
Jangan FOMO Saham COIN! Ada Risiko Volatilitas di Balik Reli Fantastis
- Saham COIN terus meroket, tapi analis beri peringatan keras soal risiko volatilitas. Apa saja yang perlu diwaspadai investor sebelum ikut FOMO?
Tren Pasar
JAKARTA – Saham PT Indokripto Koin Semesta Tbk (COIN) terus 'menggila' pada perdagangan hari ini, Rabu, 6 Agustus 2025. Hingga siang ini, sahamnya bahkan sempat menyentuh level tertinggi baru di Rp1.500 per saham, melanjutkan reli fantastisnya.
Aktivitas perdagangannya pun luar biasa ramai. Hingga menjelang tengah hari, total volume transaksi telah mencapai 2,74 juta lot dengan nilai fantastis Rp390,20 miliar, menunjukkan minat pasar yang sangat tinggi terhadap saham ini.
Namun, di balik euforia tersebut, seorang pengamat pasar modal, Michael Yeoh, justru memberikan peringatan keras akan risikonya. Lantas, apa saja yang wajib diwaspadai? Mari kita bedah lima poin penting di balik fenomena saham COIN.
1. Mengenal COIN dan Rencana Dana IPO-nya
Untuk memahami konteksnya, COIN baru saja menggelar IPO pada 9 Juli 2025. Perusahaan berhasil menjual 2,20 miliar lembar saham baru dan sukses menghimpun dana segar dari publik sebesar Rp220,58 miliar.
Sebagian besar dana IPO tersebut, yaitu 85%, rencananya akan dialokasikan ke anak usahanya, CFX. Dana ini akan digunakan untuk memperkuat infrastruktur digital, termasuk biaya teknologi, layanan cloud, dan keamanan siber.
Selain itu, 40% dari dana untuk anak usaha juga akan digunakan sebagai provisi likuiditas bursa. Ini menunjukkan fokus perusahaan pada penguatan operasional dan teknologinya pasca mendapatkan dana dari investor publik.
2. Akar Volatilitas: Permintaan Ekstrem Saat IPO
Pengamar Pasar Modal, Michael Yeoh, mengatakan volatilitas tinggi COIN berakar dari masa IPO-nya. Saham ini mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) hingga 27,42 kali, menciptakan ketidakseimbangan pasar yang sangat besar sejak hari pertama.
Akibatnya, harga saham tidak lagi bergerak berdasarkan fundamental murni, melainkan lebih banyak didorong oleh sentimen dan psikologi 'berebut barang langka'. Kondisi seperti inilah yang secara alami menciptakan ayunan harga yang sangat liar dan sulit diprediksi.
3. Peringatan Keras dari Analis
Melihat kondisi ini, Michael secara spesifik memberikan imbauan bagi para investor yang belum memiliki saham COIN untuk berpikir dua kali. Ia menekankan bahwa ini bukanlah saham untuk investor yang lemah jantung atau tidak siap dengan risiko.
“Bagi investor yang belum memiliki COIN, perlu diperhatikan volatilitas serta risikonya,” tegas Michael dalam pernyataannya, Rabu, 6 Agustus 2025.
Pernyataan ini adalah sinyal jelas bahwa potensi penurunan harga sama besarnya dengan potensi kenaikannya. Euforia yang terjadi saat ini bisa dengan cepat berubah menjadi kepanikan jika terjadi aksi ambil untung besar-besaran.
4. Pertarungan Broker Kakap: Siapa Beli & Siapa Jual?
Volatilitas tinggi saham COIN juga tercermin dari data transaksi broker terbaru. Pada perdagangan kemarin, Selasa, 5 Agustus 2025, terlihat adanya 'pertarungan' sengit antara dua kubu broker besar di sisi beli dan jual.
Di sisi pembeli, Stockbit Sekuritas Digital (XL) menjadi yang terdepan dalam memburu saham ini. Mereka tercatat mengakumulasi 256 ribu lot saham senilai sekitar Rp28,2 miliar pada harga rata-rata Rp1.144 per lembar.
Sementara itu, di sisi penjual, Semesta Indovest Sekuritas (MG) menjadi yang paling banyak melakukan aksi lepas saham. Mereka tercatat menjual 296,7 ribu lot senilai Rp32 miliar pada harga rata-rata yang lebih rendah, yaitu Rp1.110.
5. Strategi Bagi Investor: Jangan Kejar Harga di Puncak
Pelajaran utamanya adalah jangan terjebak Fear of Missing Out (FOMO). Mengejar saham yang sudah naik lebih dari 1.000% adalah aktivitas yang sangat berisiko. Peluang terbaik seringkali ada di awal, bukan di tengah euforia.
Jika Anda tetap tertarik, disiplin manajemen risiko adalah kunci mutlak. Tentukan stop loss yang ketat dan bersiaplah untuk potensi kerugian. Ingat, keuntungan besar selalu datang sepaket dengan risiko yang juga sangat besar.
Untuk saat ini, mengamati dari pinggir lapangan (wait and see) mungkin menjadi strategi yang lebih bijak daripada memaksakan diri masuk di harga yang sudah sangat tinggi, terutama dengan adanya peringatan volatilitas dari para ahli.