningkatnya konflik Israel dan Iran. Hari ini terjadi penurunan sebagai aksi profit taking setelah reli tersebut,” ujar David Meger, Direktur Perdagangan Logam di High Ridge Futures, dikutip dari CNBC International.
Aksi jual ini cukup wajar dalam dinamika pasar komoditas, terlebih ketika pergerakan harga terlalu cepat dalam waktu singkat. Pasar memerlukan konsolidasi sebelum menentukan arah baru.
2. Ekspektasi The Fed Tahan Suku Bunga, Dolar AS Menguat
Selain faktor teknikal, pasar kini juga diselimuti spekulasi menjelang pertemuan penting Federal Reserve AS yang dijadwalkan berakhir pada Rabu, 18 Juni 2025. Peluang bank sentral AS mempertahankan suku bunga acuan tetap tinggi semakin besar, mengingat belum meredanya tekanan inflasi global dan ketidakpastian ekonomi akibat tarif impor serta geopolitik.
Suku bunga yang tinggi menjadi angin sakal bagi emas karena logam mulia tidak menghasilkan bunga atau imbal hasil. Akibatnya, investor cenderung lebih memilih aset yang memberikan return, seperti obligasi pemerintah AS. Hal ini turut mendorong penguatan dolar AS, yang membuat harga emas menjadi lebih mahal bagi pembeli di luar negeri.
“Saat ini, tampaknya The Fed cenderung menahan diri, mengingat ketidakpastian ekonomi yang cukup besar, dari tarif impor hingga ketegangan geopolitik. Jadi, bukan hal mengejutkan jika The Fed menunda pemangkasan suku bunga,” kata Meger menambahkan.
3. Safe Haven Kini Tak Hanya Emas
Pandangan bahwa emas selalu naik di tengah krisis tidak sepenuhnya berlaku lagi dalam konteks pasar modern. Kini, investor memiliki lebih banyak pilihan aset pelindung nilai, mulai dari US Treasury hingga Bitcoin. Arus dana tidak lagi sepenuhnya mengalir ke logam mulia saat konflik terjadi.
Selain itu, meskipun konflik Israel-Iran berlangsung, banyak pelaku pasar menilai eskalasinya masih terbatas dan belum cukup menimbulkan risiko sistemik global. Ini membuat respons pasar terhadap konflik relatif tenang, sehingga tidak menciptakan lonjakan permintaan emas seperti yang pernah terjadi pada krisis-krisis besar sebelumnya.
Alih-alih membeli karena panik setiap kali muncul konflik global, investor pemula disarankan untuk memahami hubungan antara emas, dolar AS, dan kebijakan moneter global. Emas tetap relevan sebagai pelindung nilai dalam jangka panjang, tetapi sentimen jangka pendek sangat bergantung pada banyak variabel.
Sebagai tambahan, untuk logam mulia lainnya, pada penutupan perdagangan kemari, perak spot stagnan di US$36,33 per ons. Platinum naik 0,7% ke US$1.252,57 per ons, dan palladium menguat 0,8% ke US$1.036,10 per ons.