
IHSG Bersiap Tancap Gas, Mandiri Sekuritas Prediksi Tembus 7.600 di Akhir 2025
- Info saja, pada pekan ketiga Mei menjadi titik balik penting. IHSG berhasil menembus kembali level psikologis 7.100, didorong derasnya arus dana asing yang mulai masuk kembali ke pasar domestik.
Bursa Saham
JAKARTA - Setelah berkutat dalam tekanan selama berbulan-bulan, pasar saham Indonesia akhirnya menunjukkan taringnya. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali menghijau dan diprediksi melesat hingga menyentuh level 7.600 pada akhir tahun 2025. Optimisme ini datang dari Mandiri Sekuritas, yang melihat pemulihan pasar mulai nyata dan berpotensi berlanjut.
“Likuiditas membaik dalam dua bulan terakhir. Ada ruang untuk penurunan suku bunga, perbaikan fiskal juga mulai terasa. Dengan kondisi ini, kami optimis outlook pertumbuhan saham ke depan menguat,” ujar Adrian Joezer, Head of Research Mandiri Sekuritas, Senin, 19 Mei 2025.
Joezer bilang perekonomian nasional telah menyentuh titik nadir (bottoming) dan diprediksi akan memasuki fase akselerasi dalam enam hingga 12 bulan mendatang. Kondisi ini membuka jalan bagi IHSG untuk kembali reli.
- Negara Simpan Bitcoin sebagai Cadangan Strategis, Apa Peluang dan Risikonya?
- Menguat 0,49 Persen, IHSG Ditutup di 7.141,09
- ADRO dan MDKA Pimpin Top Gainer, LQ45 Ditutup Menguat di 811,65
Dana Asing Balik Kanan, Sinyal Tren Bullish?
Info saja, pada pekan ketiga Mei menjadi titik balik penting. IHSG berhasil menembus kembali level psikologis 7.100, didorong derasnya arus dana asing yang mulai masuk kembali ke pasar domestik. Dalam tiga hari berturut-turut, investor asing mencatatkan net buy sebesar Rp5 triliun, angka yang belum pernah terlihat sejak Mei 2022.
Puncaknya terjadi pada 14 Mei, dengan rekor net buy hampir Rp2,9 triliun dalam sehari. Ini menjadi sinyal kuat bahwa pelaku pasar global mulai melihat potensi rebound pasar Indonesia, setelah sebelumnya mencatat net sell lebih dari Rp50 triliun sejak awal tahun.
Apa yang mendorong baliknya dana asing? Salah satunya adalah valuasi pasar yang sedang ‘diskon’. Data MSCI Indonesia per 16 Mei menunjukkan rasio P/E hanya 10,3 kali, atau sekitar 38% di bawah rata-rata historis. Ini menjadikan saham Indonesia sangat menarik bagi investor jangka panjang yang sedang mencari harga murah dengan potensi besar.
Risiko Masih Mengintai, Tapi Sentimen Sudah Berbalik
Meski sentimen mulai positif, Joezer mengingatkan bahwa dinamika eksternal, seperti kebijakan suku bunga global dan ketegangan geopolitik, masih bisa menimbulkan volatilitas. Stabilitas arus modal akan sangat bergantung pada kebijakan Bank Indonesia dalam beberapa bulan ke depan.
Namun, dari sisi domestik, kebijakan seperti relaksasi aturan buyback dinilai mampu menciptakan katalis positif. Mandiri Sekuritas juga mencatat bahwa dibanding indeks global lain, IHSG terbilang tangguh: penurunannya saat tensi global memanas hanya sekitar 9%.
"Jika tren penguatan dolar AS seiring dengan kebijakan domestik yang mulai pro-growth, pasar saham kita akan sangat menarik untuk dilirik," tambah Joezer.
Sebagai catatan, IHSG ditutup di level 7.141,09 pada perdagangan Senin, 19 Mei 2025, naik 0,86% secara year to date, menghapus pelemahan yang terjadi sejak awal tahun. Pertanyaannya sekarang: mampukah pasar mempertahankan momentumnya di tengah risiko global yang belum sepenuhnya reda?