rafale india.jpeg
Nasional

Kenapa Rafale? Ini Alasan Jet Tempur Prancis Jadi Pilihan Rasional RI

  • Indonesia telah menandatangani kontrak pembelian 42 unit jet tempur Rafale dari Dassault Aviation, produsen pesawat tempur asal Prancis.

Nasional

Muhammad Imam Hatami

JAKARTA - Tiga unit jet tempur Rafale dilaporkan jatuh setelah ditembak oleh sistem pertahanan Pakistan dalam insiden terbaru di perbatasan udara Pakistan-India. 

Rafale yang ditembak termasuk dalam armada Angkatan Udara India yang diperoleh dari Prancis beberapa tahun lalu. Insiden ini terjadi di tengah proses pengadaan Rafale oleh beberapa negara, termasuk Indonesia, yang telah menandatangani kontrak pembelian 42 unit jet tempur Rafale dari Dassault Aviation, produsen pesawat tempur asal Prancis.

Dalam kontrak kerja sama pertahanan tersebut, Indonesia mengucurkan dana senilai sekitar US$8,1 miliar atau Rp116 triliun. Pengadaan jet tempur Rafale dilakukan dalam tiga tahap. Tahap pertama mencakup pembelian 6 unit yang kontraknya efektif sejak September 2022.

Tahap kedua mencakup 18 unit yang kontraknya efektif sejak Agustus 2023, dan tahap ketiga juga mencakup 18 unit dengan kontrak yang mulai berlaku pada 8 Januari 2024. Pengiriman unit pertama dijadwalkan akan dimulai pada awal 2026.

Rafale merupakan jet tempur generasi 4.5 omnirole yang dirancang untuk menjalankan berbagai misi seperti superioritas udara, pertahanan udara, serangan darat dan laut, pengintaian, dan dukungan udara dekat. 

Jet tempur ini dilengkapi dengan berbagai persenjataan canggih, termasuk rudal udara-ke-udara METEOR dan MICA, rudal udara-ke-darat SCALP, rudal anti-kapal AM39 EXOCET, serta bom pintar dan konvensional. Rafale juga memiliki meriam internal NEXTER 30 mm yang mampu menembakkan 2.500 peluru per menit. 

Kenapa Rafale Paling Rasional Dibeli?

Pembelian jet tempur Rafale oleh Indonesia dinilai sebagai langkah paling rasional dibanding pembelian pesawat tempur buatan Amerika Serikat ataupun Rusia, dalam memperkuat pertahanan udara nasional.

Rafale, yang merupakan pesawat tempur generasi 4.5 buatan Prancis, mampu meningkatkan kapabilitas TNI AU, khususnya dalam pengawasan wilayah udara dan perairan strategis Indonesia yang rawan konflik. 

Jet ini dilengkapi teknologi mutakhir dan sistem persenjataan canggih, sehingga dapat memberikan efek gentar sekaligus memperkuat posisi Indonesia di kawasan. 

Lebih dari sekadar pembelian alutsista, akuisisi Rafale juga membawa transfer teknologi. Indonesia dan Prancis sepakat untuk menjalin kerja sama jangka panjang yang mencakup pendirian fasilitas pemeliharaan dan perawatan (maintenance) di dalam negeri. 

Ini sejalan dengan amanat Undang-Undang Industri Pertahanan yang mendorong kemandirian nasional di sektor pertahanan. Dengan adanya transfer teknologi ini, Indonesia diharapkan tidak hanya menjadi konsumen, tetapi juga produsen komponen dan sistem pertahanan yang andal di masa depan.

Dari sisi geopolitik dan efisiensi, pemilihan Rafale didasarkan pada analisis kebutuhan aktual (threat based planning) dan perencanaan anggaran yang realistis. 

Prancis dinilai sebagai mitra yang kredibel dengan rekam jejak minim embargo, memberikan jaminan pasokan suku cadang dan keberlanjutan operasional. 

Hubungan diplomatik Indonesia-Prancis yang harmonis turut memperkuat dasar keputusan ini. Harga Rafale yang dianggap kompetitif dan sesuai dengan kemampuan fiskal negara menambah keyakinan pembelian ini tidak hanya tepat guna, tetapi juga strategis dalam jangka panjang untuk menjaga kedaulatan dan kepentingan nasional Indonesia.