ab4c7_martua-sitorus.jpg
Tren Ekbis

Kisah Martua Sitorus, Dari Loper Koran ke Juragan Sawit

  • Keberadaan Wilmar Group tak lepas dari Martua Sitorus, yang kini sudah tidak lagi bergabung dalam grup tersebut. Martua Sitorus kembali ramai jadi perbincangan setelah Wilmar Group, perusahaan sawit global yang ia bidani, terseret kasus korupsi izin ekspor minyak goreng senilai Rp11,8 triliun.

Tren Ekbis

Debrinata Rizky

JAKARTA –  Nama Wilmar Group kini tengah menjadi hangat dibahas terkait kasus fasilitas ekspor crude palm oil (CPO) korporasi.  Diketahui Kejaksaan Agung (Kejagung) menyita uang Rp11,8 triliun dari Wilmar Group. 

Wilmar sendiri terdiri atas lima korporasi, yakni PT Multimas Nabati Asahan; PT Multi Nabati Sulawesi;  PT Sinar Alam Permai;  PT Wilmar Bioenergi Indonesia;  dan PT Wilmar Nabati Indonesia.

Keberadaan Wilmar Group tak lepas dari Martua Sitorus, yang kini sudah tidak lagi bergabung dalam grup tersebut. Martua Sitorus kembali ramai jadi perbincangan setelah Wilmar Group, perusahaan sawit global yang ia bidani, terseret kasus korupsi izin ekspor minyak goreng senilai Rp11,8 triliun. 

Perjalanan Hidup: Dari Sumut ke Panggung Dunia

Martua Sitorus lahir di Pematang Siantar, Sumatera Utara 18 Februari 1960, Martua sempat menjadi loper koran dan penjual udang demi membiayai sekolahnya. Pertemuannya dengan pengusaha kayu asal Malaysia tersebut membuka kesempatan untuk membalik nasibnya sedikit demi sedikit, ke arah yang lebih baik. 

Pertemuan itu menghasilkan ide bisnis untuk pengolahan kelapa sawit. Martua yang kuliah di Universitas HKBP Nommensen Medan kemudian merintis bisnis sawit kecil-kecilan. 

Hingga pada 1991, dia bersama Kuok Khoon Hong membentuk perusahaan. Perusahaan pertama yang dibentuk adalah Wilmar Trading Pte Ltd. yang memiliki modal disetor sebesar 100.000 dolar Singapura dan hanya punya lima karyawan.

Perusahaan ini pun diberi nama Wilmar Internasional yang diambil dari gabungan nama depan mereka William dan Martua, Wil-Mar. Korporasi ini akhirnya membawa Martua pengusaha menjadi kelas kakap.

Martua Sitorus memilih hengkang dari Wilmar pada Juli 2018. Dia dan saudaranya, Ganda kemudian mendirikan KPN Corporation, sebuah bisnis yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit, pengembangan properti, dan manufaktur semen.

Selain kelapa sawit, Martua Sitorus bersama keluarga juga memiliki perusahaan semen Cemindo Gemilang yang mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia pada 2021 dan memperoleh US$77 juta. Selain itu, perusahaan rumah sakit milik Martua Sitorus dan keluarga yakni Murni Sadar juga memperoleh dana US$21 juta melalui IPO pada 2022.