
Kisah Anita Hartati, Sukses Sebelum Usia 30 Modal Sambal Lokal
- Semuanya dimulai tujuh tahun lalu. Anita Hartati, seorang perempuan muda penuh semangat, memutuskan untuk memulai bisnis kuliner online bersama suaminya. Menu utama mereka waktu itu hanyalah ayam geprek rumahan. Tapi siapa sangka, justru sambal pelengkapnya yang bikin pelanggan ketagihan.
Tren Inspirasi
JAKARTA - Buat sebagian besar orang Indonesia, makan tanpa sambal rasanya seperti ada yang kurang. Sambal bukan cuma soal rasa pedas yang menggigit lidah—lebih dari itu, sambal menyimpan memori rumah, cerita keluarga, dan aroma dapur yang selalu dirindukan.
Di tengah cinta masyarakat terhadap sambal, muncullah sebuah brand yang berhasil menarik perhatian: Sambal Nagih. Tapi kisah Sambal Nagih bukan tentang pabrik besar atau modal miliaran.
Kisah ini dimulai dari dapur rumah sederhana dan tekad kuat sepasang suami istri muda yang ingin memperkenalkan rasa lokal ke seluruh penjuru Indonesia—dengan bantuan teknologi digital.
- Kabar Gembira untuk Mahasiswa, Repower Asia (REAL) Bangun Apartemen Kos untuk Kamu
- Plus-Minus iPhone 17, Andalan Baru Apple yang Segera Rilis
- Tak Cuma GBK, Ini Rekomendasi Ruang Publik Buat Komunitas di Jakarta
Awal Mula Sambal Nagih: Dari Pelengkap Jadi Primadona
Semuanya dimulai tujuh tahun lalu. Anita Hartati, seorang perempuan muda penuh semangat, memutuskan untuk memulai bisnis kuliner online bersama suaminya. Menu utama mereka waktu itu hanyalah ayam geprek rumahan. Tapi siapa sangka, justru sambal pelengkapnya yang bikin pelanggan ketagihan.
“Awalnya sambal cuma pelengkap. Tapi ternyata malah sambalnya yang banyak dicari orang. Waktu itu kami belum paham soal bisnis, belum punya modal, tapi kami percaya sama rasanya,” cerita Anita melalui kisah tertulis yang dibagikan Shopee kepada TrenAsia, Kamis, 3 Juli 2025.
Resep sambal yang awalnya hanya dibuat saat mereka masih pacaran, kini sudah berkembang menjadi bisnis yang serius. Dengan semangat “mulai aja dulu”, Anita dan suami mulai mengemas sambal dalam toples-toples kecil agar bisa dinikmati lebih banyak orang, bahkan yang tinggal jauh di luar kota.
Mereka belajar semuanya sambil jalan—mulai dari cara jualan online, branding, pemasaran digital, sampai packaging yang aman untuk pengiriman. Di sinilah peran teknologi digital dan platform e-commerce seperti Shopee mulai masuk dan memberikan dampak besar.
Meracik Rasa Lokal dalam Banyak Varian
Di tengah persaingan industri sambal yang sangat ketat, Sambal Nagih berhasil memikat hati banyak konsumen karena dua hal: cita rasa autentik dan inovasi varian. Bukan cuma satu jenis sambal, Sambal Nagih menghadirkan beragam pilihan yang disesuaikan dengan selera pasar kekinian.
Mulai dari Sambal Bawang yang gurih-pedas, Sambal Matah khas Bali, Sambal Cabe Ijo yang segar, Sambal Terasi yang smoky, hingga Sambal Roa, Sambal Cakalang, dan Sambal Cumi yang cocok buat pecinta seafood. Nggak berhenti di sambal, mereka juga menjual produk lain seperti Kremes Ayam yang ternyata jadi salah satu produk paling laris di Shopee.
Inilah bukti bahwa rasa lokal bisa dikemas dengan cara kekinian tanpa kehilangan esensinya.
Baca Juga: Kisah Sukses UMKM Kopi Frinsa: dari Pangalengan Tembus Pasar Dunia Berkat BNI Xpora
Digitalisasi Jadi Kunci Perluasan Pasar
Masuknya Sambal Nagih ke Shopee sejak tahun 2019 menjadi titik balik penting. Di platform ini, mereka tak hanya menjual produk, tapi juga belajar banyak hal: dari mengikuti kampanye promosi, memanfaatkan flash sale, hingga menjangkau pembeli dari berbagai daerah.
“Shopee bukan cuma tempat jualan, tapi ruang tumbuh. Kita bisa ikut program tematik, promosi, dan lainnya. Bahkan saat Big Ramadan Sale 2025, omset kami naik lebih dari tiga kali lipat dibanding tahun lalu,” ungkap Anita.
Salah satu fitur yang memberikan dampak signifikan adalah Shopee Live. Walaupun baru aktif sejak Juni 2025, Anita merasa interaksinya langsung dengan pembeli sangat membantu membangun kepercayaan.
“Lewat Shopee Live, kami bisa cerita langsung ke pembeli—soal bahan baku, rasa, bahkan proses pengemasan. Mereka bisa lihat semuanya secara real-time. Dan itu bikin mereka lebih percaya,” tambahnya.
Selain itu, fitur Shopee Ads juga berperan besar dalam memperluas jangkauan produk Sambal Nagih hingga dikenal luas.
Konsistensi Kualitas dan Repeat Order Jadi Kekuatan
Pertumbuhan Sambal Nagih bukan hanya soal strategi digital yang tepat, tapi juga karena komitmen terhadap kualitas produk. Mereka tidak pernah menurunkan standar bahan baku demi efisiensi biaya. Semua sambal dibuat dari bahan pilihan dan segar, tanpa bahan pengawet yang berlebihan.
Dalam hal pengemasan pun mereka tak main-main. Sambal dikemas dalam toples bersegel rapat, dibungkus bubble wrap, dan dimasukkan ke dalam kardus berdesain menarik. Bukan cuma aman saat dikirim, tapi juga cantik untuk dijadikan oleh-oleh khas dari dapur lokal.
Hal ini membuat tingkat repeat order dari pelanggan setia di Shopee semakin tinggi. Mereka tidak hanya membeli sekali, tapi kembali lagi dan lagi karena puas dengan rasa dan layanan.
- 14 Film Indonesia Tayang di Bioskop Juli 2025, Ada Agen +62
- Ada Bitch X Rich 2, Ini 8 Drama Korea Terbaru Tayang Juli 2025
- Dunia Damai Tanpa Hak Veto
Dari Dapur ke Mimpi Lebih Besar: Sambal sebagai Simbol Semangat Anak Muda
Bagi Anita, membangun Sambal Nagih adalah bagian dari mimpi yang lebih besar. Ia ingin menjadikan sambal bukan hanya produk kuliner, tapi juga simbol semangat anak muda Indonesia—yang mencintai budaya lokal, berani mencoba, dan tak takut memulai dari nol.
“Anak muda punya peran besar dalam menjaga budaya. Nggak harus selalu bikin hal baru. Kadang kita cuma perlu membungkus kembali hal-hal yang kita cintai sejak kecil, tapi dengan cara yang lebih kekinian,” jelas Anita.
Dengan usia yang belum genap 30 tahun, Anita dan suami membuktikan bahwa keterbatasan modal dan pengalaman bukan alasan untuk tidak memulai. Selama ada kemauan, konsistensi, dan keinginan belajar, peluang bisa dibuka selebar-lebarnya.