
Insentif Motor Listrik Meluncur Lagi Agustus 2025: Jadi Gaya Hidup atau Masih Sekadar Pilihan Alternatif?
- Pemerintah kembali menyiapkan subsidi motor listrik untuk masyarakat, dan jika tak ada halangan, insentif tersebut akan resmi bergulir pada Agustus 2025.
Tren Ekbis
JAKARTA - Pemerintah kembali menyiapkan subsidi motor listrik untuk masyarakat, dan jika tak ada halangan, insentif tersebut akan resmi bergulir pada Agustus 2025.
Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza mengatakan, langkah ini diharapkan mampu mendongkrak adopsi motor listrik nasional, sekaligus memberi napas segar bagi generasi muda yang mulai merasakan tekanan biaya mobilitas di tengah lonjakan harga BBM.
"Insentif (motor listrik) kemungkinan Agustus. Yang motor ini masih menunggu satu rakor lagi di Kementerian Kemenko Ekonomi," kata Faisol di Jakarta dilansir Jumat, 4 Juli 2025.
- 30 Tahun Berkarier di Bank Indonesia, Ini Perjalanan Ricky Gozali jadi Deputi Gubernur
- Cuan Gila di Saham ANTM dan ARCI Ratusan Persen, Masih Berani Serok?
- Harga Sembako di DKI Jakarta: Cabe Rawit Hijau Naik, Kentang (sedang) Turun
Anak Muda dan Dilema Mobilitas
Pemerintah pede jika motor listrik memang menjanjikan lebih murah untuk jarak dekat, perawatannya ringan, bebas ganjil-genap, dan tentu saja lebih ramah lingkungan.
Namun di lapangan, ceritanya tak sesederhana itu Aji Putra (27), desainer grafis di Jakarta Selatan, awalnya skeptis dengan tren motor listrik. “Dulu saya pikir motor listrik itu cuma buat konten TikTok. Tapi setelah isi bensin makin mahal, saya mulai tergiur,” ungkapnya kepada TrenAsia.id pada Jumat, 4 Juli 2025.
Aji akhirnya membeli motor listrik buatan lokal yang mendapatkan subsidi pemerintah di pertengahan 2024. “Dengan potongan Rp7 juta, cicilannya nggak beda jauh dari motor bensin,” katanya.
Meski begitu, Aji mengaku masih ada rasa waswas saat berkendara jarak jauh. Pasalnya menurut Aji swap baterai belum banyak,sehingga jika ia ingin pergi ke luar Jakarta, pilihan motor BBM masih menjadi utama.
Menurutnya keterbatasan infrastruktur ekosistem kendaraan listrik salah satunya swap atau charging masih jadi hambatan utama untuk memperluas pasar motor listrik, terutama bagi yang tinggal di daerah penyangga atau pinggiran kota.
Alifa Muthia (25), salah satu PNS yang tinggal di Depok, mengaku sebenarnya sudah lama ingin membeli motor listrik. Namun setelah survei beberapa produk, ia memilih menunda.
“Rumah saya di Depok dan sering ke Jakarta buat kerja. Tapi belum semua tempat ada stasiun swap, dan sayangnya nggak bisa colok motor di sembarangan tempat,” keluh Alifa.
Menurutnya, kalau insentif dilanjutkan tapi infrastruktur tak ikut berkembang, pasar motor listrik bisa stagnan. “Harga makin oke, tapi pengalaman pengguna belum maksimal. Harusnya dibarengin juga dong sama perluasan swap station,” tambahnya.
Menurut Alifa, jika saat ini pemerintah ingin kembali memberikan subsidi motor listrik bisa menjadi momentum baik pasalnya, ancaman harga BBM yang tak stabil, gaya hidup yang makin padat, dan meningkatnya kesadaran lingkungan, motor listrik sejatinya punya panggung besar tahun ini.
Namun, sebagai PNS Alifa mengatakan, semua akan kembali ke eksekusi kebijakan. Apakah insentif ini hanya akan mendorong pembelian sesaat? Atau benar-benar memicu pergeseran mobilitas generasi muda urban ke arah yang lebih bersih dan efisien.
Berbeda dengan Alifa dan Aji, Satria (28), pegawai swasta di SCBD ini justru memilih scooter listrik ketimbang motor listrik. Bukan karena tak tertarik pada teknologi motor listrik, tapi lebih pada kebutuhan sehari-hari yang berbeda.
“Aku kan kerjanya dekat, paling 2–3 km dari kos. Kalau motor listrik terlalu besar dan mahal buat aku. Scooter listrik listrik lebih ringkas, gampang dibawa ke dalam gang, MRT dan nggak ribet buat parkir,” jelas Satria.
Ia mengaku subsidi motor listrik memang menarik, tapi untuk sekarang sepeda listrik lebih pas dengan gaya hidupnya. “Harganya juga lebih terjangkau. Kalau mau hemat ongkos tapi nggak perlu kencang-kencang, sepeda listrik/scooter listrik sudah cukup banget,” tambahnya sambil tersenyum.
Sekadar informasi, Pemerintah menargetkan jumlah sepeda motor listrik di Indonesia pada 2025 sebanyak 2 juta unit KBLBB (kendaraan bermotor listrik berbasis baterai) roda dua.
Awalnya program ini dibuat dalam rangka menjalankan Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) untuk Transportasi Jalan, serta untuk meningkatkan efisiensi ketahanan energi, konservasi energi sektor transportasi, serta terwujudnya energi bersih, kualitas udara bersih, dan ramah lingkungan.