
IHSG Merah, Kok Reksa Dana Saham Malah Cuan? Ini Jawabannya
- IHSG ditutup merah pekan lalu, tapi reksa dana saham justru cetak cuan. Kok bisa? Pahami penyebabnya dan lihat daftar reksa dana paling moncer di sini.
Tren Pasar
JAKARTA – Pekan lalu menjadi minggu yang cukup berat bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Data menunjukkan IHSG terkoreksi sebesar 0,47% dan ditutup di level 6.865 pada periode 30 Juni-4 Juli 2025. Banyak investor yang portofolio sahamnya ikut memerah.
Namun, ada sebuah fenomena menarik yang terjadi. Di saat pasar saham secara umum lesu, ternyata reksa dana sahamjustru berhasil menjadi 'bintang'-nya, mencatatkan kinerja paling moncer dibandingkan jenis reksa dana lainnya.
Kondisi ini tentu menimbulkan pertanyaan: kok bisa IHSG turun tapi reksa dana saham malah naik? Apa yang sebenarnya terjadi, dan bagaimana strategi kita untuk sepekan ke depan? Mari kita bedah lima poin penting dari laporan Infovesta Utama yang dirilis Senin, 7 Juli 2025.
- Pesta IPO 8 Emiten di Tengah Pasar Lesu, Likuiditas IHSG Tersedot?
- 12 Negara Diultimatum Trump karena Lambat Nego Tarif Ekspor
- Yang Miskin yang Berjudi
1. Saat IHSG 'Boncos', Reksa Dana Saham Justru Jadi Juara
Inilah anomali yang terjadi pekan lalu. Saat IHSG turun -0,47%, Infovesta Equity Fund Index (indeks reksa dana saham) justru berhasil membukukan keuntungan sebesar +0,56%. Ini adalah bukti nyata keunggulan reksa dana yang dikelola secara aktif.
Kinerja reksa dana saham ini bahkan mengalahkan jenis reksa dana lain yang lebih defensif. Sebagai perbandingan, reksa dana campuran naik +0,39%, reksa dana pendapatan tetap +0,25%, dan reksa dana pasar uang hanya naik tipis +0,11%.
Mengapa ini bisa terjadi? Jawabannya sederhana: Manajer Investasi (MI) yang mengelola reksa dana saham tersebut jago memilih saham. Mereka berhasil menemukan saham-saham pemenang yang kinerjanya mampu melawan tren pelemahan pasar secara keseluruhan.
2. Siapa Saja Jagoannya? Ini 5 Reksa Dana Saham dengan Kinerja Terbaik
Di tengah pasar yang naik-turun, selalu ada Manajer Investasi yang berhasil meracik portofolio unggulan. Melihat daftar produk reksa dana dengan kinerja terbaik bisa menjadi cara kita untuk mencari inspirasi atau menemukan 'jagoan' yang konsisten mencetak imbal hasil.
Berdasarkan data yang dirilis Infovesta, beberapa nama menonjol dengan performa year-to-date (YtD) yang sangat impresif. Di posisi puncak, ada Foster Equity Fund yang berhasil mencatatkan keuntungan +17,94%, diikuti oleh Reksa Dana Treasure Saham Mantap dengan imbal hasil +12,94%.
Posisi selanjutnya diisi oleh Aurora Sharia Equity (+12,08%), Capital Equity Fund (+9,21%), dan Aurora SMC Equity (+8,62%). Daftar ini menunjukkan bahwa baik produk reksa dana yang dikelola dengan prinsip syariah maupun konvensional sama-sama memiliki potensi untuk memberikan kinerja yang solid.
Namun, penting untuk diingat oleh para investor, terutama pemula: kinerja masa lalu tidak menjamin hasil di masa depan. Daftar ini sebaiknya digunakan sebagai titik awal untuk riset lebih dalam mengenai strategi dan isi portofolio reksa dana tersebut, bukan sebagai satu-satunya dasar keputusan untuk langsung membeli.
3. Minggu Depan Bakal 'Wait and See', Waspadai 3 Hal Ini
Menurut tim analis Infovesta, pasar dalam sepekan ke depan kemungkinan besar akan berada dalam mode wait and seeatau 'menunggu dan melihat'. Artinya, investor cenderung akan menahan diri sebelum mengambil keputusan besar.
Ada beberapa sentimen penting yang sedang ditunggu pasar. Dari dalam negeri, ada rilis data cadangan devisa dan indeks keyakinan konsumen. Namun, perhatian utama justru datang dari panggung global.
Tiga hal yang wajib dipantau adalah: risalah rapat The Fed (FOMC Minutes) untuk mencari petunjuk kebijakan, kelanjutan drama tarif dagang Presiden Trump yang tenggat waktunya jatuh pada 9 Juli, serta sinyal pemangkasan suku bunga dari para pejabat The Fed.
Sinyal dari pejabat The Fed sendiri masih beragam. Presiden The Fed Atlanta, Raphael Bostic, misalnya, menegaskan kembali harapannya untuk hanya ada satu kali penurunan suku bunga The Fed pada tahun ini, sembari mengingatkan bahwa perekonomian AS belum merasakan dampak penuh dari tarif dagang Trump.
4. Rekomendasi Analis: Beli Pas Lagi Murah, Tapi…
Di tengah kondisi wait and see ini, apa strategi yang disarankan analis? Infovesta Utama memberikan pandangan untuk pasar saham bahwa penguatan masih bisa berlanjut, meskipun tidak akan seagresif sebelumnya. “Pada pasar saham, penguatan diprediksi berlanjut tetapi secara lebih terbatas,” tulis tim analis dalam risetnya.
Karena potensi penguatan yang terbatas itu, strategi yang dinilai cocok untuk saat ini adalah buy on weakness. Sederhananya, ini adalah strategi 'nyicil' atau membeli saham-saham big caps (berkapitalisasi besar) yang valuasinya dianggap murah saat harganya sedang terkoreksi.
Sementara itu, untuk pasar obligasi, trennya diprediksi akan sideways (datar). Bahkan ada potensi kenaikan yield (imbal hasil) obligasi jika risiko geopolitik antara Iran dan Israel kembali memanas, yang bisa membuat harga obligasi terkoreksi.
5. Jadi, Apa Artinya Ini Buat Duit Kita?
Dari semua analisis ini, ada beberapa kesimpulan praktis untuk portofolio kita. Pertama, kinerja reksa dana saham pekan lalu membuktikan bahwa diversifikasi melalui reksa dana bisa menjadi strategi yang efektif, bahkan saat pasar sedang lesu.
Kedua, kondisi pasar saat ini masih penuh ketidakpastian. Sikap wait and see adalah langkah yang bijak. Tidak perlu panik, tetapi juga jangan terlalu agresif. Manfaatkan momen koreksi untuk mengakumulasi aset bagus secara bertahap.
Terakhir, terus pantau berita ekonomi global, terutama yang berkaitan dengan kebijakan The Fed dan tarif dagang AS. Keputusan-keputusan besar di sana akan menjadi penentu utama arah pergerakan pasar dalam beberapa waktu ke depan.