
Gelombang Pembubaran Grup K-Pop Agensi Kecil Akibat Tekanan Finansial
- Tren bubarnya grup lebih awal ini tidak hanya menimbulkan kekecewaan di kalangan penggemar, tetapi juga memicu kembali perdebatan tentang apakah hanya perusahaan K-pop besar yang mampu mempertahankan kesuksesan grup hingga puncaknya.
Tren Leisure
JAKARTA, TRENASIA.ID – Beberapa grup K-pop yang dikelola oleh agensi hiburan berskala lebih kecil dalam beberapa bulan terakhir telah bubar atau mengumumkan penghentian aktivitas untuk waktu yang tidak ditentukan, bahkan sebelum menyelesaikan kontrak eksklusif tujuh tahun yang menjadi standar industri.
Tren bubarnya grup lebih awal ini tidak hanya menimbulkan kekecewaan di kalangan penggemar, tetapi juga memicu kembali perdebatan tentang apakah hanya perusahaan K-pop besar yang mampu mempertahankan kesuksesan grup hingga puncaknya.
Dilansir dari The Korea Times, pada 4 Agustus 2025, RBW, agensi yang menaungi grup beranggotakan enam orang PURPLE KISS merilis pernyataan bahwa mereka akan mengakhiri aktivitas grup tersebut pada November mendatang.
“Perusahaan dan para anggota telah melakukan diskusi panjang dan tulus mengenai langkah yang akan diambil ke depan. Pada akhirnya, kami mencapai kesimpulan berdasarkan rasa saling menghormati pendapat masing-masing dan dengan keinginan untuk mendukung impian pribadi setiap anggota,” ujar pihak agensi.
RBW menambahkan bahwa meskipun grup ini akan resmi mengakhiri aktivitas, seluruh agenda yang telah dijadwalkan tetap akan berjalan sesuai rencana, dimulai dengan perilisan album berbahasa Inggris pada akhir bulan ini, dilanjutkan dengan promosi di Jepang serta tur di Amerika.
Sejak debut pada 2021, PURPLE KISS secara konsisten merilis single dan album, termasuk “Ponzona,” “Zombie,” “memeM,” dan “7HEAVEN.” Rilisan terbaru mereka, “I Miss My…,” bahkan baru dirilis bulan lalu, sehingga pengumuman pembubaran ini menjadi semakin mengejutkan.
Awal tahun ini, situasi serupa terjadi pada girl group Weeekly di bawah naungan IST Entertainment. Pada Februari, agensi mengumumkan bahwa setelah melakukan diskusi panjang, mereka sepakat untuk mengakhiri kontrak eksklusif dengan para anggota, yang secara efektif menandakan pembubaran grup tersebut.
Weeekly debut pada Juni 2020 dengan single “Tag Me” dan langsung mencuri perhatian dengan meraih berbagai penghargaan rookie di sejumlah ajang musik akhir tahun. Grup ini terus mempertahankan momentum lewat lagu-lagu seperti “After School,” “VROOM VROOM,” dan “Holiday Party,” hingga berhasil mengumpulkan basis penggemar kecil namun setia.
Kasus lain yang cukup menonjol adalah EVERGLOW, girl group yang debut pada 2019 di bawah naungan Yuehua Entertainment. Pada Juni lalu, Yuehua mengumumkan pemutusan kontrak eksklusif para anggotanya, yang secara efektif menghentikan seluruh aktivitas grup.
EVERGLOW berhasil membangun basis penggemar besar melalui penampilan energik dan lagu-lagu hits seperti “Bon Bon Chocolat,” “Adios,” dan “Dun Dun.” Setelah enam tahun berkarier, pemutusan kontrak ini menandai berakhirnya aktivitas resmi grup, meskipun para anggota menegaskan hal ini tidak serta-merta berarti pembubaran resmi.
Seorang sumber industri yang berbicara dengan syarat anonim mengakui, meski bukan hal yang mustahil bagi grup dari agensi kecil untuk meraih pengakuan di pasar, karier mereka sering kali mengalami gejolak ketika agensi menghadapi kesulitan finansial, tantangan yang lebih rentan dialami perusahaan kecil dibandingkan konglomerat besar.
Sumber tersebut juga menyoroti derasnya kemunculan grup rookie setiap tahun semakin menguntungkan grup-grup yang didukung agensi besar dengan anggaran promosi besar dan pengaruh media yang kuat.
“Perubahan ini membuat peluang bagi grup dari label kecil untuk menembus pasar dan mempertahankan karier semakin sedikit, yang pada akhirnya mendorong keputusan untuk bubar dan mungkin membentuk grup baru,” ujar sang narasumber.
Faktor yang Memperburuk Tantangan Industri
Sumber industri menyebutkan perkembangan ini dipicu oleh meningkatnya biaya produksi dan menurunnya investasi. Salah satu narasumber mengungkapkan skandal telah membuat para investor menarik diri, sehingga menyebabkan penyusutan pasar.
Dilansir dari Times of India, biaya produksi untuk video musik, penataan gaya, dan promosi terus meningkat, memaksa agensi menggelontorkan dana besar demi tetap bersaing.
Data menunjukkan biaya produksi konten naik 18,6% dibanding tahun sebelumnya, menurut laporan JYP Entertainment. Penjualan album juga turun 17,7% pada 2024 menjadi 98,9 juta unit, sebagaimana dicatat dalam Circle Chart milik Korea Music Content Association.
Diskusi di Reddit menyoroti penurunan penjualan album sebesar 20% pada 2024, yang dianggap sebagai koreksi setelah lonjakan besar akibat popularitas grup seperti Blackpink dan BTS.
Pasar kini mengalami kejenuhan, dengan agensi yang meluncurkan banyak grup baru dalam waktu singkat. Misalnya, HYBE telah mendebutkan empat girl group dalam beberapa tahun terakhir dan masih berencana menambah lagi, yang memperketat persaingan.
Situasi ini berdampak pada grup level menengah karena sumber daya basis penggemar terpecah untuk mendukung terlalu banyak artis.
Proyeksi Pasar dan Potensi Pemulihan
Analis memprediksi pasar K-pop mungkin akan mulai pulih pada akhir 2025, yang kemungkinan terbantu oleh kembalinya grup besar seperti BTS dan BLACKPINK. Menurut Maximize Market Research, pasar acara global diproyeksikan tumbuh dengan laju CAGR 7,5% dari 2025 hingga 2032, dengan nilai mencapai US$13,28 miliar pada 2024.
Meski grup-grup baru terus bermunculan, industri ini diperkirakan perlu melakukan penyesuaian strategi untuk mengelola biaya dan investasi. Persaingan tetap ketat, dengan agensi besar seperti SM, YG, dan JYP yang sudah merencanakan peluncuran grup baru pada 2025.
Dampak bagi Sektor K-Pop
- Baca Juga: Bukan Sekadar Hiburan, Variety Show Sendiri Idol K-Pop Jadi Jembatan Emosional antara Idol dan Fans
Perkembangan ini menunjukkan perlunya agensi beradaptasi dengan kondisi keuangan, misalnya dengan mengoptimalkan proses produksi dan memusatkan perhatian pada aktivitas yang menguntungkan.
Meski ada grup yang bubar, sebagian anggota mungkin akan menempuh karier solo atau membentuk ulang grup dengan format berbeda. Pertumbuhan industri K-pop sendiri bergantung pada kemampuan menyeimbangkan ekspansi dengan praktik yang berkelanjutan.