
Kenapa OJK Masih Pede Kredit Akan Positif di Tengah Ketidakpastian?
- Berbagai faktor global tengah menekan perekonomian dunia, termasuk Indonesia. Salah satu faktor utama adalah tertundanya penurunan suku bunga acuan Amerika Serikat (Fed Fund Rate), yang menimbulkan ketidakpastian di pasar keuangan global.
Perbankan
JAKARTA - Di tengah tantangan perlambatan ekonomi nasional dan ketidakpastian global yang masih tinggi, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan tetap optimistis bahwa pertumbuhan kredit perbankan tahun 2025 akan sejalan dengan target yang telah ditetapkan. Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae.
Dian mengungkapkan bahwa berbagai faktor global tengah menekan perekonomian dunia, termasuk Indonesia. Salah satu faktor utama adalah tertundanya penurunan suku bunga acuan Amerika Serikat (Fed Fund Rate), yang menimbulkan ketidakpastian di pasar keuangan global.
"Ketidakpastian global antara lain disebabkan oleh lambatnya penurunan suku bunga acuan, tarif impor oleh AS yang direspons oleh negara lain seperti Tiongkok, serta dinamika konflik Rusia-Ukraina, Timur Tengah, dan terbaru India-Pakistan," kata Dian dalam konferensi pers Rapat Dewan Komisioner (RDK) OJK dikutip Senin 12 Mei 2025.
- Jet Rafale India Ditembak Pakistan, Saham Dassault Turun
- Kehilangan Dividen BUMN Rp90 Triliun, Kemenkeu Siapkan Strategi Penerimaan Baru
- Berapa Biaya Konklaf di Vatikan?
Situasi ini, menurutnya, mendorong investor global untuk memindahkan dana ke instrumen investasi yang dianggap lebih aman, seperti safe haven asset, meskipun imbal hasilnya tidak tinggi.
Pertumbuhan Ekonomi dan Kredit Mulai Moderat
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2025 tercatat sebesar 4,87% secara tahunan (yoy). Namun, secara kuartalan (Q2Q), ekonomi mengalami kontraksi sebesar 0,98% dibandingkan kuartal IV-2024. Perlambatan ini turut memengaruhi laju pertumbuhan kredit perbankan yang tercatat sebesar 9,16% pada Maret 2025.
Meski demikian, Dian menegaskan bahwa kondisi perbankan secara umum masih solid. Risiko kredit tetap terjaga dengan baik yang tercermin dari rasio kredit bermasalah (NPL) yang stabil di bawah 3%. Hal ini didukung oleh tren pencadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) yang relatif stabil.
Baca Juga: Perkuat Pembiayaan, 360Kredi Jalin Kerja Sama Channeling dengan Neo Commerce
Likuiditas Masih Terjaga, Ruang Penyaluran Kredit Tetap Ada
OJK menilai kondisi likuiditas perbankan masih dalam batas aman, meskipun menunjukkan tren penurunan. "Ini menunjukkan bahwa secara umum perbankan masih memiliki ruang untuk melanjutkan penyaluran kredit lebih lanjut," jelas Dian.
Ia juga menambahkan bahwa dalam pembahasan rencana bisnis antara OJK dan perbankan, tidak terdapat perubahan signifikan terhadap target pertumbuhan kredit tahun 2025.
"Perbankan memiliki kesempatan untuk merevisi target rencana bisnis pada akhir semester I 2025, dengan mempertimbangkan perkembangan global dan domestik. Namun sejauh ini, belum ada penyesuaian yang berarti," katanya.
- Semua yang Perlu Diketahui Tentang Met Gala 2025, dari Tema hingga Dresscode
- IndoXXI, LK21 dan Juraganfilm Ilegal, Ini 7 Situs Nonton Film yang Aman dan Lengkap
- Konser DAY6 di Jakarta Kacau, Ini 10 Kontroversi Promotor Mecima
OJK dan KSSK Tetap Jaga Stabilitas Sistem Keuangan
Dian juga menekankan bahwa OJK terus berkoordinasi dengan para pemangku kepentingan, termasuk yang tergabung dalam Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), untuk menjaga stabilitas sistem keuangan Indonesia.
"OJK bersama KSSK terus menyinergikan berbagai kebijakan untuk meminimalkan dampak ketidakpastian global terhadap sistem keuangan maupun perekonomian nasional," tegasnya.
Ia memastikan bahwa OJK secara aktif memantau dan mengkaji dampak ketidakpastian global terhadap prospek ekonomi nasional dan sektor keuangan domestik.