
Gara-gara Banyak yang Pasang Posisi ‘Short’, Bitcoin Naik Lebih Tinggi
- Lonjakan tajam ini tidak hanya berdampak pada Bitcoin, tetapi juga mendorong kenaikan harga altcoin besar seperti Ethereum (ETH), Dogecoin (DOGE), XRP, Cardano (ADA), SUI, Chainlink (LINK), dan Solana (SOL) yang rata-rata naik lebih dari 5%. Sementara itu, altcoin berkapitalisasi pasar lebih kecil seperti ALT, REZ, dan SAGA justru meroket hingga 50% dalam satu hari.
Tren Pasar
JAKARTA - Harga Bitcoin kembali mencetak rekor baru dengan menembus level psikologis US$118.000 pada Jumat, 11 Juli 2025, sekaligus memicu gelombang likuidasi besar-besaran di pasar derivatif. Dalam 24 jam terakhir, nilai likuidasi mencapai lebih dari US$1,13 miliar, menjadikannya yang terbesar sepanjang tahun ini.
Lonjakan tajam ini tidak hanya berdampak pada Bitcoin, tetapi juga mendorong kenaikan harga altcoin besar seperti Ethereum (ETH), Dogecoin (DOGE), XRP, Cardano (ADA), SUI, Chainlink (LINK), dan Solana (SOL) yang rata-rata naik lebih dari 5%. Sementara itu, altcoin berkapitalisasi pasar lebih kecil seperti ALT, REZ, dan SAGA justru meroket hingga 50% dalam satu hari.
Kenaikan mendadak harga Bitcoin ini banyak dikaitkan dengan fenomena short squeeze — situasi ketika harga naik tajam memaksa para trader yang membuka posisi jual (short) untuk menutup posisi mereka secara paksa, sehingga menciptakan tekanan beli tambahan yang mempercepat kenaikan harga.
- Scarlett Johansson Jadi Artis Terlaris dalam Sejarah, Ini Deretan Film Box Office-nya
- Prediksi Setlist Konser EVNNE di Jakarta Juli 2025
- Bingung Lihat Saham BBCA? Labanya Turun, Tapi Potensi Cuannya Gede Banget
“Short squeeze yang terjadi ini klasik,” ujar Fahmi Almuttaqin, Analis dari platform kripto Reku melalui hasil riset yang diterima TrenAsia, Jumat, 11 Juli 2025. “Saat banyak trader mengambil posisi short karena merasa harga akan turun, tapi justru harga malah naik, maka posisi mereka harus ditutup paksa. Ini jadi bahan bakar tambahan untuk reli,” tambahnya.
Menurut data terbaru, likuidasi terbesar terjadi pada Bitcoin futures dengan nilai mencapai US$590 juta, disusul oleh Ethereum futures sebesar US$241 juta. Dua platform exchange global mencatat nilai forced-close paling tinggi, masing-masing senilai US$461 juta dan US$193 juta. Sebanyak 237.000 trader dilaporkan terkena likuidasi, dengan posisi short BTC-USDT senilai US$88,5 juta menjadi yang terbesar.
Selain itu, open interest Bitcoin futures — yaitu total nilai kontrak futures terbuka — melonjak sebesar US$2 miliar hanya dalam waktu 4 jam, dan rasio long-short menunjukkan dominasi posisi beli dengan komposisi 52% long.
Kekuatan Sentimen dan Risiko Volatilitas
Kuatnya sentimen bullish ini menjadi katalis utama bagi reli yang terjadi. Namun, Fahmi mengingatkan para investor untuk tetap waspada terhadap potensi volatilitas ekstrem di tengah euforia pasar.
“Open interest yang naik drastis dan posisi yang condong ke long bisa membuka peluang harga naik lebih lanjut. Tapi biasanya, reli yang dipicu oleh likuidasi semacam ini cenderung diikuti oleh fase konsolidasi atau retrace, setelah euforia mereda,” jelasnya.
Meski demikian, secara fundamental, kekuatan permintaan terhadap Bitcoin tetap kokoh. Menurut Fahmi, adopsi institusi lewat strategi Bitcoin treasury, minat dari investor pasar modal AS, serta akumulasi yang dilakukan oleh whale dan para miner menjadi pondasi kuat yang mendorong harga Bitcoin ke level barunya.
“Permintaan dari pelaku besar ini enggak melemah sama sekali. Selama likuiditas di pasar terus meningkat, potensi untuk reli lanjutan Bitcoin masih sangat terbuka,” tambah Fahmi.
Baca Juga: Pendiri Binance: Jangan Jadikan Kripto Jalan Pintas untuk Cepat Kaya
Faktor Eksternal: Suku Bunga dan Ekonomi AS
Selain dari dalam ekosistem kripto itu sendiri, sentimen pasar juga dipengaruhi oleh kebijakan ekonomi makro global. Federal Reserve AS hingga saat ini belum menunjukkan sinyal kuat akan menurunkan suku bunga pada pertemuan FOMC bulan Juli. Kebijakan ini berpotensi mempertahankan daya tarik aset kripto sebagai alternatif investasi di tengah ketidakpastian global.
Fahmi menekankan bahwa perkembangan data ekonomi AS dalam waktu dekat akan menjadi faktor penting untuk kelanjutan tren positif ini, terutama dalam jangka pendek.
Altcoin Ikut Bersinar
Tak hanya Bitcoin, altcoin pun ikut menikmati efek positif dari lonjakan pasar. Selain faktor teknikal dan valuasi yang mulai menarik setelah mengalami koreksi dalam beberapa bulan terakhir, sentimen positif terhadap ETF altcoin juga mulai berkembang, terutama jelang kuartal IV.
“Dukungan politik, terutama dari Presiden Trump, membuka peluang baru bagi ETF altcoin yang bisa memperluas akses investor ke aset-aset kripto selain Bitcoin,” terang Fahmi.
Dengan valuasi yang relatif lebih rendah dibandingkan harga historisnya, banyak altcoin kini terlihat menarik secara risk-reward, khususnya bagi investor yang berani mengambil posisi saat pasar mulai pulih.
- 10 Tips Supaya Kamu Nggak Jadi Founder Startup Karbitan
- 5 Profesi Ini Segera Berganti AI, Intip Cara Selamat di Era Akal Imitasi
- Duit THR Meledak jadi 15 Juta di Saham KRAS, Pesta Masih Lanjut?
Strategi Investasi: Gunakan Futures dengan Bijak
Bagi investor yang ingin memanfaatkan peluang ini, penggunaan fitur Futures bisa menjadi strategi yang efektif — asalkan digunakan dengan disiplin dan manajemen risiko yang ketat.
“Pasar futures memang bisa bantu investor mengoptimalkan keuntungan atau bahkan menyeimbangkan risiko dari posisi di pasar spot,” kata Fahmi. “Tapi banyak juga yang terjebak over-leverage, terlalu percaya diri, dan akhirnya malah merugi besar.”
Ia menambahkan bahwa sejak Februari 2025, pasar Futures di Indonesia sudah resmi diatur secara legal. Ini memberi peluang baru bagi trader untuk bertransaksi secara aman dan terproteksi lewat platform exchange yang telah mengantongi izin.
Contohnya, di Reku Futures, investor bisa menggunakan leverage hingga 25x, yang menurut Fahmi merupakan tingkat leverage yang relatif aman namun tetap menjanjikan potensi keuntungan yang menarik.
“Selain itu, fitur seperti Stop Loss dan Take Profit juga sudah tersedia untuk membantu pengguna mengelola risiko sesuai dengan tujuan investasi dan profil risiko mereka,” tuturnya.