
Jakarta Berbenah Sambut 500 Tahun: Ruang Publik 24 Jam dan Akses Literasi Ditingkatkan
- Transformasi ini difokuskan pada peningkatan kualitas hidup melalui penyediaan ruang publik yang lebih merata dan akses literasi yang lebih luas. Pendekatan ini mencerminkan pergeseran arah pembangunan dari sekadar fisik-infrastruktur menuju aspek sosial yang lebih mendalam dan berkelanjutan.
Tren Leisure
JAKARTA - Menjelang ulang tahunnya yang ke-498 pada 22 Juni 2025, Jakarta yang masih menjadi ibu kota Indonesia ini terus berbenah. Transformasi diarahkan menjadi kota yang lebih humanis, inklusif, dan berorientasi pada kesejahteraan sosial warganya dalam menyongsong ulang tahun yang ke-500 pada 2027 mendatang.
Transformasi ini difokuskan pada peningkatan kualitas hidup melalui penyediaan ruang publik yang lebih merata dan akses literasi yang lebih luas. Pendekatan ini mencerminkan pergeseran arah pembangunan dari sekadar fisik-infrastruktur menuju aspek sosial yang lebih mendalam dan berkelanjutan.
Studi-studi global menegaskan pentingnya ruang publik dalam kehidupan masyarakat perkotaan yang penun tekanan. Tata kota dengan ruang terbuka hijau dan area sosialisasi yang layak terbukti mampu meningkatkan kesehatan mental, memperkuat relasi sosial, serta mendorong tingkat kebahagiaan warganya secara signifikan.
Wajah Baru Ruang Publik Jakarta
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, di bawah Gubernur Pramono Anung, memberlakukan kebijakan operasional 24 jam untuk lima taman kota strategis: Taman Martha Tiahahu, Taman Ayodya, Taman Menteng, Taman Langsat, dan Lapangan Banteng, sejak pertengahan tahun 2025.
Kebijakan ini disambut hangat oleh warga, khususnya generasi muda. Mereka kini memiliki ruang aman dan representatif untuk berkegiatan malam hari, mulai dari olahraga, bersosialisasi, hingga kegiatan seni dan budaya yang terbuka untuk semua kalangan.
Pemerintah juga membuka kanal partisipasi publik untuk mengusulkan taman lain yang layak dibuka penuh waktu. Respons masyarakat terhadap inisiatif ini tergolong tinggi, mencerminkan tingginya kebutuhan akan ruang terbuka yang inklusif dan responsif terhadap dinamika sosial.
Ke depan, taman-taman yang telah dibuka 24 jam ini akan difungsikan lebih lanjut sebagai ruang ekspresi seni dan literasi. Kegiatan seperti pameran, pembacaan puisi, dan pertunjukan komunitas direncanakan hadir rutin untuk memperkaya kehidupan budaya warga kota.
Menyulam Kembali Ruang Sosial Kota
Pemprov DKI juga terus melakukan revitalisasi ruang publik di berbagai kawasan strategis Jakarta. Kalijodo, TIM, Tebet Eco Park, dan Taman Suropati menjadi fokus pembenahan, baik secara estetika, keamanan, maupun integrasi dengan komunitas warga lokal.
Gubernur Pramono baru-baru ini mengumumkan rencana revitalisasi RPTRA Kalijodo. Proyek ini ditargetkan selesai dalam enam bulan dan akan menghadirkan kembali ruang ramah anak, ramah keluarga, sekaligus berfungsi sebagai simpul komunitas warga sekitar.
Penataan 55 Rukun Warga (RW) juga menjadi prioritas dalam anggaran tahun 2025. Penataan ini menyasar peningkatan infrastruktur dasar, penghijauan lingkungan, serta integrasi fasilitas sosial yang mendukung kehidupan komunitas di tingkat lokal.
Langkah-langkah ini menunjukkan bahwa pembangunan ruang publik tidak hanya dilakukan di pusat kota, tetapi juga menyentuh area permukiman. Pemerataan ruang sosial menjadi bagian penting dalam strategi urban humanis yang sedang dibangun Jakarta saat ini.
Akses Pengetahuan hingga Malam Hari
Dalam bidang literasi, Jakarta memperpanjang jam operasional museum dan perpustakaan hingga pukul 22.00 WIB. Kebijakan ini memberi ruang belajar lebih fleksibel bagi pelajar, mahasiswa, dan masyarakat umum yang membutuhkan akses di luar jam kerja reguler.
Pada April 2025, bertepatan dengan Hari Buku Sedunia, Perpustakaan Jakarta di Taman Ismail Marzuki (TIM) resmi memperpanjang jam layanan hingga malam hari. Langkah ini menjadi simbol bahwa akses terhadap ilmu pengetahuan tidak boleh dibatasi waktu.
Di tingkat nasional, Perpustakaan Nasional RI juga mendorong penguatan layanan publik berbasis literasi. Dalam Rakornas Bidang Perpustakaan 2025, Perpusnas menekankan pentingnya perpustakaan sebagai garda terdepan peningkatan budaya baca dan literasi digital.
Langkah ini juga sejalan dengan tren global literasi terbuka, di mana perpustakaan menjadi ruang komunitas, diskusi publik, dan pusat transformasi sosial. Jakarta mulai menunjukkan keseriusannya untuk menjadikan literasi sebagai tulang punggung pembangunan manusia.
Ruang Hijau dan Literasi Berdampak Langsung pada Warga
Pasalnya, berbagai riset telah menunjukkan dampak signifikan dari ruang publik terhadap kesehatan mental. Yang paling awal studi dari Universitas Exeter (2013) menemukan bahwa warga dengan akses taman mengalami tingkat stres lebih rendah dan kepuasan hidup lebih tinggi dari kelompok lainnya.
Selain itu, laporan Office for National Statistics (ONS) Inggris pada Oktober 2024 juga menunjukkan bahwa ruang hijau membantu meredam gejala kecemasan selama pandemi kemarin. Nah, mereka yang tinggal di kawasan dengan proporsi ruang hijau lebih besar menunjukkan ketahanan mental yang lebih tinggi.
Temuan ini memperkuat keyakinan bahwa ruang publik dan akses literasi bukan sekadar fasilitas, melainkan bagian dari infrastruktur kesejahteraan kota. Investasi pada aspek ini adalah investasi pada masa depan psikososial masyarakat secara keseluruhan.
Data-data tersebut menjadi pijakan kuat bagi Jakarta untuk terus melanjutkan kebijakan yang berpihak pada warga. Transformasi ini bukan sekadar soal pembangunan fisik, melainkan juga soal mengubah cara kita hidup, tumbuh, dan saling terhubung di kota besar.