WhatsApp Image 2022-07-28 at 5.00.36 PM (1).jpeg
Tren Pasar

Harga Bitcoin Merosot tapi Altcoin Melejit, Ini Caranya Cuan dari Koin Alternatif!

  • Koreksi ini terjadi di tengah berbagai sentimen yang memengaruhi pasar kripto global. Salah satunya adalah rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) dan kebijakan tarif perdagangan baru yang diberlakukan pemerintah AS terhadap produk impor dari Uni Eropa dan Meksiko.

Tren Pasar

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - Setelah mencetak rekor harga tertinggi sepanjang masa (All-Time High/ATH) selama tiga hari berturut-turut, harga Bitcoin akhirnya terkoreksi. Aset kripto nomor satu di dunia ini sempat menyentuh level US$122.800 pada Senin, 14 Juli 2025, setelah sebelumnya mencatat kenaikan ke US$119.300 pada Minggu, 13 Juli 2025, dan US$118.500 pada Kamis, 11 Juli 2025. 

Namun, pada Rabu, 16 Juli 2025, harga Bitcoin terpantau sempat menyentuh ke level US$117.000. Koreksi ini terjadi di tengah berbagai sentimen yang memengaruhi pasar kripto global. 

Salah satunya adalah rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) dan kebijakan tarif perdagangan baru yang diberlakukan pemerintah AS terhadap produk impor dari Uni Eropa dan Meksiko. Menurut Analyst Reku, Fahmi Almuttaqin, salah satu faktor yang menekan harga Bitcoin adalah meningkatnya data inflasi Consumer Price Index (CPI) AS pada bulan Juni.

“Data CPI bulan Juni menunjukkan kenaikan 0,3% secara bulanan dan 2,7% secara tahunan. Ini adalah lonjakan tertinggi sejak Januari. Penyebab utamanya adalah naiknya harga barang impor seperti perabot rumah, elektronik, dan pakaian akibat tarif perdagangan baru AS,” jelas Fahmi melalui hasil riset yang diterima TrenAsia, Rabu, 16 Juli 2025.

Kenaikan inflasi ini memicu kekhawatiran bahwa The Fed (Bank Sentral AS) akan mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama, yakni di kisaran 4,25%–4,50%, setidaknya hingga September mendatang.

Fahmi menambahkan, “Kekhawatiran ini sesuai dengan peringatan dari The Fed bahwa dampak inflasi akibat kebijakan tarif ala Trump mulai terasa. Ini menjadi pertimbangan serius bagi investor dan memperkuat aksi ambil untung (profit taking) yang sedang berlangsung.”

Altcoin Justru Melesat

Meski Bitcoin sedang terkoreksi, sejumlah altcoin justru menunjukkan performa impresif. Altcoin seperti PENGU, XLM, CRV, dan ALGO mencatat kenaikan harga lebih dari 50% dalam sepekan terakhir. Bahkan, CRV mencatat lonjakan harian di atas 10% dalam 24 jam terakhir.

Fahmi menilai fenomena ini sebagai indikasi adanya rotasi kapital dari Bitcoin ke aset kripto berkapitalisasi menengah. “Kalau tren ini berlanjut, altcoin lain juga bisa ikut terdongkrak. Tapi tetap saja, optimisme investor masih tergantung pada potensi penurunan suku bunga The Fed,” ujarnya.

Ia juga menyinggung potensi intervensi dari Donald Trump yang disebut-sebut tengah mendorong pemangkasan suku bunga hingga ke level 1% atau bahkan menekan Jerome Powell untuk mundur dari jabatannya sebagai Gubernur The Fed. “Hal ini bisa jadi katalis baru bagi pasar,” imbuh Fahmi.

Baca Juga: Gak Mau Ketinggalan, Negara Ini Siap Serok Kripto Buat Cadangan Devisa

Strategi Cerdas Bagi Investor

Di tengah dinamika yang cukup cepat ini, banyak investor memilih bersikap “wait and see” sembari menanti sinyal kuat dari The Fed. Namun, bagi yang ingin tetap aktif di pasar, Fahmi menyarankan strategi yang lebih terukur.

“Kalau kamu investor kripto, ini saat yang menarik buat masuk, tapi harus tetap disiplin. Momentum altseason memang menjanjikan, tapi jangan lupa bahwa reli altcoin bisa sangat fluktuatif. Risiko volatilitas tetap tinggi,” tegasnya.

Investor pemula disarankan mempertimbangkan instrumen yang lebih stabil seperti indeks fund. Salah satunya adalah Reku Packs, yang memberikan eksposur ke berbagai aset kripto hanya dengan satu kali pembelian. Dengan cara ini, investor bisa lebih mudah mendiversifikasi portofolio tanpa harus repot memilih aset satu per satu.

“Reku Packs juga punya portofolio Saham AS seperti Web3 Wall Street Fund, yang memberi paparan ke sektor blockchain lewat perusahaan-perusahaan global. Cocok buat yang masih ragu investasi langsung ke aset kripto,” ujar Fahmi.

DCA Bisa Jadi Pilihan di Tengah Ketidakpastian

Untuk menyiasati fluktuasi harga, strategi Dollar Cost Averaging (DCA) atau membeli aset secara berkala dengan jumlah tetap bisa jadi alternatif yang cerdas.

“Misalnya beli setiap bulan dengan nominal yang sama. Dengan begitu, kamu bisa dapat harga rata-rata dan mengurangi risiko beli di harga puncak,” lanjut Fahmi.

Potensi Besar Bitcoin Masih Terbuka

Meski saat ini mengalami koreksi, potensi pertumbuhan harga Bitcoin tetap besar, apalagi setelah menembus level psikologis US$120.000. Lonjakan tersebut juga menjawab keraguan sebagian pihak yang merasa harga US$116.000 sudah terlalu tinggi.

Fahmi menekankan bahwa masuknya dana dari investor institusi masih akan banyak mengalir ke Bitcoin sebagai aset utama. Bahkan, adopsi Bitcoin sebagai bagian dari strategi keuangan perusahaan (corporate treasury) kian menunjukkan tren positif.

“Semakin banyak perusahaan yang menggunakan Bitcoin sebagai lindung nilai. Ini bisa memperkuat posisi Bitcoin sebagai instrumen investasi yang sah dan bernilai,” ungkapnya.

Secara umum, kondisi pasar kripto masih terbilang cukup bullish. Namun, investor tetap harus menjaga kewaspadaan terhadap kemungkinan rotasi kapital kembali ke Bitcoin, terutama jika ketidakpastian global meningkat.