
Jejak Satu Dekade Dividen PTBA, Cerminan Siklus Si Emas Hitam
- PTBA putuskan dividen jumbo Rp332 per saham untuk 2024 dengan yield premium 11,5%. Pembagian dividen ini menjadi cerminan perjalanan dinamis perusahaan dalam menghadapi siklus industri emas hitam.
Tren Pasar
JAKARTA – PT Bukit Asam Tbk (PTBA) kembali menegaskan menjadi salah satu emiten pertambangan di Bursa Efek Indonesia, yang konsisten dan menjaga rasio dividen jumbo kepada para pemegang sahamnya.
Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada Kamis, 12 Juni 2025, yang berlangsung di Jakarta, perusahaan batu bara plat merah ini menyetujui pembagian dividen tahun buku 2024 sebesar Rp3,82 triliun.
Nilai dividen tersebut mencerminkan 75% dari laba bersih PTBA tahun buku 2024 yang mencapai Rp5,10 triliun. Sementara itu, sisa 25% dari laba bersih sebesar Rp1,27 triliun, akan disimpan sebagai saldo laba yang belum dicadangkan.
- Satu per Satu Anggota Selesaikan Wamil, Kapan BTS Comeback?
- Jatuh di India, Boeing 787 Dreamliner adalah Pesawat Berbadan Lebar Terlaris Sepanjang Masa
- Bawa 242 Penumpang, Boeing 787-8 Dreamliner Air India Jatuh Timpa Asrama Dokter
Sementara itu, dividen per share atau dividen per saham yang diterima investor berada di level Rp332 per saham. Nah, mengacu harga saham PTBA pada penutupan perdagangan hari ini di level Rp2.980 per saham, maka dividen yield yang ditawarkan berada di level 11,5%, angka tergolong premium dibandingkan obligasi pemerintah.
Sebagai pemegang saham mayoritas sebesar 65,93%, MIND ID atau Holding BUMN pertambangan ini bakal menerima cuan dari dividen ini sebesar Rp2,52 triliun. Sementara itu, sisa dividen senilai Rp 1,3 triliun akan didistribusikan kepada para investor publik yang secara kolektif menggenggam 34,02% saham perseroan.
Jejak Dividen Satu Dekade
Keputusan untuk membagikan 75% laba ini sejatinya melanjutkan tradisi panjang perseroan. Namun, perjalanan dalam satu dekade terakhir menyajikan potret gamblang i volatilitas dan sifat siklus industri batu bara, yang dapat dipetakan ke dalam beberapa fase kunci.
Pada periode stabilitas pra-pandemi antara 2015-2018, PTBA berhasil memperkuat reputasinya sebagai emiten andal dengan dividen konsisten di rentang Rp285 hingga Rp339 per saham, didukung oleh DPR yang stabil di angka 75%. Fase ini menunjukkan kemampuan PTBA menjaga profitabilitas di tengah kondisi pasar yang relatif normal.

Namun, momentum tersebut terganggu pada fase disrupsi pandemi pada 2019-2020. Hantaman Covid-19 yang menekan permintaan energi global secara langsung menggerus laba perseroan. Imbasnya, dividen PTBA anjlok ke level Rp74,69 per saham atau setara 35% dari laba bersih, level terendah dalam satu dekade. Langkah ini dilakukan guna menjaga likuiditas perseroan.
Secara paradoks, disrupsi tersebut memicu fase lonjakan supercycle pada 2021-2022. Didorong oleh pemulihan ekonomi dan krisis energi global, dividen PTBA meroket menjadi Rp688 per saham pada 2021.
Puncaknya tercapai pada 2022 dengan pencapaian historis dividen tertinggi sepanjang masa PTBA mencapai angka Rp1.094 per saham. Tak tanggung-tanggung, perusahaan menyapu bersih 100% labanya untuk dibagikan sebagai dividen selama dua tahun berturut-turut
Memasuki periode 2023-2024, kinerja dividen PTBA menunjukkan normalisasi seiring meredanya euforia harga komoditas. Nilai dividen juga disesuaikan ke level yang lebih fundamental, yaitu Rp397 dan Rp332 per saham.
Meskipun terjadi penurunan dari puncaknya, nilai dividen tersebut tetap premium jika dibandingkan dengan rata-rata historis pra-pandemi. Hal ini didukung oleh komitmen perseroan untuk kembali ke dividend payout ratio yang rasional di level 75%, menandakan fokus pada stabilitas dan imbal hasil yang berkelanjutan bagi investor.