PM dan Menkeu Israel.jpg
Tren Ekbis

Habiskan Rp508 Triliun untuk Perang, Israel Berpotensi Krisis Ekonomi

  • Anggaran militer Israel mencatat lonjakan drastis dalam tiga tahun terakhir. Dari sekitar Rp442 triliun pada 2023, naik menjadi Rp458 triliun di 2024, dan diperkirakan menembus Rp508 triliun tahun ini.

Tren Ekbis

Muhammad Imam Hatami

JAKARTA - Di balik gempuran bom Israel yang menghantam Iran, tersembunyi harga mahal yang tak tampak di layar berita. Perang bukan hanya soal senjata dan strategi militer, tetapi juga tentang uang yang dikorbankan setiap detiknya. 

Israel kini menghadapi realitas yang mengejutkan, miliaran dolar digelontorkan setiap hari untuk mesin perang, sementara rakyatnya memikul beban yang terus membesar.

Berdasarkan laporan laporan The Wall Street Journal Anggaran militer Israel mencatat lonjakan drastis dalam tiga tahun terakhir. Dari sekitar Rp442 triliun pada 2023, naik menjadi Rp458 triliun di 2024, dan diperkirakan menembus Rp508 triliun tahun ini. 

Sebagian besar dari dana itu digunakan untuk sistem pertahanan canggih seperti Iron Dome dan Arrow 3. Sebagai gambaran, satu kali tembakan sistem Arrow 3 dapat menghabiskan hingga Rp65 miliar hanya dalam hitungan detik.

Perang yang terus berlangsung ini diperkirakan menggerus keuangan negara Israel dengan kecepatan luar biasa, mencapai sekitar US$200 juta atau setara Rp3,2 triliun setiap harinya. 

Anggaran sebesar itu dibakar untuk berbagai kebutuhan militer mulai dari operasi tempur, peluncuran rudal, logistik pasukan, hingga pemeliharaan sistem pertahanan seperti Iron Dome dan Arrow 3. 

Biaya tersebut setara dengan membiayai pembangunan ratusan sekolah atau rumah sakit dalam satu hari, namun justru dihabiskan untuk memperpanjang konflik. 

Biaya tersebut belum termasuk kerugian pasca serangan. Setiap gelombang serangan menyebabkan infrastruktur sipil hancur, bangunan, jalan, rumah warga rusak parah. 

Estimasi biaya rekonstruksi mencapai Rp6,6 triliun. Ironisnya, meski uang rakyat Israel dipakai untuk membiayai perang, rakyat sendiri pula yang menanggung akibatnya.

"Amunisi baik untuk pertahanan maupun serangan adalah beban terbesar dalam konflik ini,” ujar Ekonom Israel, Zvi Eckstein, dikutip laman media Turki, Anadolu Agency, Selasa, 24 Juni 2025.

Rakyat yang Membayar 

Dari total pengeluaran militer yang melebihi Rp700 triliun, sekitar 15% didanai oleh Amerika Serikat. Namun sisanya? Tertumpu pada rakyat Israel sendiri. 

Sekitar Rp450 triliun berasal dari pajak publik, Rp120 triliun dari penerbitan obligasi, dan sisanya ditutup dari cadangan negara serta utang luar negeri.

Kini, utang nasional Israel telah menembus angka Rp4.700 triliun. Konsekuensinya, generasi muda yang bahkan belum lahir pun sudah “dipaksa” menanggung beban finansial dari perang ini. Masa depan ekonomi negara tersandera oleh keputusan-keputusan geopolitik hari ini.

“Jika perang hanya berlangsung seminggu, dampaknya satu hal. Tapi jika dua minggu atau sebulan, ceritanya sangat berbeda,” jelas mantan Gubernur Bank Sentral Israel, Karnit Flug.

Dampak perang tidak berhenti di sektor militer. Ekonomi domestik Israel juga terpukul hebat. Data terbaru menunjukkan lebih dari 60 ribu perusahaan gulung tikar, sektor pariwisata anjlok drastis, dan kegiatan ekonomi masyarakat terhenti. 

Daya beli melemah, lapangan kerja menghilang, dan masyarakat semakin kesulitan bertahan hidup di tengah inflasi dan ketidakpastian.

Perang selalu diiringi oleh retorika keamanan dan nasionalisme. Namun, di balik layar, perang juga selalu bersinggungan dengan urusan ekonomi, tentang siapa yang membayar dan siapa yang paling dirugikan.