
Kerugian Akibat Perubahan Iklim Capai Rp32.000 T, Apakah Asuransi Bisa Jadi Solusi?
- Asuransi dinilai mampu melindungi rumah tangga, pelaku usaha, hingga pemerintah dari dampak kerugian finansial akibat bencana. Namun, cakupan proteksi asuransi saat ini masih belum sebanding dengan besarnya potensi kerugian yang ada, sehingga banyak pihak yang masih kurang atau bahkan tidak memiliki perlindungan sama sekali.
IKNB
JAKARTA - Dalam laporan terbarunya bertajuk “Climate Risks: Strategies for Building Resilience in a More Volatile World”, perusahaan asuransi global Zurich Insurance Group (Zurich) mengangkat isu krusial mengenai meningkatnya ancaman bencana akibat perubahan iklim.
Laporan ini menyoroti pentingnya kolaborasi lintas sektor guna membangun ketahanan masyarakat dan perekonomian terhadap cuaca ekstrem dan bencana alam yang semakin sering terjadi.
Menurut Zurich, meningkatnya frekuensi dan intensitas peristiwa seperti badai, banjir, serta kebakaran hutan menjadi sinyal kuat bahwa perubahan iklim kini berdampak nyata dan meluas, dengan konsekuensi ekonomi yang tidak bisa diabaikan.
- Mengenal Anggoro Eko Cahyo: Sosok di Balik Transformasi BPJS dan Kini Pimpin BSI
- Ratusan Investor Global Serbu Obligasi PHE di Bursa Efek Singapura, Oversubcribed Tembus US$2,4 Miliar
- Kinerja Laba dan CASA Solid, Saham BBCA Diperkirakan Bisa Tembus Rp11.300
Kerugian Ekonomi Global Tembus US$2 Triliun
Merujuk pada data Kamar Dagang Internasional (International Chamber of Commerce), selama sepuluh tahun terakhir, bencana alam seperti badai, banjir, dan kebakaran hutan telah menyebabkan kerugian ekonomi global mencapai US$2 triliun atau setara dengan Rp32.765 triliun dalam asumsi kurs Rp16.383 per-dolar Amerika Serikat (AS) . Tren ini dipicu oleh perubahan iklim jangka panjang yang menyebabkan kenaikan suhu, naiknya permukaan laut, serta pergeseran pola curah hujan.
Zurich memperingatkan bahwa jika tidak segera diambil langkah pencegahan dan adaptasi yang efektif, risiko kerugian akan terus meningkat, sementara perlindungan finansial dari asuransi belum mampu sepenuhnya menjangkau seluruh populasi terdampak.
Peran Sentral Industri Asuransi
Alison Martin, CEO untuk kawasan Eropa, Timur Tengah & Afrika (EMEA) dan distribusi perbankan Zurich, menekankan bahwa industri asuransi memegang peranan penting dalam meningkatkan ketahanan terhadap risiko iklim.
“Industri asuransi memiliki peran penting dalam memperkuat ketahanan terhadap risiko iklim secara fisik. Namun, untuk mengatasi meningkatnya biaya akibat cuaca ekstrem dan bencana alam, diperlukan tindakan kolektif dan segera. Laporan ini menjadi panduan untuk pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat berkolaborasi dalam menghadapi tantangan yang semakin besar yang ditimbulkan oleh cuaca ekstrem dan bencana alam,” ujar Martin melalui keterangan yang diterima TrenAsia, Selasa, 20 Mei 2025.
Asuransi dinilai mampu melindungi rumah tangga, pelaku usaha, hingga pemerintah dari dampak kerugian finansial akibat bencana. Namun, cakupan proteksi asuransi saat ini masih belum sebanding dengan besarnya potensi kerugian yang ada, sehingga banyak pihak yang masih kurang atau bahkan tidak memiliki perlindungan sama sekali.
Baca Juga: Bagaimana Suatu Negara Bisa Bangkrut? Inilah Contoh dan Penyebabnya
Arah Baru: Pengurangan Risiko dan Perluasan Cakupan Asuransi
Dalam laporan ini, Zurich mendorong perlunya pendekatan baru yang menitikberatkan pada pengurangan risiko dan perluasan akses terhadap asuransi. Industri asuransi dinilai tidak hanya berperan dalam memberikan perlindungan finansial, tetapi juga sebagai sumber wawasan dalam pengelolaan risiko dan pembiayaan infrastruktur berkelanjutan.
“Ketahanan harus dibangun sejak awal, bukan hanya sebagai respons setelah bencana terjadi. Industri asuransi memiliki peran penting dalam mendorong edukasi dan pencegahan atas risiko iklim, bekerja sama dengan sektor publik maupun swasta untuk menciptakan skema berbagi risiko yang inovatif,” kata Kabilarang Sinabang, Chief Risk Officer Zurich Indonesia.
Tiga Rekomendasi Utama Zurich untuk Bangun Ketahanan Iklim
Laporan Zurich juga memberikan tiga rekomendasi strategis bagi pemerintah dan pelaku industri untuk memperkuat ketahanan terhadap risiko iklim:
1. Fokus pada Investasi Pencegahan dan Pengurangan Risiko
Zurich mendorong pemerintah agar mengambil langkah nyata dalam membangun ketahanan terhadap dampak iklim dengan cara memperkuat strategi nasional, regulasi tata ruang, serta standar pembangunan infrastruktur. Penguatan ini juga harus ditopang oleh pemanfaatan teknologi, riset ilmiah, dan data untuk mendukung mitigasi risiko yang lebih tepat sasaran.
2. Memperluas Akses Asuransi Melalui Kebijakan yang Mendukung
Zurich menyarankan agar pemerintah mendorong lingkungan regulasi yang inklusif, yang memungkinkan pelaku industri memperluas jangkauan proteksi asuransi. Hal ini mencakup peningkatan literasi masyarakat terhadap risiko cuaca ekstrem, serta pemberian insentif bagi rumah tangga dan pelaku usaha untuk mendapatkan perlindungan asuransi. Selain itu, keterlibatan pemain baru dalam industri asuransi akan mendorong persaingan dan inovasi produk.
- Cilegon dan Proyek-Proyek Industri Raksasa: Antara Pertumbuhan Ekonomi dan Tantangan Tata Kelola
- Viral Proyek Chandra Asri Dipalak Rp5 Triliun, Begini Respons Kadin
- Emiten Bank Perkasa, LQ45 Ditutup Menguat 21,71 ke 787,08
3. Kembangkan Skema Berbagi Risiko antara Publik dan Swasta
Zurich melihat bahwa solusi pembiayaan campuran (blended finance) dan pengelompokan risiko melalui mekanisme seperti (re)insurance pool dapat mengurangi beban individu dan membuka akses proteksi di daerah berisiko tinggi. Kemitraan antara sektor publik dan swasta dianggap sebagai langkah strategis untuk memperluas keterjangkauan asuransi, terutama bagi masyarakat yang paling rentan.