
IHSG Ambles, Minyak Melejit! Ini 6 Dampak Panasnya Konflik Israel-Iran ke Pasar Saham
- Nilai transaksi tercatat sebesar Rp15,2 triliun, dengan volume mencapai 26,68 miliar saham yang ditransaksikan dalam 1,37 juta kali perdagangan.
Tren Pasar
JAKARTA – Ketegangan geopolitik di Timur Tengah kembali memanas setelah Israel melancarkan serangan udara ke fasilitas strategis di Iran pada Jumat pagi waktu setempat. Eskalasi konflik ini memicu guncangan di pasar global, termasuk di Indonesia, yang tercermin dari pelemahan tajam indeks harga saham.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 38,3 poin atau turun 0,53% ke level 7.166,06 pada Jumat, 13 Juni 2025. Pelemahan ini berlanjut sejak sesi pertama dan menyentuh titik terendah harian di 7.149,61. IHSG bergerak dalam rentang sempit, yakni 7.192,66–7.149,61 sepanjang hari.
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp15,2 triliun, dengan volume mencapai 26,68 miliar saham yang ditransaksikan dalam 1,37 juta kali perdagangan. Dari total saham yang tercatat, sebanyak 241 saham ditutup menguat, sementara 364 saham melemah, dan 200 saham stagnan di akhir sesi.
- Gara-gara Amerika Biaya Nikah Jadi Mahal, Berikut Solusinya
- Adu Yield Dividen BUMN Tambang 2024 Lawan Obligasi Negara
- Kebodohan CIA Membuat Iran Akhirnya Bisa Bikin Nuklir
Meskipun aktivitas perdagangan tergolong tinggi, suasana pasar cenderung pesimistis karena pelaku pasar mencermati perkembangan geopolitik yang memburuk. Kekhawatiran investor atas konflik di Timur Tengah turut memicu rotasi portofolio ke sektor-sektor defensif, terutama komoditas energi, yang dinilai lebih tahan terhadap guncangan eksternal.
1. Bursa Asia Rontok, Sentimen Risk-Off Meluas ke Kawasan
Ketegangan Israel dan Iran ini juga menyeret bursa regional Asia ke zona merah. Indeks Nikkei 225 Jepang turun 0,89% ke 37.834,25. Topix terkoreksi 0,95% ke 2.756,47. Di Korea Selatan, Kospi melemah 0,87% dan Kosdaq anjlok 2,61% ke level 768,86.
S&P/ASX 200 Australia turun 0,21%, sementara Hang Seng Hong Kong melemah 0,59% dan CSI 300 China turun 0,72%. Di India, indeks Nifty 50 dan BSE Sensex masing-masing melemah 0,64% dan 0,79%. Data ini menegaskan bahwa efek konflik menyebar luas dan mengikis minat risiko pasar.
2. Konflik Israel-Iran Picu Lonjakan Harga Minyak Dunia
Selain itu, serangan Israel yang menyasar fasilitas nuklir Iran memicu respons cepat dari Teheran berupa peluncuran lebih dari 100 drone. Jalur vital perdagangan minyak, terutama Selat Hormuz, menjadi sorotan dunia karena berisiko terganggu, mengingat sepertiga pasokan global melintas di wilayah tersebut.
Akibatnya, harga minyak Brent melonjak 7% pada perdagangan hari ini dan menembus level US$74 per barel. Lonjakan harga ini menjadi katalis positif bagi saham-saham sektor energi yang sebelumnya tertahan. Sentimen tersebut langsung mendorong rotasi dana ke saham komoditas strategis.
3. Investor Serbu Saham Migas: MEDC, RATU, dan ENRG Pimpin Reli
Saham-saham sektor minyak dan gas domestik yang memiliki kilang minyak menjadi incaran investor. PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) melonjak 9,38% ke Rp1.400. PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU) naik 7,39% ke Rp7.625. PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) juga menguat 7% ke Rp274 per saham.
Kenaikan signifikan ini disertai lonjakan volume transaksi, mencerminkan antusiasme investor terhadap prospek pendapatan emiten migas. Ekspektasi terhadap peningkatan margin keuntungan turut memperkuat keyakinan investor di tengah gejolak geopolitik yang terjadi secara simultan di kawasan.
4. Saham Pendukung Energi Seperti ELSA dan AKRA Ikut Naik
Efek domino juga terasa pada saham penunjang energi. PT Elnusa Tbk (ELSA), yang bergerak di jasa migas, menguat 6,69% ke Rp510. PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), yang memiliki lini distribusi energi dan kawasan industri, naik 2,33% ke Rp1.315 per saham.
Model bisnis AKRA yang merupakan pemasok BBM terintegrasi dipandang mampu menangkap potensi lonjakan permintaan logistik dan distribusi energi. Di sisi lain, ELSA diuntungkan oleh ekspektasi kenaikan aktivitas eksplorasi yang makin dibutuhkan dalam situasi pasar energi global yang makin volatil.
5. Emas dan Logam Mulia Kembali Jadi Safe Haven
Di tengah eskalasi konflik, investor global mencari perlindungan pada aset aman seperti emas. Hal ini mengerek harga logam mulia dan ikut mendorong saham tambang emas menguat. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), misalnya, sahamnya langsung naik 4,11% ke Rp3.300, kemudian saham PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) naik 1,83% ke Rp2.230.
Selain itu, saham PT United Tractors Tbk (UNTR), yang juga memiliki lini pertambangan emas, menguat 1,62% ke Rp21.975. Secara keseluruhan, rotasi modal terlihat mengalir dari sektor teknologi dan keuangan menuju sektor komoditas, mencerminkan perubahan selera risiko investor saat situasi geopolitik memanas.
6. Dunia Kecam Serangan, IAEA Peringatkan Risiko Nuklir
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyerukan 'maximal restraint' dan mengecam setiap eskalasi militer. Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menyuarakan keprihatinan terhadap risiko serangan pada fasilitas nuklir Iran yang berpotensi melanggar hukum internasional dan mencemari lintas batas.
Perusahaan pelayaran besar dari Jepang seperti Tokyo Nippon Yusen dan Mitsui OSK telah menaikkan status kewaspadaan. Mereka mengimbau kapal untuk menjauhi wilayah rawan, termasuk Selat Hormuz, yang berperan penting dalam rantai pasok minyak dan perdagangan antar kawasan.