
Jejak Panjang Pergantian Kurikulum Pendidikan di Indonesia
- Indonesia mengalami berbagai perubahan kurikulum sejak tahun 1947 hingga kini. Setiap perubahan kurikulum dilakukan untuk menyesuaikan dinamika sosial serta perkembangan pembangunan di Indonesia.
Nasional
JAKARTA – Indonesia mengalami berbagai perubahan kurikulum sejak tahun 1947 hingga kini. Setiap perubahan kurikulum dilakukan untuk menyesuaikan dinamika sosial serta perkembangan pembangunan di Indonesia.
Perubahan kurikulum pendidikan di Indonesia telah berlangsung pada beberapa periode, yaitu pada tahun 1947, 1964, 1968, 1973, 1975, 1984, 1994, 1997, 2004, 2006, 2013, hingga 2022.
Dilansir dari berbagai sumber, berikut nama-nama kurikulum yang pernah ada di Indonesia. Mari simak artikel berikut.
- Mengenal Itaoua, Mobil Listrik Pertama dari Burkina Faso di Afrika
- Serikat Pekerja Serukan Moratorium Cukai di Tengah Beban Ganda Industri Tembakau
- Pemerintah Fokus Sederhanakan Regulasi untuk Lindungi Petani
1. Kurikulum 1947 (Rentjana Pelajaran 1947)
Kurikulum 1947 adalah kurikulum pertama yang disusun setelah Indonesia merdeka, tepatnya dua tahun pascakemerdekaan. Kurikulum ini awalnya masih menggunakan istilah Belanda, yaitu Leerplan.
Pendidikan saat awal kemerdekaan berada di bawah kendali Suryadi Suryaningrat selaku Menteri Pengajaran, yang juga merancang kurikulum tersebut.
Kurikulum ini masih dipengaruhi oleh sistem pendidikan peninggalan masa kolonial Belanda dan pendudukan Jepang, sehingga sebagian besar konsep yang digunakan merupakan kelanjutan dari sistem yang sudah ada sebelumnya.
Melalui kurikulum ini, pemerintah berupaya menyusun sistem pendidikan yang sesuai dengan kondisi masa revolusi, dengan fokus utama pada pembentukan karakter bangsa Indonesia yang merdeka, berdaulat, dan setara dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Kurikulum 1947 tidak menekankan Pendidikan pikiran, tapi menekankan pada pendidikan watak, kesadaran bernegara, dan bermasyarakat.
Kurikulum ini dimulai pada tahun 1950, setelah tercapainya kesepakatan antara Republik Indonesia dan Kerajaan Belanda dalam Konferensi Meja Bundar yang berlangsung pada 2 November 1949 dan mulai diberlakukan sejak 27 Desember 1949.
2. Kurikulum 1952 (Rentjana Pelajaran Terurai 1952)
Kurikulum ini hadir sebagai penyempurnaan kurikulum sebelumnya dengan memberikan rincian pada setiap mata pelajaran, sehingga dikenal dengan nama Rencana Pelajaran Terurai 1952.
Kurikulum ini mulai mengarah pada sistem pendidikan yang Indonesia, di mana setiap pelajaran dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dalam silabusnya, terlihat jelas bahwa guru memiliki tanggung jawab mengajar hanya satu mata pelajaran tertentu.
3. Kurikulum 1964 (Rentjana Pendidikan 1964)
Pada tahun 1964, pemerintah kembali melakukan penyempurnaan sistem kurikulum yang dikenal dengan nama Rencana Pendidikan 1964. Ciri khas kurikulum ini adalah adanya keinginan pemerintah untuk membekali masyarakat dengan pengetahuan akademik pada jenjang SD.
Oleh karena itu, proses pembelajaran difokuskan pada program Pancawardhana yang mencakup pengembangan aspek moral, kecerdasan, emosional atau seni, keterampilan, serta jasmani.
Dalam pelaksanaan kurikulum tersebut, kegiatan belajar dilakukan dengan pendekatan yang aktif, kreatif, dan produktif. Sebagai bagian dari penerapannya, pemerintah menetapkan hari Sabtu sebagai hari krida, yaitu hari di mana siswa diberikan kebebasan untuk mengikuti berbagai aktivitas sesuai dengan minat dan bakat mereka.
4. Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 merupakan kurikulum pertama yang diterapkan pada masa Orde Baru. Kurikulum ini memiliki muatan politis dan dirancang untuk menggantikan Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama.
Tujuan utamanya adalah membentuk pribadi yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Kurikulum ini mencerminkan perubahan orientasi menuju penerapan UUD 1945 secara murni.
Karakteristik utama kurikulum ini adalah materi pelajaran yang bersifat teoritis, tidak terhubung langsung dengan realitas di lapangan. Fokus utamanya adalah pada pemilihan materi yang sesuai untuk diberikan kepada siswa di setiap tingkat pendidikan.
Arah pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kecerdasan, keterampilan, serta membentuk fisik yang sehat dan kuat. Namun, dalam kurikulum tersebut mulai diterapkan sistem penjurusan yang dimulai sejak siswa berada di kelas 2 SMU atau setara dengan kelas 11.
5. Kurikulum 1975
Pada tahun 1975, pemerintah melakukan penyempurnaan terhadap Kurikulum 1968. Kurikulum baru ini menitikberatkan pada terciptanya proses pendidikan yang lebih efektif dan efisien.
Menurut Mudjito, yang saat itu menjabat sebagai Direktur Pembinaan TK dan SD di Departemen Pendidikan, lahirnya kurikulum ini dipengaruhi oleh konsep manajemen Management by Objective (MBO).
Dalam pelaksanaannya, metode, materi, dan tujuan pembelajaran dijabarkan secara rinci melalui Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI), yang dikenal dengan istilah satuan pelajaran, yaitu rencana pembelajaran untuk setiap topik atau bahasan.
Penerapan kurikulum tersebut mendapat banyak kritik dari kalangan guru karena mereka menjadi terlalu terbebani dengan kewajiban merinci setiap aktivitas pembelajaran.
Dalam kurikulum ini, terjadi perubahan nama beberapa mata pelajaran, seperti ilmu alam dan ilmu hayat yang disatukan menjadi ilmu pengetahuan alam, serta ilmu aljabar dan ilmu ukur yang digabung dan dinamakan matematika.
6. Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 mengusung pendekatan pada proses pengembangan keterampilan. Meskipun fokus utama pada proses, tujuan pembelajaran tetap menjadi aspek penting. Kurikulum ini juga dikenal sebagai penyempurnaan dari Kurikulum 1975.
Dalam kurikulum ini, siswa diposisikan sebagai subjek aktif dalam pembelajaran, yang melibatkan tahap-tahap seperti mengamati, mengelompokkan, berdiskusi, dan menyampaikan hasilnya. Pendekatan ini dikenal dengan sebutan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).
7. Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999
Kurikulum 1994 serta Suplemen Kurikulum 1999 merupakan hasil penggabungan antara Kurikulum 1975 dan 1984. Namun, pelaksanaan kurikulum ini mendapat banyak kritik dari para praktisi pendidikan hingga orang tua siswa karena materi pembelajarannya dianggap terlalu berat dan padat.
Selain materi pelajaran umum yang dirasa membebani, kurikulum ini juga memasukkan muatan lokal seperti bahasa daerah, kesenian, dan keterampilan daerah.
Pada Kurikulum 1994 terjadi perubahan dalam sistem pembagian waktu pelajaran, dari semester menjadi caturwulan, dengan pembagian pembelajaran dalam tiga periode caturwulan selama satu tahun.
Selain itu, dalam penerapan kurikulum ini, singkatan SMP diubah menjadi SLTP, dan SMA menjadi SMU. Sistem penjurusan di SMU dibagi menjadi tiga program yaitu IPA, IPS, dan bahasa. Sementara itu, mata pelajaran PSPB dihapuskan dalam kurikulum tersebut.
8. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004
Pada tahun 2004, pemerintah meluncurkan KBK sebagai pengganti Kurikulum 1994. Kurikulum ini merupakan program pendidikan yang berfokus pada kompetensi, dengan tiga unsur utama, yaitu pemilihan kompetensi sesuai spesifikasi, indikator evaluasi untuk mengukur pencapaian kompetensi, serta pengembangan proses pembelajaran.
KBK memiliki ciri khas yang menekankan pencapaian kompetensi siswa secara individu maupun kelompok, berorientasi pada hasil belajar dan menghargai keberagaman.
Dalam proses pembelajarannya, digunakan berbagai pendekatan dan metode, dengan sumber belajar tidak hanya berasal dari guru, tetapi juga dari sumber lain yang memiliki nilai edukatif.
Selain itu, kurikulum 2004 pemerintah kembali mengubah nama SLTP menjadi SMP dan SMU kembali menjadi SMA.
9. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006
KBK sering dianggap sebagai dasar atau jiwa dari KTSP, karena KTSP sebenarnya mengadopsi prinsip-prinsip dari KBK. Kurikulum ini dikembangkan oleh BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan). Perbedaan utama dengan Kurikulum 2004 terletak pada kewenangan penyusunannya, yang pada KTSP mengacu pada semangat desentralisasi dalam sistem pendidikan Indonesia.
10. Kurikulum 2013 (K-13)
Kurikulum ini menggantikan Kurikulum KTSP. Kurikulum 2013 mencakup tiga aspek penilaian, yaitu aspek pengetahuan, keterampilan, serta sikap dan perilaku.
Pada tahun ajaran 2013/2014, tepatnya sekitar pertengahan 2013, Kurikulum 2013 mulai diterapkan secara terbatas di sekolah perintis, yaitu pada kelas I dan IV tingkat Sekolah Dasar, kelas VII untuk SMP, serta kelas X untuk SMA/SMK.
Pada tahun 2014, penerapan Kurikulum 2013 diperluas ke kelas I, II, IV, dan V di SD, kelas VII dan VIII di SMP, serta kelas X dan XI di SMA. Jumlah sekolah perintis yang menerapkan kurikulum ini mencapai 6.326 sekolah yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia.
- MINE Kantong Dua Kontrak Baru dari Anak Usaha MBMA
- Mendesak, Moratorium Kenaikan Cukai Rokok Penting untuk Selamatkan Industri Padat Karya dan Tekan Peredaran Rokok Ilegal
- Harga Emas Longsor, Turun Rp28.000 per Gram
Dalam Kurikulum 2013, terdapat penyesuaian materi pembelajaran dengan beberapa materi yang diringkas, seperti pada pelajaran Bahasa Indonesia, IPS, dan PPKn, serta penambahan materi baru, khususnya pada pelajaran Matematika.
12. Kurikulum Merdeka (2022)
Kurikulum Merdeka mulai diperkenalkan pada tahun 2022 sebagai bagian dari inisiatif Merdeka Belajar yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Kurikulum ini menitikberatkan pada penguasaan materi yang esensial serta pengembangan karakter melalui penerapan nilai-nilai dalam Profil Pelajar Pancasila.