
Kenapa Harga Kelapa Semakin Mahal?
- Warga, UMKM dan industri pengolahan skala kecil di Indonesia kini tengah direpotkan dengan harga kelapa yang semakin membubung. Di pasaran, harga kelapa bulat bisa menembus Rp30.000 per buah. Padahal, harga normal komoditas tersebut hanya di kisaran Rp10.000 per buah.
Makroekonomi
JAKARTA—Warga, UMKM dan industri pengolahan skala kecil di Indonesia kini tengah direpotkan dengan harga kelapa yang semakin membubung. Di pasaran, harga kelapa bulat bisa menembus Rp30.000 per buah. Padahal, harga normal komoditas tersebut hanya di kisaran Rp10.000 per buah.
Usut punya usut, tingginya permintaan ekspor dari China menjadi penyebab melambungnya harga kelapa di dalam negeri. Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, mengatakan China kini tengah hobi mengolah susu nabati yang salah satu bahannya adalah kelapa.
Susu nabati tersebut kini menggantikan susu sapi. “Kelapa sekarang langka karena di China diolah jadi susu. Jadi di China sekarang orang minum kopi bukan pakai susu (sapi), tapi pakai santan kelapa (susu nabati),” ujar Zulhas, sapaan akrabnya, dikutip dari Antara, Jumat, 16 Mei 2025.
Menyikapi kenaikan harga, Menteri mendorong petani memperbanyak penananam pohon kelapa guna memenuhi kebutuhan dalam negeri sekaligus menjaga ekspor. “Tanam yang lebih banyak,” tutur dia.
Tolak Hentikan Ekspor
Pihaknya memastikan tidak akan menghentikan ekspor kelapa bulat meski harga di Indonesia melonjak. “Petani lagi untuk banyak sekarang. Jadi bagus untuk petani,” ujar Zulhas.
Menteri Perdagangan (Mendag), Budi Santoso, mengakui harga kelapa untuk ekspor jauh lebih tinggi dibandingkan pasar domestik. Hal ini membuat banyak pengusaha lebih memilih menjual kelapa ke luar negeri. “Karena semua diekspor, akhirnya jadi langka di dalam negeri,” ujarnya.
Pihaknya telah bertemu pelaku industri dan eksportir dan kelapa untuk membahas kenaikan harga tersebut. Namun belum ada kebijakan strategis yang diputuskan dalam pertemuan itu.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor kelapa dalam kulit pada kuartal I 2025 mencapai US$ 45,6 juta, sementara ekspor kopra (daging kelapa kering) sebesar US$ 5,9 juta.
China menjadi negara tujuan utama dengan nilai ekspor menembus US$43,1 juta, disusul Vietnam sebesar US$2,06 juta, Thailand US$299 ribu, dan negara lainnya US$144 ribu. Sementara itu, Himpunan Industri Pengolahan Kelapa Indonesia (HIPKI) mencatat kenaikan harga kelapa sudah dimulai sejak pertengahan 2024.
- Bitcoin Diproyeksi Cetak Rekor Tertinggi Sebelum Akhir Mei 2025
- Saham LQ45 Hari Ini Naik 1,22 Persen, ADRO dan MDKA Top Gainers
- IHSG Hari Ini Ditutup Menguat, COCO dan PGEO Melesat
HIPKI menyebut harga kelapa bulat di pasaran saat ini sudah mencapai Rp25.000-Rp30.000 per buah, dari harga normal sekitar Rp8.000-Rp10.000 per buah. Ekspor besar-besaran membuat harga kelapa di dalam negeri melambung.
Selain China, HIPKI mencatat Thailand, Malaysia, dan Filipina, turut menjadi tujuan impor kelapa Indonesia. Di samping itu, mahalnya harga kelapa dinilai dipengaruhi kemarau panjang tahun lalu. Cikal bakal buah kelapa banyak yang rontok sehingga buah yang bisa berkembang hanya sedikit.
Ketua HIPKI, Rudy Handiwidjaja, mendorong adanya regulasi yang jelas untuk mengatur kuota ekspor kelapa. Sehingga, harga kelapa dalam negeri dapat stabil. Tanpa aturan perlindungan, pihaknya menilai melejitnya harga kelapa bakal memukul banyak lini industri pengolahan, UMKM, hingga konsumen di hilir.