
INDY Genjot Diversifikasi, Tambang Emas dan Royalti Batu Bara Jadi Katalisator
- Untuk ekspor dengan harga acuan di atas US$120 per ton, tarif royalti diturunkan dari 28% menjadi 19%. Skema ini memberi angin segar bagi pelaku usaha, termasuk INDY, dalam menjaga marjin laba.
Korporasi
JAKARTA - PT Indika Energy Tbk (INDY) tengah memasuki fase transformasi strategis dengan memperluas portofolio bisnis ke sektor tambang emas. Setelah dua dekade fokus di batu bara, perseroan kini bersiap memulai produksi emas melalui anak usahanya, PT Masmindo Dwi Area (MDA), mulai tahun depan.
Proyek ini digadang menjadi motor pertumbuhan baru INDY. Dalam pengembangannya, perseroan menggandeng Macmahon Holding Ltd sebagai kontraktor tambang. Sucor Sekuritas memperkirakan kontribusi segmen ini dapat mendorong laba bersih INDY menjadi US$53 juta pada 2026 dan melesat hingga US$106 juta pada 2027.
Dengan potensi tersebut, Sucor Sekuritas merevisi target harga saham INDY menjadi Rp3.300 per saham, naik signifikan dari harga penutupan terakhir di Rp1.500. Artinya, terbuka ruang apresiasi hingga 120%. Rekomendasi beli tetap dipertahankan oleh analis Yoga Ahmad Gifari dalam riset terbarunya pada Rabu, 7 Mei 2025.
- Carney ke Trump: Kanada Tidak akan Pernah Dijual
- Begini Cara AFPI Perkuat Industri Fintech Lending Melalui AI
- Apa Itu Worldcoin? Bagaimana Cara Kerja dan Tujuannya?
Katalis lain yang memperkuat proyeksi adalah kebijakan baru pemerintah soal royalti batu bara. Untuk ekspor dengan harga acuan di atas US$120 per ton, tarif royalti diturunkan dari 28% menjadi 19%. Skema ini memberi angin segar bagi pelaku usaha, termasuk INDY, dalam menjaga marjin laba.
Kinerja operasional batu bara INDY pun tetap terjaga melalui anak usahanya, PT Kideco Jaya Agung. Sepanjang kuartal I-2025, Kideco membukukan penjualan 7,3 juta ton dan produksi 7,4 juta ton batu bara. Efisiensi operasional tercermin dari penurunan cash cost menjadi US$49,5 per ton serta strip ratio ke level lima kali.
Meski begitu, laporan keuangan INDY menunjukkan tekanan kinerja pada awal tahun ini. Pendapatan turun 13,7% menjadi US$489,6 juta, sedangkan laba bersih terkoreksi ke US$10,15 juta. Namun, Sucor Sekuritas memproyeksikan pemulihan, dengan estimasi laba bersih INDY tahun ini akan naik menjadi US$40 juta.
Perombakan Manajemen dan Dividen Tunai
Di luar strategi bisnis, INDY juga melakukan penyegaran struktural dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang digelar pada 6 Mei 2025. Dalam forum tersebut, Arsjad Rasjid resmi berpindah dari posisi Direktur Utama menjadi Komisaris. Kursi pucuk pimpinan eksekutif kini diisi oleh Azis Armand.
Struktur komisaris turut diperkuat dengan penunjukan Agus Lasmono sebagai Komisaris Utama dan Wishnu Wardhana sebagai Wakil Komisaris Utama. Nama-nama baru seperti Nurcahya Basuki, Farid Harianto, dan Eko Putro Sandjojo juga masuk ke jajaran komisaris, dua terakhir menjabat sebagai Komisaris Independen.
Sementara itu, jajaran direksi kini beranggotakan Azis Armand, Deddy Hariyanto, Retina Rosabai, Johanes Ispurnawan, dan Kamen Kamenov Palatov. Perombakan ini dinilai sebagai langkah konsolidatif dalam mendukung arah baru bisnis perseroan yang lebih terdiversifikasi dan adaptif.
Tak hanya itu, RUPST juga mengesahkan pembagian dividen tunai sebesar US$5,04 juta atau setara 50% dari laba bersih tahun buku 2024. Dividen tersebut setara US$0,00097 per saham dan akan dibayarkan pada 4 Juni 2025, dengan recording date ditetapkan pada 19 Mei 2025.
Langkah diversifikasi ke tambang emas, dukungan insentif royalti, serta penyegaran manajemen menandai upaya INDY memperkuat fondasi pertumbuhan jangka menengah. Transformasi ini juga mencerminkan kesiapan perusahaan menghadapi tantangan transisi energi global dan fluktuasi pasar komoditas.