Mamdani.jpg
Tren Global

Janji Tangkap Netanyahu, Siapa Zohran Mamdani yang Nyalon Wali Kota New York?

  • Jika terpilih sebagai Wali Kota New York, Zohran Mamdani berjanji akan membawa perubahan besar melalui serangkaian program sosial ambisius. Salah satu prioritas utamanya adalah menjadikan transportasi publik lebih inklusif, dengan target menjadikan bus kota bebas biaya pada tahun 2027.

Tren Global

Muhammad Imam Hatami

JAKARTA - Saat partai Demokrat sedang berhiruk-pikuk memilih calon Wali Kota New York di internal partai mereka, satu nama tak terduga justru mencuri perhatian karena berhasil memenangkan konvensi calon wali kota dari partai Demokrat. 

Dia adalah  Zohran Mamdani, politisi muda berdarah India-Uganda, yang dikenal lantang menyuarakan isu-isu keadilan sosial dan internasional,. Lahir di Kampala, Uganda, dari pasangan akademisi ternama Mahmood Mamdani dan sutradara kawakan Mira Nair, Zohran tumbuh besar di Astoria, Queens, sejak usia tujuh tahun. 

Kini di usia 33 tahun, ia mencatat sejarah sebagai kandidat progresif yang mengalahkan tokoh politik senior, bahkan mantan Gubernur Andrew Cuomo, dalam pemilihan pendahuluan Partai Demokrat.

Tak ada yang menyangka, enam hari sebelum pemungutan suara partai Demokrat, jajak pendapat Marist masih menempatkan Cuomo unggul jauh dengan 38%, sedangkan Mamdani hanya 27%. 

Namun sistem voting pilihan berjenjang (ranked-choice voting) justru membuka jalan bagi Mamdani. Dalam putaran pertama, ia unggul dengan 43,5% suara, sementara Cuomo tertinggal di 36,4%.

Dukungan besar datang dari kaum muda, komunitas kelas pekerja di Queens dan Brooklyn, serta jaringan relawan akar rumput yang mengandalkan donasi kecil. Tokoh-tokoh progresif nasional seperti Bernie Sanders dan Alexandria Ocasio-Cortez ikut memberikan dukungan terbuka, sebuah sinyal gelombang politik kiri di Amerika belum surut.

Sikap Tegas terhadap Gaza dan Politik Luar Negeri

Namun yang membuat Mamdani lebih dari sekadar tokoh lokal adalah sikapnya yang berani dalam isu internasional, terutama konflik Israel-Palestina. Ia menyebut serangan Israel di Gaza sebagai bentuk genosida, mendukung gerakan BDS (Boikot, Divestasi, dan Sanksi).

Dia bahkan menyatakan secara terbuka akan menangkap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu jika berkunjung ke New York. Pernyataannya itu mengundang kritik keras dari kalangan pro-Israel. 

Namun Mamdani bersikukuh tindakannya bukan soal anti-Semitisme, namun soal kemanusiaan. Ia bahkan menolak menjauh dari slogan kontroversial “Globalize the Intifada”, yang ia anggap sebagai seruan solidaritas global terhadap perjuangan rakyat tertindas.

Jika terpilih sebagai Wali Kota New York, Zohran Mamdani berjanji akan membawa perubahan besar melalui serangkaian program sosial ambisius. Salah satu prioritas utamanya adalah menjadikan transportasi publik lebih inklusif, dengan target menjadikan bus kota bebas biaya pada tahun 2027.

Dalam sektor perumahan, Mamdani mengusulkan pembekuan sewa serta pendirian lembaga pembangunan perumahan milik publik untuk menjawab krisis hunian yang semakin menghimpit warga kelas pekerja.

Di bidang pangan dan pendidikan, ia ingin mendirikan supermarket milik kota di setiap borough agar akses terhadap bahan pokok menjadi lebih adil dan terjangkau. Ia juga mendorong makan gratis di kampus, serta program pendidikan anak usia dini universal, yang bertujuan mengurangi kesenjangan sejak usia dini. 

Untuk mendanai seluruh agenda tersebut, Mamdani menyasar kalangan elite dan korporasi, dengan rencana menaikkan pajak korporasi menjadi 11,5%, serta menambahkan pajak 2% bagi pendapatan di atas $1 juta.

Dalam isu keamanan publik, Mamdani mengusulkan pendekatan yang lebih humanistik. Ia ingin memangkas anggaran NYPD secara signifikan dan mengalihkannya ke Dinas Keamanan Komunitas, yang lebih fokus pada pencegahan dan kesejahteraan sosial. 

Penanganan krisis akan dipercayakan kepada tenaga kesehatan mental dan pekerja sosial, bukan kepada polisi bersenjata, sebuah langkah yang mencerminkan visi Mamdani tentang keamanan yang berbasis kepercayaan dan solidaritas, bukan ketakutan dan represi.

Pemilu wali kota akan digelar pada 4 November 2025, dan Mamdani akan berhadapan dengan kandidat Partai Republik, Curtis Sliwa. Namun, dengan rasio pemilih Demokrat yang mendominasi 6:1 di NYC, banyak pihak memperkirakan Mamdani berada di jalur kemenangan.

Jika terpilih, ia akan menjadi wali kota Muslim pertama dalam sejarah kota New York, sekaligus yang pertama berdarah India dan keturunan Afrika Timur. Sebuah pencapaian monumental, tidak hanya bagi dirinya, tapi juga bagi komunitas diaspora dan gerakan progresif Amerika secara keseluruhan.