
Harga Emas Boncos Gara-gara Deal Dagang, Analis Malah Bilang Ini Peluang Serok
- Harga emas anjlok karena deal dagang AS-Eropa, tapi analis justru prediksi ini peluang 'serok'. Kenapa emas diramal bakal 'terbang' lagi? Simak di sini.
Tren Pasar
JAKARTA – Harga emas dunia anjlok ke level terendah dalam dua pekan pada perdagangan hari ini, Senin, 28 Juli 2025. Pelemahan ini dipicu oleh sentimen positif di pasar global setelah Amerika Serikat dan Uni Eropa berhasil mencapai kesepakatan awal soal tarif dagang.
Kabar damai ini membuat para investor lebih berani masuk ke aset berisiko seperti saham, sehingga mereka menjual aset aman (safe haven) seperti emas. Akibatnya, harga emas sempat tertekan hingga mendekati level US$3.332 per troy ons.
Namun di tengah pelemahan ini, sejumlah analis justru melihatnya bukan sebagai sinyal bahaya, melainkan sebagai peluang beli atau 'serok' jangka pendek. Lantas, kenapa harga emas turun dan apa yang membuatnya diprediksi akan 'terbang' lagi? Mari kita bedah.
- Pantau Investasimu! Harga Emas Antam Melemah Hari Ini
- VIDA Komitmen Cegah Kejahatan Siber Berbasis AI
- Harga Pangan Jakarta Naik-Turun, Ikan Kembung dan Jeruk Medan Jadi Sorotan
1. Pemicu Pelemahan: 'Damai Dagang' AS dan Uni Eropa
Penyebab utama anjloknya harga emas saat ini adalah meredanya ketegangan perang dagang. Kesepakatan AS dan Uni Eropa untuk tidak saling menaikkan tarif secara drastis membuat pasar lega dan optimisme meningkat.
Menurut pengamat, sentimen positif inilah yang membuat investor untuk sementara waktu meninggalkan emas. Seperti yang diungkapkan analis Reliance Securities, Jigar Trivedi, kesepakatan ini secara langsung menekan harga emas karena investor beralih ke aset yang lebih berisiko.
2. Prediksi Jangka Pendek: Bakal Turun Dulu…
Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi, memprediksi pelemahan harga emas ini akan berlanjut di awal pekan. Ia memperkirakan harga emas berpotensi turun lebih dalam untuk menguji level support di kisaran US$3.300 per troy onsatau sekitar Rp1,72 juta per gram.
Menurutnya, pelemahan ini adalah reaksi sesaat pasar terhadap berita kesepakatan dagang AS-Uni Eropa. Namun, ia juga menegaskan bahwa penurunan ini kemungkinan besar tidak akan berlangsung lama, mungkin hanya dalam satu atau dua hari saja.
3. …Baru Kemudian Diprediksi Terbang Lagi!
Setelah melewati fase penurunan singkat, Ibrahim justru memprediksi harga emas akan kembali 'ganas' dan menguat secara signifikan. Ia melihat adanya potensi rebound kuat yang akan mendorong harga emas kembali ke level US$3.357 hingga US$3.380 per troy ons.
Prediksi inilah yang mendasari argumen "beli saat lemah" atau buy on weakness. Pelemahan yang terjadi di awal pekan ini dianggap sebagai sebuah 'diskon' sesaat sebelum harga emas melanjutkan tren kenaikan jangka panjangnya.
4. Katalis Bullish The Fed Pasti Pangkas Suku Bunga
Apa yang membuat analis begitu yakin emas akan kembali naik? Katalis utamanya adalah ekspektasi bahwa bank sentral AS, The Fed, akan segera memangkas suku bunga acuannya. Suku bunga rendah adalah 'vitamin' terbaik untuk harga emas.
Ibrahim menjelaskan bahwa Ketua The Fed, Jerome Powell, terus mendapat tekanan dari Presiden Donald Trump untuk menurunkan suku bunga. Baik suku bunga ditahan (membuat Trump marah) atau diturunkan, kedua skenario tersebut sama-sama positif untuk harga emas.
5. Katalis Bullish Geopolitik Timur Tengah
Faktor pendorong kedua adalah situasi geopolitik global yang belum juga mendingin. Upaya gencatan senjata di Timur Tengah antara Israel dan Hamas yang tampaknya gagal total membuat risiko konflik yang lebih luas di kawasan tersebut tetap tinggi.
Ketidakpastian ekonomi dan politik akibat perang akan selalu mendorong investor untuk mencari perlindungan ke aset safe haven. Emas, sebagai rajanya aset aman, akan terus diburu selama ketegangan geopolitik masih membayangi pasar global.