Ilustrasi uang kertas Dolar AS
Tren Global

Kekuatan Dolar Membuat Amerika Percaya Diri Kenakan Tarif ke Dunia

  • Dolar AS tetap menjadi mata uang terkuat dan dominan di sistem keuangan global, meski menghadapi tantangan dari China dan BRICS.

Tren Global

Muhammad Imam Hatami

JAKARTA - Kebijakan tarif global yang diterapkan Presiden Donald Trump pada tahun2025 mencerminkan keyakinan kuat Amerika Serikat terhadap kekuatan ekonominya, terutama dominasi Dolar Amerika sebagai mata uang cadangan dunia. Dengan skema tarif yang kontroversial, Trump menunjukkan bahwa AS tak ragu memaksakan kepentingan dagangnya terhadap lebih dari 150 negara.

"Kami akan segera merilis surat, membahas banyak negara yang jauh lebih kecil. Kami mungkin akan menetapkan satu tarif untuk semuanya... mungkin sedikit di atas 10%," ungkap Trump kepada awak media setelah menghadiri acara di Pittsburgh, dikutip laman New York Times, Jumat, 18 Juli 2025.

Kebijakan tarif Trump tak mengacu pada praktik perdagangan mitra, melainkan defisit perdagangan bilateral. Negara dengan surplus dagang terhadap AS dikenai tarif tinggi, tak peduli apakah mereka sekutu atau tidak. 

Sebagai contoh, Vietnam dikenakan tarif 46% hanya karena surplus dagangnya mencapai US$123 miliar (±Rp2.004 triliun). Bahkan negara seperti Brasil dan Singapura, yang cenderung netral dan pro-AS, tak luput dari tarif minimum 10%.

Kenapa Dolar Sangat Kuat ?

Dolar Amerika Serikat (US$) masih memegang status sebagai mata uang terkuat dan paling dominan dalam sistem keuangan global. Meskipun ekonomi dunia terus berubah dan muncul tantangan dari berbagai negara seperti China dan kelompok BRICS, posisi dolar tetap sulit digoyahkan. 

Salah satu faktor utama adalah perannya sebagai mata uang cadangan utama dunia, di mana lebih dari 55% cadangan devisa global disimpan dalam bentuk dolar.

Selain sebagai cadangan, dolar juga digunakan dalam hampir 90% perdagangan internasional, termasuk untuk komoditas penting seperti minyak, gas, dan emas. Artinya, hampir semua negara butuh dolar untuk melakukan transaksi global, bahkan jika mereka tidak berdagang langsung dengan Amerika Serikat. Kebutuhan ini menciptakan permintaan struktural terhadap dolar yang sulit ditandingi mata uang lain.

Faktor berikutnya adalah keunggulan pasar keuangan Amerika Serikat yang sangat dalam dan likuid. AS memiliki pasar obligasi dan saham terbesar di dunia. Investor global, termasuk bank sentral dan dana pensiun, secara rutin membeli surat utang negara AS (US Treasury Bonds) karena dianggap sebagai aset paling aman (risk-free asset). Ketika ada krisis global, alih-alih meninggalkan dolar, justru lebih banyak negara dan investor yang membelinya sebagai aset pelindung.

Tak hanya karena keamanannya, ekonomi AS sendiri memang masih yang terbesar secara nominal, dengan Produk Domestik Bruto (PDB) senilai US$30,34 triliun (atau setara sekitar Rp4.947 triliun dengan kurs Rp16.300 per dolar). Didukung sektor jasa dan teknologi seperti Google, Microsoft, dan Apple, perekonomian AS juga memiliki kekuatan konsumsi domestik yang sangat besar, dengan belanja rumah tangga menyumbang hampir 68% dari PDB-nya.

Satu lagi faktor yang membuat kepercayaan pada dolar tetap tinggi adalah kredibilitas Federal Reserve (The Fed) sebagai bank sentral AS. Meskipun Presiden AS seperti Donald Trump pernah menekan agar suku bunga diturunkan, pasar dan investor global tetap lebih mempercayai independensi dan stabilitas kebijakan moneter dari The Fed. Transparansi dan pengalaman panjang lembaga ini dalam mengelola inflasi juga menjadi nilai tambah.

Namun bukan berarti dolar tidak memiliki tantangan. Negara-negara seperti China, Rusia, dan anggota BRICS mencoba mendorong penggunaan mata uang lokal dalam perdagangan internasional, sebagian karena ketidakpuasan terhadap dominasi dolar. Meski demikian belum ada alternatif yang benar-benar seimbang, karena yuan dinilai terlalu dikontrol pemerintah, euro menghadapi tantangan politik internal Eropa, dan mata uang BRICS masih sebatas konsep.

Secara keseluruhan, dolar tetap kuat bukan karena sempurna, melainkan karena belum ada pesaing yang benar-benar mampu menggantikan peran globalnya. Status dolar sebagai mata uang cadangan dunia memberi Amerika Serikat kekuatan unik, bukan hanya ekonomi, tapi juga geopolitik. Selama dunia masih mengukur nilai dan risiko dalam US$, maka kekuatan ekonomi dan politik AS akan terus bertahan.