
Jangan Jualan Sendirian! Strategi Kolaboratif UMKM Agar Bisa Menang di Era Platform Digital
- Salah satu kunci pertumbuhan KEE adalah keberhasilannya membangun dan merawat relasi dengan para pengrajin lokal. Sejak awal, KEE menggandeng penjahit-penjahit rumahan dan pelaku konveksi kecil di Jakarta dan sekitarnya untuk memproduksi tas-tas mereka.
Tren Inspirasi
JAKARTA – Membangun brand lokal bukan sekadar soal ide brilian atau desain kece. Di era platform digital seperti sekarang, strategi kolaboratif justru jadi senjata utama agar UMKM bisa naik kelas dan bertahan di tengah kompetisi yang makin ketat. Salah satu brand lokal yang sukses menjalankan strategi ini adalah KEE, produsen tas kamera asal Jakarta yang kini berkembang jadi brand urban lifestyle dengan jangkauan nasional.
Bermula dari keresahan pribadi sang pendiri, Riky Santoso, yang kesulitan mencari tas kamera berkualitas dengan harga terjangkau, KEE tumbuh bukan hanya karena produknya fungsional, tapi karena kekuatan ekosistem yang dibangun secara kolaboratif.
“Saya sadar, membangun brand tidak bisa sendirian. Saya butuh pengrajin, butuh komunitas fotografer, butuh platform distribusi seperti Shopee, dan terutama: butuh audiens yang engaged,” ungkap Riky, Founder KEE melalui pernyataan tertulis yang diterima TrenAsia, Kamis, 19 Juni 2025.
- Ketika Harga Rumah Tersandera Perang Timur Tengah
- Investasi Properti Gagal? China Sudah, RI Bisa Menyusul Kalau Lengah
- Saham EBT Jadi 'Hidden Gem', Gen Z Pilih Mana? Adu Kuat BREN, PGEO, dan MEDC
Dalam lanskap bisnis digital yang bergerak cepat, pendekatan kolaboratif seperti yang diterapkan KEE menjadi pembeda. Ini bukan cuma strategi, tapi filosofi bisnis yang membuka peluang baru dan menciptakan daya tahan jangka panjang bagi brand lokal.
UMKM Harus Masuk Ekosistem, Bukan Hanya Pasar
Salah satu kunci pertumbuhan KEE adalah keberhasilannya membangun dan merawat relasi dengan para pengrajin lokal. Sejak awal, KEE menggandeng penjahit-penjahit rumahan dan pelaku konveksi kecil di Jakarta dan sekitarnya untuk memproduksi tas-tas mereka.
“Kami tidak hanya mengandalkan vendor. Kami membina hubungan jangka panjang dengan pengrajin. Mereka bukan sekadar pemasok, mereka adalah bagian dari keluarga besar KEE,” ujar Riky.
Langkah ini memperlihatkan bahwa UMKM bisa tumbuh lebih kuat jika masuk dalam ekosistem produksi yang saling menguntungkan. Di tengah krisis pasokan dan kenaikan harga bahan baku, kekuatan hubungan lokal seperti ini terbukti jadi faktor resilien.
Kolaborasi dengan Komunitas Kreator Jadi Mesin Marketing Organik
KEE juga aktif berinteraksi dengan komunitas konten kreator, fotografer, hingga videografer. Mereka tidak hanya menjadi target pasar, tapi juga kolaborator penting dalam proses pengembangan produk dan promosi.
Dari sesi pemotretan bareng, review produk, hingga kolaborasi desain tas edisi terbatas, KEE menjadikan komunitas kreator sebagai sumber insight dan exposure yang organik.
“Kami banyak belajar dari feedback langsung para kreator. Bahkan beberapa fitur di tas terbaru kami lahir dari kebutuhan mereka saat kerja di lapangan,” tambah Riky.
Model kolaborasi seperti ini menciptakan engagement dua arah yang lebih kuat dibandingkan iklan berbayar. Komunitas merasa terlibat, sementara brand mendapatkan validasi dan kredibilitas dari mereka yang menggunakan produk secara nyata.
Shopee: Bukan Cuma Tempat Jualan, Tapi Panggung Interaktif
Di sisi distribusi, KEE melihat platform Shopee bukan hanya sebagai etalase produk, tapi juga sebagai panggung interaktif yang membantu membangun kedekatan dengan pelanggan.
Melalui fitur Shopee Live, tim KEE secara rutin mengadakan sesi siaran langsung untuk mempresentasikan produk, menjawab pertanyaan pelanggan, hingga memberikan tips seputar fotografi dan perawatan gear.
Strategi ini terbukti efektif. KEE mencatat peningkatan penjualan hingga 40% pada 2024 dibandingkan tahun sebelumnya, berkat interaksi langsung yang membangun kepercayaan pelanggan.
Tak hanya itu, KEE juga memanfaatkan kanal Shopee Pilih Lokal sebagai saluran promosi tambahan yang menyasar audiens pencinta produk UMKM.
UMKM Tidak Harus Jago Segalanya, Tapi Harus Tahu Siapa yang Diajak Kolaborasi
Pelajaran penting dari perjalanan KEE adalah bahwa UMKM tidak perlu jago di semua lini. Yang lebih penting adalah tahu siapa yang bisa diajak bekerja sama untuk menambal kekurangan dan memperkuat posisi di pasar.
Kolaborasi bukan berarti melepas kontrol, tapi memperluas daya jangkau. Dengan bekerja sama, brand bisa lebih cepat tumbuh tanpa mengorbankan identitas dan kualitas.
- Tensi AS dan Iran Kerek Saham Migas, Peluang Cuan atau Hanya Euforia?
- Satu per Satu Anggota Selesaikan Wamil, Kapan BTS Comeback?
- Beli Obligasi Pemerintah Kini Bisa Lewat Aplikasi DANA, Permudah Milenial dan Gen Z Investasi
Kolaborasi sebagai Kekuatan UMKM di Masa Depan
Menjelang Hari UMKM Nasional, kisah KEE menjadi contoh konkret bahwa kolaborasi adalah fondasi baru dalam membangun brand lokal yang tangguh dan berkelanjutan. Di era platform digital yang serba cepat dan kompetitif, jualan sendirian justru jadi risiko.
“Kami percaya, membangun brand bukan soal kompetisi siapa yang paling cepat, tapi siapa yang bisa bertahan dan terus relevan. Dan itu hanya bisa dicapai kalau kita jalan bareng, bukan jalan sendiri,” tutup Riky.
Bagi UMKM lain yang ingin berkembang, strategi kolaboratif seperti yang diterapkan KEE bisa jadi inspirasi. Mulai dari pengrajin lokal, komunitas pengguna, hingga platform digital, semua bisa menjadi partner pertumbuhan. Pasalnya, dalam dunia bisnis modern, kolaborasi bukan pilihan, tapi keharusan.