Ilustrasi wanita pulang dari belanja.
Tren Leisure

In This Economy, Bagaimana Caranya Agar Enggak Gampang FOMO?

  • Dengan menerapkan beberapa tips berikut, kalian bisa mulai melepaskan diri dari cengkeraman FOMO. Kuncinya adalah menemukan rasa cukup dalam pengalaman hidup sendiri, serta menyadari hidup yang bermakna dan memuaskan tidak harus terlihat seperti milik orang lain.

Tren Leisure

Distika Safara Setianda

JAKARTA, TRENASIA.ID – Gagasan bahwa seseorang bisa merasa tertinggal dari momen menyenangkan sebenarnya bukan hal baru di zaman sekarang.

Meskipun FOMO kemungkinan besar telah ada selama berabad-abad (jejaknya bahkan bisa ditemukan dalam teks-teks kuno), konsep ini baru mulai diteliti secara ilmiah dalam beberapa dekade terakhir.

Istilah “fear of missing out” sendiri pertama kali diperkenalkan oleh pakar pemasaran Dr. Dan Herman melalui makalah penelitiannya pada tahun 1996.

Mengatasi FOMO bukan hanya soal menghindari media sosial atau acara tertentu, tetapi lebih kepada mengubah cara pandang dan cara kita berinteraksi dengan dunia sekitar. Perasaan FOMO bisa muncul lebih kuat saat kita sedang menghadapi masa sulit atau merasa lebih sensitif dari biasanya.

Di lain waktu, kita mungkin bahkan tidak menyadari penyebab munculnya perasaan tersebut. Apa pun pemicunya, menyadari bagaimana FOMO memengaruhi diri kita adalah langkah awal untuk menjaga kesehatan emosional.

Dengan menerapkan beberapa tips berikut, kalian bisa mulai melepaskan diri dari cengkeraman FOMO. Kuncinya adalah menemukan rasa cukup dalam pengalaman hidup sendiri, serta menyadari hidup yang bermakna dan memuaskan tidak harus terlihat seperti milik orang lain.

Tips Mengatasi FOMO

Dilansir dari Calm dan Very Well Mind, berikut tips mengatasi FOMO:

1. Jauhkan Diri dari Media Sosial

Cobalah keluar dari media sosial selama beberapa jam, sehari, seminggu, sebulan, atau bahkan lebih lama, kalau kalian merasa nyaman, mungkin selamanya. Jika menggulir media sosial membuat kalian merasa cemas atau tidak percaya diri, pertimbangkan untuk menetapkan batasan dalam penggunaan teknologi.

Media sosial sering menjadi pemicu utama FOMO, jadi beristirahat sejenak bisa sangat membantu mengurangi perasaan tersebut. Gunakan waktu ini untuk kembali terhubung dengan diri sendiri dan dunia nyata di sekitar kalian, tanpa gangguan dari notifikasi dan update yang terus-menerus.

Kita semua tahu media sosial dan ponsel bisa sangat membuat ketagihan. Saat kalian mulai mengurangi waktu di media sosial, penting juga untuk mengingat sebagian besar unggahan orang lain sudah dipilih dan disusun dengan sangat hati-hati.

Foto dan video yang mereka tampilkan belum tentu mencerminkan kehidupan mereka yang sebenarnya. Bahkan, bisa jadi mereka pun sedang mengalami FOMO.

2. Buat Jurnal Pribadi

Banyak orang menggunakan media sosial sebagai cara untuk mendokumentasikan momen-momen menyenangkan. Namun, tanpa disadari, kamu mungkin mulai terlalu memperhatikan seberapa banyak orang yang memberi respons atau validasi atas pengalaman kalian.

Jika kalian merasa seperti itu, cobalah untuk menyimpan foto dan kenangan berharga dalam bentuk jurnal pribadi, bisa dalam bentuk digital maupun tulisan tangan. Dengan begitu, kalian tetap bisa mengenang momen istimewa tanpa harus bergantung pada pengakuan dari orang lain di dunia maya.

3. Alihkan Fokus

Daripada terus memikirkan apa yang tidak kamu miliki, cobalah untuk lebih memperhatikan apa yang sudah ada dalam hidupmu. Memang, ini tidak selalu mudah, terutama di media sosial yang dipenuhi dengan unggahan hal-hal yang tampaknya lebih dari kita.

Namun, kalian bisa mulai dengan menyaring konten yang kalian lihat, ikuti lebih banyak akun yang positif dan mendukung, serta sembunyikan atau batasi konten dari orang-orang yang terlalu sering pamer atau tidak memberi energi baik.

Kalian bisa mengatur tampilan media sosial agar lebih banyak menampilkan hal-hal yang membuat merasa baik dan termotivasi, bukan yang memicu FOMO. Kenali apa saja yang diam-diam menguras kebahagiaanmu saat online, lalu perlahan kurangi pengaruhnya, sembari menambahkan lebih banyak hal yang membawa kebahagiaan, baik di dunia maya maupun nyata.

4. Cari Koneksi yang Nyata

Saat kalian merasa cemas atau sedih, keinginan untuk membangun hubungan yang lebih dalam dengan orang lain adalah hal yang wajar dan sehat. Rasa kesepian atau merasa tersisih sebenarnya adalah sinyal alami dari otak bahwa kita membutuhkan koneksi dan rasa memiliki yang lebih kuat.

Sayangnya, keterlibatan di media sosial tidak selalu menjadi solusi terbaik. Bisa jadi, kalian justru berpindah dari satu situasi yang tidak menyenangkan ke kondisi yang lebih buruk. Daripada terus mencoba membangun koneksi lewat dunia maya, kenapa tidak mencoba bertemu langsung dengan seseorang di dunia nyata?

Jika kalian tidak sempat membuat janji untuk bertemu, mengirim pesan langsung ke teman lewat media sosial bisa jauh lebih berarti dan membangun koneksi yang lebih dekat dibanding hanya membuat unggahan dan berharap mendapat banyak “like” dari semua orang.

5. Realistis untuk Diri Sendiri

Bersikaplah lembut pada dirimu sendiri. Ingatlah tidak ada kehidupan yang benar-benar sempurna, meskipun terlihat begitu di media sosial. 

Tetapkan harapan serta gaya hidup yang sesuai dengan kondisi diri sendiri. Tidak mengikuti tren itu bukan masalah, karena pada akhirnya tren akan terus berubah dan berganti. Sebelum memutuskan untuk ikut tren, coba tanyakan dulu pada diri sendiri: apakah kamu siap secara mental dan finansial?

Kalian bisa mengevaluasi kembali pemasukan dan pengeluaran, lalu pertimbangkan apakah mengikuti tren tersebut memang sepadan. Apakah kamu benar-benar menyukainya, atau hanya merasa terpaksa agar tidak merasa tertinggal?

Tetapkan harapan yang wajar terhadap diri dan kehidupan kalian, serta pahami bahwa tidak apa-apa jika kalian belum memiliki segalanya.

6. Bersyukur

Penelitian menunjukkan melakukan aktivitas yang meningkatkan rasa syukur, seperti menulis jurnal rasa syukur atau mengungkapkan apresiasi kepada orang lain dapat meningkatkan suasana hati, baik bagi diri sendiri maupun orang di sekitar kita.

Hal ini terjadi karena saat kita fokus pada kelimpahan yang sudah kita miliki, kita cenderung tidak terlalu merasa kekurangan. Selain itu, membuat orang lain merasa dihargai juga akan memberi dampak positif pada perasaan kita sendiri.

Ingat, meski FOMO sangat berkaitan dengan penggunaan media sosial, penting untuk disadari perasaan ini nyata dan umum dialami oleh orang-orang dari berbagai usia. Setiap orang, pada titik tertentu dalam hidupnya, pasti pernah merasakan FOMO.

Jika kalian merasa sedang diliputi rasa takut tertinggal, cobalah berbicara dengan teman atau luangkan waktu untuk merenungkan hal-hal yang kalian syukuri dalam hidup.

Aktivitas seperti ini dapat membantu kalian melihat keadaan dari sudut pandang yang lebih luas, memperkuat rasa memiliki, dan melepaskan kecemasan karena merasa ketinggalan sesuatu.