
Harga BBM Selangit, Anak Muda Pilih Transportasi Umum Saat Dompet Kejepit
- Kenaikan harga BBM non-subsidi sejak awal 2025 mendorong pekerja muda di kota besar untuk mempertimbangkan transportasi umum sebagai solusi lebih hemat dan praktis. Bagaimana mereka beradaptasi?
Tren Ekbis
JAKARTA – Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non-subsidi di Indonesia sudah naik beberapa kali sejak awal 2025. Tren ini diperkirakan belum akan berhenti, terutama dengan memanasnya konflik di Timur Tengah yang membuat harga minyak global berpotensi meroket.
Kondisi ini membuat banyak orang, terutama pekerja muda di kota-kota besar, mulai serius mempertimbangkan transportasi umum. Bukan hanya demi menghemat ongkos, tapi juga untuk menghindari stres karena kemacetan, apalagi di tengah harga BBM yang terus naik.
Pada awal 2025, tepatnya Januari, PT Pertamina (Persero) resmi menyesuaikan harga BBM non-subsidi. Harga BBM non-subsidi seperti Pertamax (RON 92), Pertamax Green 95 (RON 95), Pertamax Turbo (RON 98), Dexlite, dan Pertamina Dex mengalami kenaikan per 1 Januari 2025.
Di wilayah DKI Jakarta, harga Pertamax per 1 Januari 2025 ditetapkan Rp12.500 per liter, naik dari sebelumnya Rp12.100 per liter pada Desember 2024. Sementara itu, harga Pertamax di Pertashop dibanderol Rp12.400 per liter.
Harga Pertamax Green 95 naik menjadi Rp13.400 per liter dari sebelumnya Rp13.150 per liter. Pertamax Turbo dibanderol Rp13.700 per liter, naik dari Rp13.550 per liter. Dexlite kini dijual seharga Rp13.600 per liter, naik dari sebelumnya Rp13.400. Sedangkan Pertamina Dex naik menjadi Rp13.900 per liter dari Rp13.800 per liter.
Bagaimana dengan harga BBM per Juli 2025?
Di wilayah DKI Jakarta, harga Pertamax (RON 92) naik menjadi Rp12.500 per liter dari sebelumnya Rp12.100 per liter pada Juni 2025. Pertamax Turbo juga naik menjadi Rp13.500 per liter dari Rp13.050.
Pertamax Green 95 mengalami kenaikan menjadi Rp13.250 per liter dari Rp12.800 per liter. BBM solar seperti Dexlite (CN 51) juga naik menjadi Rp13.320 per liter dari Rp12.740. Sementara Pertamina Dex (CN 53) kini dijual seharga Rp13.650 per liter dari sebelumnya Rp13.200. Namun, harga BBM Khusus Penugasan (JBKP) seperti Pertalite (RON 90) dan solar subsidi tidak mengalami perubahan per Juni 2025. Keduanya masih dibanderol Rp10.000 dan Rp6.800 per liter.
Sudah Saatnya Beralih?
Kenaikan harga ini membuat banyak warga kota, terutama anak muda pekerja, mulai mempertimbangkan ulang pilihan transportasi sehari-hari. Konflik yang memanas di Timur Tengah turut menambah ketidakpastian harga minyak mentah global, sehingga banyak orang bersiap menghadapi kemungkinan lonjakan harga BBM berikutnya.
“Awal tahun aku kaget banget waktu isi Pertamax naik. Dulu cukup Rp200 ribu buat seminggu, sekarang nggak pernah cukup. Tekor terus, apalagi kerjaanku sering pulang malam, kadang muter-muter kalau meeting pindah tempat,” cerita Dinda (27), karyawan swasta di Jakarta Selatan.
Awalnya Dinda masih bertahan dengan motor pribadinya. Tapi lama-lama, biaya BBM bulanan makin terasa berat. “Hitung-hitungan kasar, bisa lebih dari Rp800 ribu sebulan cuma buat bensin. Belum parkir, tol kalau naik mobil kantor bareng teman, sama stres macet,” tambahnya.
Akhirnya, ia memutuskan berlangganan kartu MRT bulanan. “Sekarang tinggal jalan kaki sedikit ke stasiun. Turunnya juga gampang, tinggal lanjut ojek online kalau perlu. Lebih murah, lebih tenang. Nggak khawatir tiba-tiba BBM naik lagi,” ujarnya sambil tertawa kecil.
Hal serupa dialami Fajar (24), pekerja kreatif yang tinggal di Jakarta Barat. Ia mengaku dulu cukup enggan naik busway karena merasa kurang praktis. “Jujur dulu gengsi, masa naik busway sih? Tapi sekarang malah lebih sering naik TransJakarta. Cepat juga kalau jalurnya lancar,” jelasnya.
Fajar yang sebelumnya mengandalkan motor kini mulai menghitung ulang pengeluaran sejak harga Pertamax tembus di atas Rp12.000 per liter. “Sebulan bisa habis Rp800 ribu lebih kalau sering keliling buat produksi konten. Naik TransJakarta atau kadang Commuter Line jauh lebih hemat. Bisa nabung buat hal lain,” katanya.
Meski begitu, tidak semua anak muda bisa atau mau beralih ke transportasi umum. Andre (30), seorang konsultan yang tinggal di Depok, justru tetap memilih membawa mobil pribadi. “Kerjaanku mobile banget. Bisa meeting di Jakarta Selatan pagi, sorenya di BSD atau Bekasi. Transportasi umum belum bisa dukung model kerja kayak gitu. Jadi ya mau nggak mau isi BBM terus,” tuturnya.
Andre mengakui, kenaikan harga BBM memaksanya menekan pengeluaran lain. “Biasanya isi full tank nggak terlalu terasa. Sekarang sekali isi sudah nyaris Rp800 ribu kalau pakai Pertamax Turbo. Tapi ya apa boleh buat. Klien kan nggak nunggu,” katanya.