
Israel Tegaskan Ingin Kuasai Gaza, Mungkinkah Terwujud?
- Langkah pendudukan Gaza dikabarkan akan segera dibahas dalam pertemuan kabinet penuh Israel. Menurut laporan Axios, kabinet keamanan Israel telah menyetujui rencana pendudukan Kota Gaza
Tren Global
JAKARTA, TRENASIA.ID - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan, Israel berencana mengambil alih kendali militer penuh atas Jalur Gaza. Dalam wawancara dengan Fox News, Netanyahu menegaskan bahwa Israel tidak berniat untuk memerintah Gaza secara langsung, melainkan hanya membentuk perimeter keamanan yang ketat.
Setelah itu, kendali administratif Gaza akan diserahkan kepada pasukan Arab. Namun, Netanyahu tidak menyebutkan secara spesifik negara mana saja yang akan terlibat atau mekanisme transisinya, menimbulkan pertanyaan besar soal kejelasan dan kelayakan rencana tersebut.
Langkah ini dikabarkan akan segera dibahas dalam pertemuan kabinet penuh Israel. Menurut laporan Axios, kabinet keamanan Israel telah menyetujui rencana pendudukan Kota Gaza, namun keputusan akhir masih menunggu persetujuan seluruh kabinet yang dijadwalkan bertemu dalam waktu dekat.
Salah satu skenario yang tengah dibahas adalah pengambilalihan wilayah Gaza secara bertahap yang dimulai dari peringatan evakuasi kepada warga Palestina. Jika terwujud, kebijakan ini akan membalikkan keputusan besar Israel pada tahun 2005 ketika mereka menarik seluruh pasukan dan pemukim Yahudi dari Gaza, meskipun tetap mengendalikan perbatasan, udara, dan infrastruktur penting lainnya.
Baca juga : Membandingkan Genosida Nazi dan Israel Berdasarkan Data
Respons Hamas dan Dunia Arab
Rencana Netanyahu langsung memicu reaksi keras dari Hamas dan negara-negara Arab. Hamas menyebutnya sebagai “kudeta terang-terangan” terhadap proses negosiasi yang sedang berjalan dan memperingatkan bahwa mereka akan menganggap pasukan Arab mana pun yang ikut mengelola Gaza sebagai pasukan pendudukan yang berafiliasi dengan Israel.
Sementara itu, Yordania menegaskan bahwa keamanan Gaza seharusnya berada di bawah kendali lembaga Palestina yang sah. Israel dan Amerika Serikat juga telah menolak proposal Mesir dan negara-negara Arab lainnya yang mengusulkan pembentukan komite teknokrat Palestina untuk mengelola Gaza pascaperang.
Situasi para sandera Israel di Gaza turut memperkeruh dinamika. Saat ini diperkirakan masih ada sekitar 50 sandera yang ditahan, dengan sekitar 20 orang diyakini masih hidup.
Jajak pendapat di Israel menunjukkan bahwa sebagian besar warga mendukung penyelesaian perang melalui kesepakatan pembebasan sandera. Video terbaru yang memperlihatkan dua sandera dalam kondisi lemah memicu kecaman internasional.
Sementara itu, Hamas mengisyaratkan kesediaan untuk bernegosiasi jika bantuan kemanusiaan ditingkatkan, namun tetap bersikeras bahwa setiap kesepakatan harus diikuti dengan penghentian perang secara permanen, sesuatu yang ditolak oleh Israel, terutama jika Hamas tetap memegang kendali kekuasaan di Gaza.
Baca juga : Singapura Siap Akui Palestina, Begini Sejarah Hubungan Kedua Negara
Kondisi Terkini dan Dampak Kemanusiaan
Militer Israel mengklaim telah menguasai sekitar 75% wilayah Jalur Gaza. Dalam 22 bulan terakhir, sekitar dua juta penduduk Gaza telah berulang kali mengungsi, dan lembaga-lembaga bantuan internasional memperingatkan bahwa wilayah tersebut kini berada di ambang bencana kemanusiaan dengan risiko kelaparan massal yang nyata.
Di dalam negeri, ratusan warga Israel berunjuk rasa di Yerusalem menuntut diakhirinya perang demi pembebasan sandera. Forum Keluarga Sandera bahkan meminta militer menolak ekspansi operasi, sementara Menteri Pertahanan Yoav Gallant menyatakan bahwa militer akan terus bertindak hingga semua tujuan perang tercapai.
Rencana Netanyahu untuk menguasai Gaza secara militer menuai banyak pertanyaan tentang efektivitas, legitimasi, dan dampaknya terhadap stabilitas kawasan. Penolakan dari Hamas, negara-negara Arab, serta tekanan domestik dan internasional menjadi hambatan besar.
Tanpa solusi politik yang inklusif dan kejelasan pasca-pendudukan, rencana ini lebih berpotensi memperpanjang konflik ketimbang menghadirkan perdamaian. Maka, pertanyaan besar tetap menggantung, mungkinkah Israel benar-benar bisa kembali menguasai Gaza secara militer?