image001.jpg
Korporasi

Genjot Ekspansi Hulu Migas, PHE Terbitkan Obligasi Global Senilai Rp49 Triliun

  • PT Pertamina Hulu Energi (PHE), Subholding Upstream dari PT Pertamina (Persero), tengah menyiapkan skema penerbitan obligasi global senilai US$3 miliar atau sekitar Rp49,49 triliun, berdasarkan kurs Jisdor Rp16.497 per dolar AS.

Korporasi

Alvin Bagaskara

JAKARTA - PT Pertamina Hulu Energi (PHE), Subholding Upstream dari PT Pertamina (Persero), tengah menyiapkan skema penerbitan obligasi global senilai US$3 miliar atau sekitar Rp49,49 triliun, berdasarkan kurs Jisdor Rp16.497 per dolar AS. Rencana ini diajukan melalui Global Medium Term Notes Program yang telah tercatat di Singapore Stock Exchange (SGX).

Obligasi tersebut akan diterbitkan secara bertahap dan tidak ditawarkan kepada investor domestik. Dana hasil penerbitan akan digunakan untuk mendukung kebutuhan investasi dan pembiayaan operasional jangka menengah PHE, sebagaimana dijelaskan dalam Pricing Supplement masing-masing tranche. 

“Kami bermaksud menggunakan hasil bersih dari penerbitan setiap tranche obligasi untuk membiayai belanja modal dan untuk tujuan umum perusahaan,” tulis manajemen PHE dalam prospektus, dikutip pada Jumat, 9 Mei 2025.

Untuk mendukung pelaksanaan program ini, PHE menggandeng sejumlah lembaga keuangan internasional sebagai arranger dan dealers. Lembaga yang terlibat antara lain Citigroup Global Markets Singapore Pte. Ltd., Deutsche Bank AG Singapore Branch, The Hongkong and Shanghai Banking Corporation Limited Singapore Branch, Mandiri Securities Pte. Ltd., dan MUFG Securities Asia Limited Singapore Branch.

Info saja, kinerja keuangan PHE sepanjang 2024 menunjukkan performa yang solid, dengan pendapatan mencapai US$12,79 miliar atau sekitar Rp210,39 triliun (kurs asumsi Rp16.450 per dolar AS). “Revenue, gambarannya bahwa kita mendapatkan US$12,79 miliar di 2024,” ujar Direktur Utama PHE, Chalid Said Salim, dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VI DPR RI yang digelar pada Rabu, 12 Maret 2025.

Chalid menyampaikan bahwa perusahaan menargetkan pertumbuhan pendapatan sekitar 7,2 persen pada 2025 menjadi US$13,71 miliar atau setara Rp225,52 triliun. “2025 kami punya target (pendapatan) US$13,71 miliar. Ini menjadi tantangan tersendiri kalau kita kaitkan dengan harga minyak per kondisi hari ini,” ucapnya.

Dalam asumsi Rencana Kerja 2025, PHE memperkirakan harga rata-rata minyak mentah (WAP) akan berada di kisaran US$84,16 per barel. Sementara itu, harga rata-rata gas diperkirakan terkoreksi 9,8 persen menjadi US$6,75 per MSCF. “Ini menjadi pertimbangan utama dalam target kami,” imbuh Chalid.

Untuk menopang proyeksi pendapatan tersebut, PHE berencana meningkatkan volume produksi minyak sebesar 4 persen menjadi 416 ribu barel per hari (MBOPD). Adapun produksi gas ditargetkan naik 3 persen menjadi 2.536 juta kaki kubik per hari (MMSCFD). “Target produksi ini menjadi pendorong utama pencapaian pendapatan,” kata Chalid.

Secara fundamental, total aset PHE per akhir 2024 tercatat sebesar US$30,43 miliar. Sementara itu, total liabilitas mencapai US$15,32 miliar dan ekuitas sebesar US$15,1 miliar. “Posisi keuangan kami relatif kuat dan mendukung rencana ekspansi ke depan,” ujarnya.

EBITDA PHE tercatat sebesar US$10,42 miliar pada 2022, US$8,73 miliar pada 2023, dan menurun menjadi US$7,6 miliar pada 2024. Tren penurunan ini sejalan dengan koreksi pendapatan akibat fluktuasi harga komoditas global. “Kami tetap menjaga efisiensi agar kinerja tetap terjaga,” jelas Chalid.

Meski demikian, kondisi keuangan PHE tetap mendapatkan pengakuan positif dari lembaga pemeringkat global. “Kalau kita lihat dari rating yang kita dapat, dari Moody’s ada Baa2 stable, dan dari Fitch Ratings itu BBB. Jadi ini cukup baik,” tandas Chalid.