
ITMG di Persimpangan Penurunan ASP dan Upaya Mempertahankan Profitabilitas
- Diketahui, pendapatan ITMG pada tiga bulan pertama tahun ini tercatat sebesar US$483 juta. Raihan tersebut mengalami penurunan 25,5% dibanding kuartal sebelumnya, sekaligus 1,4% lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Bursa Saham
JAKARTA – Emiten tambang batu bara PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) mencatatkan kinerja keuangan kurang impresif pada kuartal I-2025 akibat penurunan harga jual rata-rata (ASP) dan melemahnya permintaan ekspor batu bara. Perusahaan kini memperkuat strategi efisiensi biaya untuk menjaga profitabilitas di tengah tekanan pasar global.
“Penurunan ASP terutama disebabkan oleh kontribusi yang lebih tinggi dari tambang GPK yang memiliki nilai kalor lebih rendah,” tulis Timothy Wijaya dan Naura Reyhan Muchlis dalam riset BRI Danareksa Sekuritas dikutip pada Jumat, 23 Mei 2025.
Diketahui, pendapatan ITMG pada tiga bulan pertama tahun ini tercatat sebesar US$483 juta. Raihan tersebut mengalami penurunan 25,5% dibanding kuartal sebelumnya, sekaligus 1,4% lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
- Elnusa (ELSA) Bagikan Dividen Rp39,11 per Saham, Dekati Rekor Satu Dekade Lalu
- Bos BUMN Tak Berstatus Penyelenggara Negara, IFW Tempuh Uji Materi
- Harga Emas Antam Jeblok Rp13.000, Simak Rinciannya di Sini
Penurunan penjualan sebesar 14,5% menjadi 5,9 juta ton serta ASP yang turun ke US$81 per ton turut menekan kinerja keuangan. “Kinerja kuartalan ITMG memang cenderung lemah secara musiman, namun tekanan kali ini juga berasal dari kondisi eksternal yang menantang,” jelas Timothy dan Naura.
Meskipun ITMG mencatat penghematan biaya produksi dan operasional, EBITDA tetap turun 47,2% qoq menjadi US$90 juta, dengan laba bersih menurun 35,7% menjadi US$65 juta. Namun secara tahunan, laba tersebut masih tumbuh 5,5%. “Efisiensi belum mampu sepenuhnya menahan tekanan margin akibat harga jual yang menurun tajam,” tambah keduanya.
Untuk menghadapi tekanan harga batu bara global, perusahaan dengan kode saham ITMG ini memprioritaskan strategi efisiensi biaya dengan memangkas beban overhead dan mengoptimalkan kegiatan tambang.
Di sisi lain, perusahaan menargetkan pertumbuhan lini perdagangan batu bara hingga 5,7 juta ton di 2025, naik hampir 30% dari tahun sebelumnya. “Fokus efisiensi dan ekspansi bisnis trading menjadi upaya utama perusahaan menjaga pertumbuhan volume produksi,” ungkap Timothy dan Naura.
Namun, porsi ekspor ITMG turun menjadi 68%, terendah sejak kuartal II-2021, karena melemahnya permintaan dari pasar utama seperti China dan Jepang. Perusahaan berharap adanya peningkatan dari India seiring prediksi gelombang panas di kuartal II. “Permintaan dari India berpotensi menjadi penyeimbang, terutama selama periode musim panas yang ekstrem,” catat riset tersebut.
Dengan mempertimbangkan tren penurunan ASP dan eksposur lebih besar terhadap batu bara berkalori rendah, analis merevisi proyeksi ASP blended ITMG untuk tahun buku penuh 2025 menjadi US$79 per ton.
Penyesuaian ini turut menurunkan proyeksi pendapatan dan laba bersih dalam tiga tahun ke depan.
“Revisi kecil kami mencerminkan realita pasar batu bara yang terus berubah dan profil produksi ITMG yang makin terdampak oleh produk low CV,” tulis Timothy dan Naura.
Meski demikian, BRI Danareksa Sekuritas tetap mempertahankan rekomendasi “Buy” untuk saham ITMG dengan target harga Rp26.500, yang mencerminkan valuasi PE 7,7x untuk tahun fiskal 2025.
Kendati begitu, risiko utama terhadap proyeksi ini meliputi penurunan harga batu bara, volume penjualan yang lebih rendah, dan peningkatan stripping ratio. “Fundamental perusahaan tetap solid dalam jangka menengah, meski tekanan eksternal perlu terus dimitigasi secara aktif,” tutup riset tersebut.
Sementara itu, dari lantai bursa, pada perdagangan sesi pertama ini, saham ITMG diparkir di level Rp22.500 per saham, atau melemah 0,66%. Demikian juga secara year to date, saham ini masih berkutat di zona merah dengan pelemahan 14,04%.