Barry Callebaut-2.jpg
Tren Inspirasi

Inilah Komoditas-komoditas Desa yang Diam-diam Kuasai Pasar Dunia

  • Jahe, kunyit, temulawak, sereh, dan berbagai rempah obat lain diekspor sekitar 289.390,3 ton ke pasar seperti Tiongkok, Bangladesh, dan negara lainnya untuk kebutuhan farmasi dan kesehatan. Tren global menuju produk alami dan fungsional membuka ruang bagi desa penghasil tanaman obat.

Tren Inspirasi

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - Indonesia kaya akan potensi agraris, terutama di wilayah pedesaan, yang menawarkan ragam komoditas tanaman bernilai ekspor tinggi. Sektor pertanian dan perkebunan di Indonesia berperan signifikan dalam perekonomian dan devisa negara. Misalnya, selama 2023–2024, beberapa komoditas tanaman mencatat volume dan nilai ekspor yang impresif. 

Data Kementerian Pertanian dan Badan Pusat Statistik menunjukkan kopi, kakao, kelapa, rempah-rempah, dan buah tropis mendominasi pangsa pasar global dengan permintaan yang terus tumbuh. 

Sektor ini juga membuka lapangan kerja bagi jutaan petani di pedesaan dan memberi peluang bagi generasi muda untuk berinovasi dalam rantai nilai (value chain), mulai dari budidaya hingga pengolahan dan pemasaran digital.

Kopi: Primadona dari Pegunungan Desa

Kopi Indonesia—baik varian Arabika maupun Robusta—telah lama dikenal di mancanegara berkat citarasa khas tiap daerah, seperti Gayo, Java Preanger, Toraja, Mandailing, maupun Sulawesi. Pada 2024, volume ekspor kopi tercatat sekitar 177.799 ton dengan nilai sekitar Rp14,41 triliun, ditujukan ke pasar utama seperti Amerika Serikat, Mesir, dan Malaysia. 

Bahkan, BPS 2023 sempat mencatat total volume ekspor kopi mencapai 276.335 ton dengan nilai ekspor sekitar US$916,6 juta. Produksi kopi banyak datang dari lahan rakyat di dataran tinggi pedesaan—misalnya Aceh, Toraja, dan daerah lain—yang dikelola petani kecil. 

Peluang bagi anak muda: mengadopsi teknologi pertanian presisi (precision agriculture), pengolahan biji pascapanen (dry processing), hingga branding dan pemasaran digital (e-commerce, media sosial, storytelling asal usul kopi).

Tantangan dan Peluang untuk Kaum Muda

  • Revitalisasi Lahan dan Kualitas: Banyak kebun kopi tradisional butuh peremajaan dengan bibit unggul dan praktik budidaya berkelanjutan untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas cita rasa.
  • Inovasi Produk Olahan: Selain kopi bubuk atau biji, produk olahan seperti kopi cold brew, kopi organik bersertifikat, serta minuman kemasan siap saji dapat menambah nilai tambah.
  • Pemasaran Digital: Menggunakan platform daring dan konten kreatif untuk menjangkau pasar global, termasuk narasi “petani cerita” yang menarik minat konsumen muda di luar negeri.

Kakao: Emas Cokelat dari Sulawesi dan Sekitarnya

Indonesia menempati posisi sebagai produsen kakao terbesar ketiga dunia, dengan pusat produksi di Sulawesi. Menurut data BPS 2023, luas lahan perkebunan kakao mencapai sekitar 1,41 juta hektare, dengan volume ekspor sekitar 340.190 ton senilai US$1,2 miliar. Data lain menyebut nilai ekspor kakao meningkat menjadi US$1,5 miliar pada 2023, setara sekitar Rp24,5 triliun, dengan tujuan utama Malaysia, Amerika Serikat, dan China.

Komoditas ini ditanam di pedesaan Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan beberapa wilayah Sumatra. Petani kakao kecil dapat terlibat dalam skema kemitraan dengan pelaku industri Cokelat Bean-to-Bar, membuka peluang bagi kaum muda untuk terlibat di tahap pengolahan inti (bean processing), pembuatan produk premium, sertifikasi keberlanjutan (Fair Trade, Rainforest Alliance), serta pemasaran cerita di balik biji kakao.

Tantangan dan Peluang

  • Revitalisasi Perkebunan: Banyak tanaman kakao sudah tua dan rentan hama, sehingga butuh program peremajaan bibit unggul dan pelatihan penanganan pasca panen.
  • Pengolahan Nilai Tambah: Ekspor kakao olahan (pasta kacang kakao, mentega kakao, cokelat batangan) meningkatkan margin. Anak muda dapat memulai usaha bean-to-bar, memanfaatkan kisah lokal hingga branding artisanal.
  • Keberlanjutan dan Sertifikasi: Pasar global makin peduli aspek keberlanjutan; generasi Millennial dan Gen Z di luar negeri menghargai produk etis, organik, dan ramah lingkungan.

Rempah-Rempah: Warisan Nusantara Mendunia

Indonesia dikenal sebagai “Negara Rempah” sejak era perdagangan global kuno. Saat ini, rempah-rempah seperti lada putih (11.633,2 ton ekspor), lada hitam (9.276,9 ton), cengkeh, pala, kayu manis, jahe, kunyit, dan temulawak mencatat ekspor gabungan sekitar 289.390,3 ton pada satu periode terakhir, dengan tujuan utama negara seperti Tiongkok dan Bangladesh untuk rempah obat/aromatik, serta Jerman dan Belanda untuk rempah premium.

Contoh: Lada putih ke Jerman pangsa besar karena kualitas premium; jahe dan kunyit banyak diekspor untuk industri farmasi dan suplemen kesehatan. Banyak komoditas rempah ditanam di pedesaan Maluku, Sulawesi, Sumatra, dan Jawa.

Inspirasi Anak Muda

  • Agrowisata Rempah: Mengembangkan desa wisata rempah, mengundang turis domestik dan mancanegara untuk belajar tanam, panen, dan pengolahan rempah. Konten vlog dan media sosial tentang proses ini bisa viral.
  • Inovasi Produk: Ekstrak rempah untuk minuman fungsional, suplemen herbal, kosmetik alami, hingga bumbu siap saji (seasoning kits) yang dikemas modern.
  • Digitalisasi Rantai Pasok: Sistem traceability (blockchain atau aplikasi sederhana) agar konsumen global tahu asal rempah, menambah nilai jual.

Kelapa dan Turunannya: “Pohon Kehidupan” di Desa

Kelapa menyumbang volume ekspor sekitar 646.310 ton dengan nilai Rp3,06 triliun dalam satu periode, bahkan nilai ekspor kelapa (citra berbagai produk: kelapa segar, kopra, santan, minyak kelapa murni, arang tempurung) mencapai sekitar US$900 juta (Rp~14,7 triliun) pada 2023. 

Wilayah pedesaan di Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, dan Sumatra banyak menanam pohon kelapa. Lahan pekarangan di desa sering dimanfaatkan untuk menghasilkan bahan baku.

Produk turunannya sangat beragam: minyak kelapa murni (VCO) untuk kosmetik dan kesehatan, santan bubuk untuk pangan, kopra, arang tempurung untuk penyaring air atau kosmetik, serta gula kelapa untuk pasar gula organik. Setiap produk punya pasar global: China, Malaysia, Thailand, AS.

Peluang Anak Muda

  • Inovasi Pengolahan: Membuat produk kosmetik alami dengan branding “Beauty from Desa”, misalnya sabun dan lotion berbasis VCO, scrubs berbasis arang tempurung.
  • Startup Agro: Platform e-commerce khusus produk kelapa desa, dengan story telling komunitas petani.
  • Pengemasan Ramah Lingkungan: Bahan kemasan biodegradable agar masuk ke pasar eco-friendly global.

Buah Tropis: Manisnya Potensi Ekspor

Buah-buahan tropis Indonesia yang diekspor meliputi kelapa, manggis, pisang, nanas, durian beku atau olahan; total ekspor mencapai sekitar 1.054.718,4 ton, dengan pasar utama Tiongkok dan Malaysia. 

Misalnya pisang Cavendish dari Sumatra dan Sulawesi, manggis beku, nanas kalengan atau segar ke berbagai negara.

Potensi bagi desa: budidaya varietas unggul, pengemasan modern (cold chain), sertifikasi keamanan pangan (GMP, HACCP), serta pengembangan produk olahan seperti chips pisang, selai nanas, ataupun durian beku untuk pasar niche.

Baca Juga: Anak Muda di Desa Pasirlangu Ubah Ancaman Krisis Iklim Jadi Peluang Pertanian

Langkah Generasi Muda

  • Teknologi Rantai Dingin: Memperkenalkan inovasi cold storage berbasis energi terbarukan di pedesaan untuk menjaga mutu buah ekspor.
  • Brand Lokal: Membangun merek desa untuk buah tropis, memanfaatkan media sosial untuk kisah petani dan keunikan rasa.
  • Kolaborasi dengan Startup Logistik: Mempercepat distribusi ke pelabuhan/pasar internasional.

Vanilla: “Black Gold” dari Desa Pegunungan

Vanilla Indonesia berpotensi besar namun masih di bawah pemimpin pasar global (Madagascar). Data menunjukkan pada 2023, ekspor vanilla senilai sekitar US$15,157 juta dengan volume 173.004 kg, diekspor ke AS, Prancis, Belanda, Singapura, dan lain-lain. 

Food and Agriculture Organization (FAO) pada tahun 2020 mencatat Indonesia menyumbang sekitar 30,3% produksi vanilla dunia (2.306 ton), namun peringkat ekspor masih ketujuh. 

Potensi peningkatan ekspor diperkirakan menambah US$59 juta menurut ITC Export Potential Map. Vanilla tumbuh baik di dataran tinggi 400–800 mdpl di wilayah seperti Bali, Jawa, Sulawesi, Sumatra, Lombok, Flores.

Komoditas ini cocok bagi petani desa yang memiliki lahan di ketinggian. Pasar global menghargai vanilla alami untuk industri makanan, minuman, parfum, dan kosmetik.

Arah Inovasi

  • Pembinaan Petani: Pelatihan teknik kultur, penanganan pasca panen, pengecapan mutu agar biji vanilla berkualitas tinggi.
  • Kemitraan Bisnis: Kerja sama dengan eksportir dan perusahaan rintisan (startup) untuk menjamin kontinuitas pasokan dan peningkatan harga petani.
  • Diversifikasi Produk: Ekstrak vanilla, bubuk, hingga produk olahan premium (misalnya cokelat dengan vanilla asli Indonesia).
  • Pemasaran Kreatif: Konten video “Perjalanan Vanilla Desa ke Meja Dunia” menarik perhatian konsumen muda global.

Tanaman Obat dan Aromatik: Trend Global Kesehatan

Jahe, kunyit, temulawak, sereh, dan berbagai rempah obat lain diekspor sekitar 289.390,3 ton ke pasar seperti Tiongkok, Bangladesh, dan negara lainnya untuk kebutuhan farmasi dan kesehatan. Tren global menuju produk alami dan fungsional membuka ruang bagi desa penghasil tanaman obat.

Peluang

  • Pengolahan Ekstrak dan Suplemen: Membuat ekstrak standar (standarisasi kurkumin, gingerol) untuk suplemen kesehatan.
  • Produk Fungsional dan Minuman Herbal: Bubuk instan jahe kunyit untuk minuman kesehatan (wellness shots) yang diminati kalangan muda peduli gaya hidup sehat.
  • Digital Health Marketing: Edukasi manfaat tanaman obat lewat konten interaktif di media sosial.

Kisah Sukses dan Inspirasi

  • Startup Kopi Desa: Kelompok pemuda di Aceh atau Toraja yang membangun merek kopi spesialti dengan cerita petani, memasarkan melalui platform global dan memikat konsumen internasional.
  • Pengolahan Cokelat Lokal: Kaum muda di Sulawesi atau Sumatra yang melakukan bean-to-bar, mengemas cokelat premium berbasis kakao lokal, dijual ke Eropa dan Amerika.
  • Agrowisata Rempah: Desa di Maluku atau Sumatera Utara yang membuka “rempah trail” bagi wisatawan, sekaligus menjual rempah kemasan modern secara daring.
  • Produk Kelapa Inovatif: UMKM milenial yang membuat sabun VCO, masker wajah berbasis arang tempurung, atau gula kelapa organik dijual di platform e-commerce global.
  • Ekspor Vanilla: Kolaborasi petani di Semarang atau Flores dengan eksportir, mengirim vanilla premium ke AS dengan harga stabil, memanfaatkan sertifikasi dan storytelling budaya lokal.

Tips Praktis untuk Memulai

  1. Identifikasi Potensi Lokal: Survei lahan desa, komoditas apa yang cocok berdasarkan iklim, ketinggian, dan pengetahuan tradisional setempat.
  2. Pelatihan dan Edukasi: Ikut pelatihan budidaya berkelanjutan, pasca panen, manajemen kualitas; gunakan modul online atau kolaborasi dengan lembaga.
  3. Riset Pasar Ekspor: Pelajari permintaan di negara target—misalnya tren kopi spesialti di Eropa, permintaan rempah organik di Amerika Utara, peluang buah tropis di pasar Tiongkok.
  4. Buat Prototipe Produk: Kembangkan sampel pengolahan (misalnya kopi roasting skala kecil, sampel rempah kemasan premium, ekstrak jahe instan), lakukan uji kualitas.
  5. Jaringan dan Pemasaran: Bangun jejaring dengan buyer, ikuti pameran internasional (virtual atau fisik), manfaatkan platform digital untuk memperlihatkan keunikan cerita desa.
  6. Manajemen Keuangan: Rencanakan modal awal, perhitungkan biaya budidaya, pengolahan, sertifikasi, dan logistik ekspor; cari pendanaan melalui skema kredit mikro, crowdfunding, atau investor.
  7. Sertifikasi dan Legalitas: Pastikan standar keamanan pangan (HACCP, GMP), sertifikasi organik atau fair trade jika dibutuhkan; urus dokumen ekspor sehingga tidak terhambat di bea cukai.
  8. Monitoring dan Evaluasi: Pantau hasil panen, mutu produk, feedback pasar, lalu iterasi perbaikan. Gunakan data untuk strategi jangka panjang.