Mitra Juara Gojek - Panji 4.jpg
Tren Pasar

GOTO Percaya Diri Borong Saham, Investor Ritel Harus Ikutan atau Nyimak Aja?

  • Aksi buyback ini memberi pesan kuat dari manajemen kepada pasar bahwa nilai saham GOTO saat ini berada di bawah nilai intrinsiknya atau undervalued. Namun, di tengah berbagai sentimen yang belum sepenuhnya pulih, muncul pertanyaan krusial bagi para investor ritel yang sedang mengamati.

Tren Pasar

Alvin Bagaskara

JAKARTA – Emiten teknologi PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) baru saja mengumumkan langkah korporasi strategis dengan menyetujui rencana pembelian kembali (buyback) saham sebesar US$200 juta, atau setara Rp3,3 triliun. Keputusan ini disahkan dalam RUPST yang berlangsung pada pertengahan pekan ini.

Aksi buyback ini memberi pesan kuat dari manajemen kepada pasar bahwa nilai saham GOTO saat ini berada di bawah nilai intrinsiknya atau undervalued. Namun, di tengah berbagai sentimen yang belum sepenuhnya pulih, muncul pertanyaan krusial bagi para investor ritel yang sedang mengamati.

Pertanyaan itu adalah apakah ini momentum yang tepat untuk mulai mengakumulasi saham GOTO, atau justru lebih bijak untuk menunggu perkembangan selanjutnya. Secara fundamental, buyback memang bukan langkah biasa, tetapi membawa makna strategis bagi prospek bisnis dan nilai saham ke depan.

Nah, tiga tujuan dari aksi buyback yang perlu dicermati. Pertama, langkah ini digunakan untuk mengembalikan kelebihan modal kepada pemegang saham. Yang kedua, dapat meningkatkan rasio laba per saham (EPS) dengan mengurangi jumlah saham beredar di pasar, yang memberi nilai tambah.

Yang ketiga dan paling relevan bagi GOTO saat ini, buyback juga berfungsi sebagai bentuk sinyal kepercayaan dari manajemen sendiri. Mereka, sebagai pihak dengan informasi paling lengkap terkait bisnis dan prospek masa depan, siap menggelontorkan dana internal untuk membeli kembali saham yang beredar.

Optimisme dari manajemen GOTO juga disambut positif sejumlah analis pasar modal. Abdul Azis Setyo Wibowo dari Kiwoom Sekuritas memberi rekomendasi “buy” dengan target Rp80 per saham. Ia menilai buyback dapat memperkecil porsi saham publik dan memberi ruang bagi perbaikan kinerja GOTO.

Nafan Aji Gusta dari Mirae Asset Sekuritas juga memberi rekomendasi “buy” dengan target Rp81 per saham. Menurut Nafan, aksi buyback dapat menciptakan efek permintaan positif dan memberi daya topang bagi pergerakan teknikal GOTO, yang saat ini berada di area jenuh jual atau oversold.

Jika dibandingkan dengan harga penutupan hari ini Jumat, 20 Juni 2025, di level Rp59 per saham, target dari para analis ini mengindikasikan potensi kenaikan hingga sekitar 32%. Angka ini membuat prospek GOTO terlihat menjanjikan bagi investor yang tengah menunggu momentum masuk dengan valuasi lebih menarik.

Dilema Investor Ritel: Peluang dan Risiko

Namun, bagi investor ritel, langkah ini juga membawa dilema tersendiri. Ada alasan kuat untuk memanfaatkan momentum dari aksi buyback tersebut, salah satunya sebagai bentuk validasi dari manajemen bahwa nilai intrinsik GOTO belum sepenuhnya diapresiasi oleh pasar hingga saat ini.

Selain itu, efek dari penambahan permintaan juga dapat memberi daya topang bagi pergerakan saham hingga 12 bulan ke depan, sesuai dengan masa pelaksanaan buyback. Terlebih, dari sisi bisnis, terdapat peluang perbaikan fundamental terkait efisiensi biaya dan pertumbuhan segmen fintech yang dapat memberi nilai jangka panjang.

Namun, di sisi lain, investor juga perlu berhati‑hati sebelum membuat keputusan. Salah satu pertimbangan ialah kinerja historis saham GOTO yang telah melemah hingga 15% sejak awal tahun. Meski tidak menjamin pola yang sama ke depan, data ini tetap relevan sebagai bahan pertimbangan.

Selain itu, faktor makroekonomi juga perlu dicermati, termasuk tingkat suku bunga dan inflasi yang dapat memberi tekanan signifikan bagi pasar modal secara menyeluruh. Terakhir, perlu diingat bahwa buyback memang membawa efek positif, tetapi bukan jaminan absolut bahwa harga saham akan segera naik.

Eksekusi dari langkah ini dan perkembangan sentimen pasar yang lebih luas tetap memegang peranan kunci. Pada akhirnya, rencana buyback GOTO membawa pesan positif dari manajemen dan dapat menjadi katalis bagi perbaikan nilai saham, tetapi bagi investor ritel, langkah ini tetap membutuhkan analisis menyeluruh dan pertimbangan risiko yang matang.