
Harga Bitcoin Bergerak Konsolidatif, Altseason Sudah di Depan Mata?
- Altcoin seperti Ethereum (ETH), Solana (SOL), dan XRP mulai menunjukkan performa yang relatif lebih unggul dibandingkan BTC dalam beberapa pekan terakhir. Bahkan, volume perdagangan berjangka perpetual Ethereum berhasil melampaui volume perdagangan BTC untuk pertama kalinya sejak akhir tahun 2022, menurut data dari Glassnode.
Tren Pasar
JAKARTA, TRENASIA.ID - Harga Bitcoin (BTC) masih menunjukkan pola konsolidasi pasca keputusan The Federal Reserve (The Fed) yang menahan suku bunga acuannya di kisaran 4,25%–4,50% pada Rabu, 30 Juli 2025.
Ini merupakan keputusan kelima secara berturut-turut yang mempertahankan suku bunga, meskipun Presiden AS Donald Trump sempat memberikan tekanan agar dilakukan pemangkasan.
Ketua The Fed, Jerome Powell, menegaskan bahwa bank sentral tetap berhati-hati dalam mengambil langkah kebijakan suku bunga lebih lanjut. Ia menyebut ketidakpastian ekonomi yang masih membayangi, khususnya terkait dampak tarif impor dari kebijakan Trump, sebagai alasan utama.
Powell bahkan menyebut kondisi saat ini sebagai “awal dari inflasi tarif” dan menekankan bahwa data ekonomi mendatang akan sangat menentukan arah kebijakan moneter selanjutnya.
Pengumuman dari The Fed memicu reaksi tipis di pasar keuangan. Indeks Dow Jones naik 0,06%, sementara Nasdaq menguat 0,5%. Imbal hasil obligasi Treasury AS tenor 10 tahun naik ke 4%, dan indeks dolar AS tercatat menguat hingga menyentuh 99,4.
- Andelsbolig: Ketika Rumah Layak Tak Harus Mahal
- Kenapa Harga Saham Bergerak Duluan Sebelum Laporan Keuangan Rilis?
- Berikut Cara Membuka Rekening Menganggur yang Diblokir
Bitcoin sempat tergelincir ke level US$117.500 atau sekitar Rp1,93 miliar (dengan kurs Rp16.463 per dolar AS), usai pidato Powell yang bernada hawkish. Namun tak lama kemudian, harga BTC berhasil bangkit kembali ke kisaran US$118.000 (sekitar Rp1,94 miliar). Aksi jual ini utamanya dipicu oleh menurunnya ekspektasi pasar terhadap kemungkinan penurunan suku bunga dalam waktu dekat.
Data dari CME FedWatch menunjukkan bahwa probabilitas pemangkasan suku bunga pada bulan September turun signifikan dari 63,7% menjadi 47,1%. Artinya, investor mulai mengurangi harapan akan adanya pelonggaran moneter dalam waktu dekat.
Analis: Struktur Makro Bitcoin Masih Bullish
Menurut Fyqieh Fachrur, Analis dari Tokocrypto, keputusan The Fed kali ini memang menambah ketidakpastian di pasar kripto. Namun ia menilai kondisi tersebut belum cukup kuat untuk membatalkan tren naik jangka menengah Bitcoin.
“Bitcoin secara struktur makro masih berada di jalur bullish. Koreksi ke bawah US$118.000 ini lebih kepada reaksi pasar yang jenuh dan cenderung wait and see, bukan karena tren utamanya berubah. Justru ini bisa jadi sinyal awal bahwa BTC punya ketahanan yang solid di tengah kondisi makroekonomi yang belum sepenuhnya kondusif,” jelas Fyqieh melalui hasil riset yang diterima TrenAsia, Kamis, 31 Juli 2025.
Ia juga menyoroti level support penting di US$115.780 (sekitar Rp1,9 miliar). Jika harga Bitcoin mampu bertahan di atas level ini, peluang untuk rebound ke area rekor harga sebelumnya di kisaran US$126.000–US$130.000 (Rp2 miliar–Rp2,1 miliar) masih terbuka lebar.
“Namun kalau support itu jebol, potensi penurunan ke US$113.800 tetap ada. Tapi ini masih dalam konteks koreksi yang sehat dan wajar,” tambahnya.
Dominasi Bitcoin Menurun, Tanda-Tanda Altseason Muncul?
Menariknya, meskipun harga BTC masih bergerak sideways, dominasi pasar Bitcoin justru mulai melemah. Dalam sebulan terakhir, dominasi BTC turun sekitar 7%, mematahkan tren naik yang telah terbentuk selama tiga tahun terakhir. Ini memicu spekulasi kuat bahwa "musim altcoin" atau altseason kemungkinan akan segera dimulai.
Fyqieh menyebut pola pergerakan dominasi Bitcoin saat ini mirip dengan formasi falling wedge yang juga terlihat di tahun 2021, sebelum reli altcoin besar-besaran terjadi. Ia memproyeksikan dominasi Bitcoin bisa turun ke level 52% dalam beberapa bulan ke depan.
Altcoin seperti Ethereum (ETH), Solana (SOL), dan XRP mulai menunjukkan performa yang relatif lebih unggul dibandingkan BTC dalam beberapa pekan terakhir. Bahkan, volume perdagangan berjangka perpetual Ethereum berhasil melampaui volume perdagangan BTC untuk pertama kalinya sejak akhir tahun 2022, menurut data dari Glassnode.
Sementara itu, Indeks Musim Altcoin dari Blockchain Center kini berada di angka 37. Ini berarti altseason secara teknis memang belum dimulai. Namun bila tren penguatan altcoin terus berlanjut, tak menutup kemungkinan investor akan mulai mengalihkan perhatian dari BTC ke altcoin dalam waktu dekat.
Fokus Investor: Menanti Data Inflasi PCE
Setelah keputusan The Fed, perhatian pelaku pasar kini tertuju pada rilis data inflasi Pengeluaran Konsumsi Pribadi (Personal Consumption Expenditures/PCE), yang dianggap sebagai indikator favorit The Fed dalam menilai tekanan inflasi.
Jika data aktual inflasi PCE yang dirilis dalam beberapa hari ke depan berada di bawah ekspektasi pasar sebesar 0,3%, besar kemungkinan pasar—termasuk kripto—akan merespons dengan penguatan. Hal ini karena rendahnya inflasi akan membuka peluang bagi The Fed untuk mempertimbangkan pelonggaran moneter.
“Volatilitas pasar kemungkinan tetap tinggi menjelang rilis data inflasi. Bagi investor kripto, ini adalah momen yang pas untuk fokus ke manajemen risiko dan disiplin dalam membaca sinyal teknikal,” ujar Fyqieh menambahkan.
- Ekspor Batu Bara Anjlok, Target PNPB Terkoreksi Rp15 Triliun
- Data Pribadi RI Akan Ditransfer ke AS, Ini 12 Cara Lindungi Privasimu
- Pusat Data AI Habiskan 700.000 Galon Air Sehari Agar Tak Kepanasan
Waspadai Volatilitas, Jangan Panik
Situasi pasar kripto saat ini memang cukup dinamis. Di satu sisi, kebijakan moneter The Fed masih cenderung ketat, yang bisa menahan laju penguatan aset berisiko seperti kripto. Namun di sisi lain, struktur makro Bitcoin masih menunjang tren naik, dan altcoin mulai mencuri perhatian seiring penurunan dominasi BTC.
Bagi investor dan trader, penting untuk tetap waspada terhadap rilis data ekonomi yang berdampak besar seperti inflasi PCE, sambil terus memantau support dan resistance kunci dari harga aset kripto.
Dengan perencanaan matang dan pengelolaan risiko yang baik, peluang tetap terbuka lebar di pasar kripto—baik bagi mereka yang bermain di BTC maupun yang mulai melirik altcoin sebagai pilihan diversifikasi portofolio.