1715600405583.jpg
Tren Pasar

Kerajaan Saham Prajogo Pangestu Kian Luas, CDIA IPO Siap Gaet Investor Pemula?

  • CDIA masuk proses book building IPO, memperluas kerajaan saham Prajogo Pangestu di bursa. Apakah saham dari Barito Group ini layak masuk watchlist investor pemula?

Tren Pasar

Alvin Bagaskara

JAKARTA Konglomerat Prajogo Pangestu pemilik Barito Group kembali memperluas pengaruhnya di pasar modal. Terbaru, PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA), perusahaan di sektor energi dan logistik, resmi memulai proses penawaran umum perdana saham (IPO) dengan fase book building pada 19-24 Juni 2025 mendatang. 

Kehadiran CDIA bakal melengkapi deretan emiten Barito Group yang telah lebih dulu melantai, seperti BRPT, TPIA, CUAN, dan BREN. Menurut Forbes per 19 Juni 2025, kekayaan Prajogo Pangestu mencapai US$25,1 miliar atau sekitar Rp411 triliun, menjadikannya salah satu orang terkaya di Asia Tenggara. 

Nah, di Bursa Efek Indonesia, nama Prajogo Pangestu identik dengan saham-saham yang mencetak pertumbuhan eksplosif. Contohnya, saham CUAN dan BREN, yang sempat mencuri perhatian investor ritel karena kenaikan harga sahamnya pasca IPO pada dua tahun silam.

Dengan rekam jejak tersebut, IPO CDIA pun menyedot sorotan. Namun di tengah ekspektasi tinggi, muncul pertanyaan penting: apakah saham anyar ini benar-benar layak masuk watchlist investor pemula, khususnya dari kalangan Gen Z yang sedang giat membangun portofolio?

Kerajaan Prajogo Pangestu di Bursa

Di pasar modal Indonesia, nama-nama seperti Salim Group dan Djarum Group telah lebih dulu dikenal sebagai raja konglomerasi publik, mengendalikan belasan emiten dari industri makanan, ritel, otomotif, hingga perbankan dan teknologi. .

Namun, dalam satu dekade terakhir, Barito Group milik Prajogo Pangestu muncul sebagai kekuatan baru konglomerasi dengan ekspansi yang agresif dan strategis, khususnya di sektor energi, petrokimia, dan teranyar logistik.

Langkah pertama Prajogo dimulai lewat PT Barito Pacific Tbk (BRPT), yang tercatat di lantai bursa pada 1993. Sebagai holding utama grup, BRPT mengatur bisnis lintas sektor, termasuk properti, energi, hingga distribusi logistik. Emiten ini menjadi fondasi awal dari struktur kerajaan saham Barito.

Pada akhir 2000-an, giliran PT Chandra Asri Petrochemical Tbk, yang kini berganti nama menjadi PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA), melantai di Bursa pada 26 Mei 2008. TPIA merupakan produsen petrokimia terintegrasi terbesar di Indonesia dan kini berperan sebagai induk dari CDIA. Emiten ini memainkan peran vital dalam rantai pasok industri kimia dan manufaktur nasional.

Satu dekade kemudian, tepatnya pada Maret 2023, PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) menyusul melakukan IPO. Bergerak di sektor pertambangan batu bara, CUAN menarik perhatian publik setelah harga sahamnya melonjak lebih dari 5.000% dari harga penawaran awal. Lonjakan ini memicu euforia besar di kalangan investor ritel dan mempertegas posisi grup di sektor energi.

Tak berhenti di situ, CUAN setelah satu tahun melantai memperkuat ekspansinya dengan mengakuisisi 34% saham PT Petrosea Tbk (PTRO) senilai Rp940 miliar. Aksi korporasi ini memberikan emiten bersandikan CUAN akses ke cadangan batu bara, emas, nikel, dan gas, sekaligus mempercepat pengembangan proyek melalui keahlian dan infrastruktur PTRO.

Masih di tahun yang sama, Oktober 2023, PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) hadir sebagai representasi komitmen grup terhadap transisi energi. Berbasis pada pembangkit panas bumi, BREN melantai dengan harga Rp780 per saham dan terus menunjukkan performa solid, dengan lonjakan harga mendekati 700% dalam waktu kurang dari dua tahun.

Kini, CDIA hadir sebagai bagian terbaru dari ekspansi berantai tersebut. Berbasis di sektor energi dan logistik laut, entitas ini menambah lapisan baru dalam ekosistem bisnis Barito yang kian terintegrasi dari sumber energi, pengolahan petrokimia, hingga pengangkutan dan penyimpanan produk.

CDIA: Puzzle Baru di Ekosistem Barito

Meskipun secara legal CDIA telah berdiri sejak 2005, perannya sebagai entitas strategis dalam Barito Group baru benar-benar dikonsolidasikan setelah mengakuisisi PT Krakatau Chandra Energi (KCE) pada tahun 2023. Sejak itu, CDIA mulai difokuskan sebagai pilar investasi infrastruktur grup, khususnya dalam bidang energi kelistrikan dan logistik laut.

Mengacu prospektus perseroan, IPO CDIA menargetkan dana segar sebesar Rp2,37 triliun. Sekitar 74% dari dana tersebut atau senilai Rp1,76 triliun akan digunakan untuk mendukung pengembangan sektor logistik laut melalui dua anak usaha: PT Chandra Shipping International (CSI) dan PT Marina Indah Maritim (MIM). Dana ini akan difokuskan untuk pembelian kapal baru dan kebutuhan operasional pendukung.

Sementara itu, sisa dana sekitar Rp613 miliar akan disalurkan ke sektor pelabuhan dan penyimpanan. Dana ini akan masuk ke PT Chandra Samudera Port (CSP) lalu diteruskan ke PT Chandra Cilegon Port (CCP), yang akan membangun fasilitas tangki penyimpanan ethylene, jaringan pipa, serta infrastruktur pelabuhan lainnya.

Ekspansi ini dinilai sejalan dengan strategi grup dalam menciptakan integrasi vertikal, dari produksi energi dan petrokimia hingga distribusi logistik dan penyimpanan. Dengan memperkuat sisi logistik internal, CDIA berpotensi menjadi penghubung vital yang menjaga efisiensi operasional seluruh rantai pasok Barito Group.

Apakah Layak untuk Retail Pemula?

Dalam IPO ini, CDIA menawarkan sebanyak 12,48 miliar lembar saham atau setara 10% dari total modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO. Harga penawaran awal ditetapkan dalam rentang Rp170 hingga Rp190 per saham, dengan potensi penghimpunan dana besar dari investor institusi maupun publik.

Dari sisi kinerja sebelum melantai, CDIA mencatat laba bersih yang diatribusikan ke entitas induk sebesar US$30,2 juta pada tahun buku 2024. Raihan tersebut melesat luar biasa dibanding tahun sebelumnya yang hanya sebesar US$180 ribu. Alhasil, rasio profitabilitas perseroan cukup menjanjikan, dengan Return on Asset (ROA) sebesar 3,04% dan Return on Equity (ROE) sekitar 4,37%. 

Selain itu, posisi likuiditas emiten yang bakal menggunakan kode saham CDIA ini juga tergolong sangat kuat, dengan current ratio lebih dari 21 kali. Hal ini mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek secara meyakinkan.

Namun, sejumlah hal tetap perlu dicermati oleh calon investor. Sebagai entitas yang perannya sebagai holding operasional baru dikonsolidasikan dalam dua tahun terakhir, CDIA belum memiliki rekam jejak jangka panjang yang dapat menjadi acuan dalam berbagai kondisi pasar.

Selain itu, eksposur perusahaan terhadap sektor logistik dan energi menempatkannya dalam posisi yang relatif sensitif terhadap dinamika eksternal, seperti fluktuasi harga energi global, ketegangan geopolitik, serta gangguan rantai pasok internasional.

Bagi investor pemula, khususnya yang sedang membangun portofolio awal, CDIA dapat menjadi salah satu kandidat emiten untuk dipantau. Keputusan investasi sebaiknya mempertimbangkan perkembangan harga saham pasca-IPO, laporan keuangan berkala, serta respons pasar terhadap strategi bisnis perusahaan ke depan.