
Kilas Balik Bali United Melantai di Bursa dan Diversifikasi Bisnis
- Gebrakan tengah disiapkan Persib Bandung. Klub raksasa Liga Indonesia ini dikabarkan serius menjajaki langkah menuju Bursa Efek Indonesia (BEI), sebuah manuver yang sontak mengingatkan publik pada Bali United.
Tren Leisure
JAKARTA - Gebrakan tengah disiapkan Persib Bandung. Klub raksasa Liga Indonesia ini dikabarkan serius menjajaki langkah menuju Bursa Efek Indonesia (BEI), sebuah manuver yang sontak mengingatkan publik pada Bali United.
Hampir enam tahun silam, tepatnya Juni 2019, klub berjuluk Serdadu Tridatu ini lebih dulu mengukir sejarah sebagai klub sepak bola pertama di Asia Tenggara yang sahamnya diperdagangkan secara publik di bursa saham.
Keberanian Bali United tak hanya membuka jalan, tetapi juga menjadi cetak biru bagaimana entitas olahraga bisa bertransformasi menjadi korporasi modern. Lalu, bagaimana sejatinya Bali United merintis jalan terjal tersebut?
Perjalanan Bali United Menuju Status Perusahaan Publik
Kisah IPO Bali United, di bawah naungan PT Bali Bintang Sejahtera Tbk (BOLA), bukanlah sekadar aksi korporasi semalam jadi. Ini adalah kulminasi dari visi strategis dan transformasi bisnis yang dimulai sekitar tahun 2015 silam.
Manajemen menyadari bahwa untuk meraih kemandirian dan pertumbuhan berkelanjutan, klub tak bisa lagi hanya bergantung pada pendapatan tradisional dari tiket dan sponsor. Perlu ada revolusi dalam model bisnis.
Selama kurang lebih empat tahun, fondasi korporasi dibangun dengan cermat: manajemen diprofesionalkan, infrastruktur dikembangkan, dan yang terpenting, diversifikasi usaha mulai dirintis sebagai pilar-pilar pendapatan baru.
Puncaknya, pada 17 Juni 2019, Bali United resmi melantai di bursa, menawarkan sepertiga sahamnya kepada publik dan berhasil menghimpun dana segar sebesar Rp 350 miliar. Dana ini menjadi bahan bakar utama untuk akselerasi.
Ketika itu, saham berkodekan BOLA ditawarkan pada harga Rp175 per saham dan mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) secara signifikan. Selama masa penawaran umum yang berlangsung tiga hari, permintaan terhadap saham ini tercatat sekitar 110 kali lipat dari porsi penjatahan terpusat (pooling).
Porsi pooling sendiri hanya 1% dari total 2 miliar saham yang ditawarkan, atau setara dengan 2 juta lembar saham senilai Rp 3,5 miliar. Adapun target dana yang ingin dihimpun dari IPO ini mencapai Rp 350 miliar.
Alhasil, saat pencatatan perdana di BEI pada Senin, 17 Juni 2019, saham BOLA sempat melonjak 69,14% ke harga Rp 296 per saham dari harga IPO-nya yang sebesar Rp175. Perlu dicatat ini adalah aturan Auto Rejection Atas sebelum Pandemi Covid-19.
Transformasi Strategi dan Fokus Bisnis Bali United
Pasca-IPO, Bali United tak tinggal diam. Melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa pada Agustus 2021, perusahaan mengumumkan penyesuaian strategis dalam penggunaan dana IPO. Sebagian besar dana dialokasikan untuk belanja modal, termasuk pengembangan fasilitas stadion dan akademi, serta ekspansi gerai resmi.
Alokasi signifikan juga digelontorkan untuk memperkuat struktur permodalan anak-anak usaha, terutama yang bergerak di sektor digital dan hiburan seperti PT Kreasi Karya Bangsa untuk pembangunan studio dan rumah produksi, serta PT IOG Indonesia Sejahtera untuk fasilitas gaming house, dan PT Radio Swara Bukit Bali Indah untuk peralatan siaran. Sisa dana lainnya digunakan untuk modal kerja operasional klub, termasuk perekrutan pemain dan pelatih.
Pada periode yang sama, manajemen Bali United memaparkan tiga fokus bisnis utama yang membentuk arah perusahaan. Pertama, pilar olahraga yang tak hanya mencakup tim sepak bola utama, tetapi juga merambah ke tim basket yang berlaga di IBL dan pengembangan divisi e-sports yang menjanjikan.
Kedua, sektor hiburan, yang dimotori oleh agensi pemasaran digital dan layanan live streaming dengan potensi pendapatan miliaran rupiah. Ketiga, yang tak kalah inovatif, adalah pengembangan inkubator komunitas digital, memanfaatkan media sosial untuk membangun dan memonetisasi berbagai komunitas dengan minat beragam.
Gurita Bisnis Bali United Kini
Memasuki pertengahan 2025, BOLA telah menjelma menjadi grup bisnis terdiversifikasi dengan portofolio lintas sektor dan fondasi aset yang kuat. Transformasi ini tercermin dari total aset konsolidasian PT Bali Bintang Sejahtera Tbk (BOLA) yang per Maret 2025 tercatat sebesar Rp747,3 miliar.
Langkah diversifikasi dilakukan secara strategis. Di sektor kuliner, BOLA mengelola PT Bali Boga Sejahtera (90% kepemilikan) dengan aset lebih dari Rp1,1 miliar. Untuk aktivitas investasi dan holding, PT Ekonomi Baru Investasi Teknologi menjadi pilar utama dengan aset lebih dari Rp136 miliar dan kepemilikan 93%.
Pada sektor hiburan digital, PT Kreasi Karya Bangsa (90%) menyumbang aset terbesar, yakni lebih dari Rp216 miliar, berfokus pada layanan live streaming dan agensi olahraga. Sementara itu, PT IOG Indonesia Sejahtera (95%) menjadi motor pengembangan E-sports dengan aset Rp4,1 miliar.
Di bidang media, PT Radio Swara Bukit Bali Indah (99%) mengelola stasiun radio dengan aset lebih dari Rp471 juta. BOLA juga menanamkan modal di sektor perdagangan dan jasa melalui PT Manusia Masa Depan (50%, aset Rp7,8 miliar) serta PT Rahasia Gadis Nusantara (23%, aset Rp11,7 miliar).
Tak ketinggalan, adaptasi terhadap era digital ditunjukkan lewat PT Pedagang Aset Kripto, yang mengelola platform berbasis teknologi kripto dengan aset lebih dari Rp103 miliar dan kepemilikan saham sebesar 70%.
Melalui jaringan usaha yang luas dan tingkat kepemilikan yang bervariasi, Bali United menunjukkan bahwa masa depan klub olahraga tak hanya ditentukan oleh skor pertandingan, tetapi juga oleh kemampuannya membangun model bisnis berkelanjutan. Klub ini bukan hanya kompetitif di lapangan, tetapi juga progresif di ranah industri.
Sebagai tambahan, saham Bali United kini mayoritas dikuasai oleh investor publik, yang memegang sekitar 47,78% per akhir September 2024, menunjukkan basis kepemilikan yang luas. Namun, figur sentral dan pemegang saham pengendali adalah Pieter Tanuri dengan kepemilikan sekitar 38,26%, yang memegang peran kunci dalam visi dan arah strategis klub sepak bola ini.
Selain kedua kelompok tersebut, struktur kepemilikan juga mencakup investor institusional seperti PT Asuransi Central Asia dengan porsi sekitar 8,88%, serta individu lain seperti Ayu Patricia Rachmat yang menggenggam sekitar 5,08%.