
HGII, Emiten EBT yang Didukung Raksasa Jepang: Begini Model Bisnisnya
- Mengenal HGII, emiten EBT hidden gem di bursa. Punya dua mesin uang, kas tebal pasca-IPO, dan didukung oleh raksasa energi dari Jepang.
Tren Pasar
JAKARTA, TRENASIA.ID – PT Hero Global Investment Tbk (HGII) bisa dikatakan menjadi salah satu emiten hidden gems di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan ini diam-diam membangun model bisnis yang sangat solid, mulai dari membangun hingga mengoperasikan pembangkit listrik ramah lingkungan.
Sejak resmi IPO pada 9 Januari 2025, HGII langsung tancap gas. Mereka sukses meraih dana segar Rp254 miliar dan menggandeng investor strategis dari Jepang. Langkah ini menempatkan HGII pada posisi yang sangat menarik untuk menangkap peluang dari transisi energi nasional.
Lantas, sedalam apa model bisnis HGII, bagaimana kondisi keuangannya pasca-IPO, dan seberapa cerah prospeknya? Mari kita bedah tuntas lima poin penting dari emiten EBT yang menarik ini.
1. Dua Mesin Uang dalam Satu Perusahaan
Kekuatan utama HGII terletak pada model bisnisnya yang terintegrasi. Perusahaan ini memiliki dua mesin uang yang saling melengkapi. Pertama adalah pengoperasian pembangkit listrik EBT, terutama Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM) yang sudah beroperasi penuh.
Pembangkit-pembangkit ini dioperasikan melalui anak-anak usahanya. Di antaranya adalah PT Seluma Clean Energyyang mengelola PLTM di Bengkulu dan PT Bina Godang Energi yang beroperasi di Sumatera Utara, serta satu proyek bioenergi di Kalimantan Barat.
Mesin uang kedua adalah jasa konstruksi dan EPC (engineering, procurement, construction). Lini bisnis ini dijalankan oleh dua anak usahanya yang lain, yaitu PT Mega Teknik Sentosa dan PT Tio Megah Konstruksi, yang melayani proyek internal maupun eksternal.
2. Amunisi Baru dari IPO & Gandengan Raksasa Jepang
Pada 9 Januari 2025, HGII resmi melantai di Bursa Efek Indonesia dengan harga IPO Rp200 per saham, berhasil menghimpun dana segar Rp254,13 miliar. Dana ini menjadi amunisi utama untuk mempercepat pembangunan pembangkit baru dan memperkuat modal kerja.
Langkah ini diperkuat dengan masuknya investor strategis, SEP International Netherlands B.V., anak usaha raksasa utilitas listrik Jepang, Shikoku Electric Power. Mereka resmi menggenggam 25% saham HGII, memberikan akses ke pendanaan, teknologi, dan pasar global.
Masuknya investor strategis dari Jepang ini tidak hanya memperkuat permodalan, tetapi juga membuka peluang transfer teknologi. Sinergi ini diharapkan dapat mendukung pengembangan proyek-proyek EBT HGII di Indonesia dengan standar internasional yang lebih tinggi.
3. Siapa di Balik Layar? Sinergi Pengusaha Lokal & Jepang
Sebelum IPO, HGII sepenuhnya dikuasai oleh tiga pengusaha nasional, yaitu Rudy Chandra (34%), Robert Njo (33%), dan Hendrianto Thamrin (33%). Ketiganya membentuk kelompok pengendali awal yang solid dan masih memegang kendali mayoritas.
Setelah IPO dan masuknya investor strategis dari Jepang, struktur kepemilikan kini menjadi lebih beragam. Kelompok pengendali awal (Rudy Chandra, Robert Njo, Hendrianto Thamrin) secara kolektif masih menguasai sekitar 55% saham, memastikan kendali lokal tetap kuat.
Sementara itu, SEP International Netherlands B.V. memegang 25% saham, dan sisa 20% sahamnya dimiliki oleh publik. Kombinasi kendali lokal yang kuat dengan dukungan teknologi global ini menjadi landasan strategis bagi pertumbuhan HGII ke depan.
4. Rapor Keuangan: Laba Positif dan Tumpukan Kas Jumbo
Berdasarkan laporan keuangan per 30 Juni 2025, HGII membukukan pendapatan konsolidasi sebesar Rp1,22 triliun. Lebih dari 96% pendapatan ini berasal dari penjualan listrik, yang sifatnya berulang (recurring income) dan stabil.
Meskipun laba bersihnya tercatat turun tipis menjadi Rp11,23 miliar karena fokus pada proyek baru, neraca keuangan perusahaan justru semakin kokoh. Posisi kas dan setara kasnya meroket dari Rp17 miliar menjadi Rp280 miliar berkat dana IPO.
Salah satu kekuatan utama lainnya adalah aset konsesi senilai Rp661,69 miliar. Ini adalah cerminan dari kontrak penjualan listrik jangka panjang dengan pembayaran yang pasti, memberikan kestabilan arus kas yang sangat solid bagi perusahaan di masa depan.
5. Prospek Cerah: Harta Karun Proyek Rp209 Miliar
Pemerintah menargetkan porsi EBT mencapai 23% dalam bauran energi nasional pada 2025, sebuah peluang emas bagi HGII. Perusahaan saat ini memiliki harta karun berupa aset dalam penyelesaian senilai total Rp209,03 miliar yang siap menjadi mesin pertumbuhan baru.
Aset ini terdiri dari tiga proyek utama. Proyek terbesar adalah PLTM Siantar Sitanduk di Sumatera Utara senilai Rp126,14 miliar, diikuti PLTM Bina Adong senilai Rp69,66 miliar, serta proyek bioenergi di Kalimantan Barat senilai Rp13,23 miliar.
Setelah proyek-proyek ini selesai dan mulai beroperasi secara komersial, nilainya akan direklasifikasi menjadi aset tetap. Ini akan secara signifikan menambah total kapasitas pembangkit dalam portofolio EBT perusahaan dan menjadi sumber pendapatan baru di masa depan.