Ingin Menikah Tapi Uang Terbatas? Ini Cara Merencanakan Pesta Pernikahan dengan Hemat
Tren Global

Gara-gara Amerika Biaya Nikah Jadi Mahal, Berikut Solusinya

  • Suku bunga tinggi The Fed bikin biaya nikah di Indonesia melonjak. Dari harga emas hingga sewa gedung, semua ikut naik. Bagaimana pasangan muda menyiasatinya?

Tren Global

Muhammad Imam Hatami

JAKARTA Rencana pernikahan yang biasanya jadi momen bahagia, kini malah bikin banyak pasangan muda cemas. Pasalnya, berbagai komponen biaya pernikahan di Indonesia mengalami lonjakan signifikan. Penyebabnya? Salah satunya adalah kebijakan suku bunga tinggi dari bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed).

Meskipun The Fed diprediksi akan mulai menurunkan suku bunga pada paruh kedua 2025, efek dari kebijakan moneter ketat selama beberapa tahun terakhir masih terasa kuat, terutama di negara berkembang seperti Indonesia. 

Suku bunga tinggi di AS telah mendorong penguatan dolar, memperlemah nilai tukar rupiah, serta memicu kenaikan harga berbagai komoditas global, termasuk yang berkaitan langsung dengan pernikahan.

Dari Emas Sampai Dekorasi: Semua Jadi Lebih Mahal

Fenomena ini menimbulkan pertanyaan, apa hubungan kebijakan moneter AS dengan biaya pesta di Jakarta atau Jogja? Jawabannya ada pada mekanisme ekonomi global. 

Kebijakan suku bunga tinggi yang diterapkan oleh The Federal Reserve juga mendorong investor global menarik dana dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia, dan mengalihkan investasi ke Amerika Serikat. 

Akibatnya, nilai tukar rupiah melemah, sementara harga barang impor melonjak. Dampaknya terasa langsung ke berbagai sektor, termasuk industri pernikahan. Dalam dua tahun terakhir, harga perhiasan emas tercatat naik lebih dari 20% seiring tren emas global sebagai aset lindung nilai. 

Biaya katering dan dekorasi pernikahan melonjak hingga 25% karena naiknya harga bahan baku, transportasi, dan perlengkapan impor. Sementara itu, tarif sewa gedung dan jasa vendor pernikahan ikut meningkat akibat tekanan inflasi terhadap biaya operasional. 

Kondisi ini memaksa banyak pasangan muda menunda pernikahan atau menyesuaikan rencana dengan kondisi keuangan yang semakin terjepit.

Strategi Gen Z: Nikah Hemat, Tetap Sakral

Meski tekanan ekonomi global semakin nyata, generasi muda Indonesia menunjukkan kemampuan adaptasi yang tangguh. Di tengah kenaikan biaya pernikahan, banyak pasangan memilih beralih ke konsep “nikah minimalis” sebagai solusi realistis.

Undangan digital menggantikan cetak fisik, pesta digelar di rumah atau taman kecil, dan dekorasi dilakukan secara mandiri (DIY) dengan bantuan vendor lokal. 

Tak sedikit pula yang mulai menabung dengan investasi emas digital sebagai bentuk perencanaan keuangan jangka panjang, memanfaatkan stabilitas nilai logam mulia tersebut. Selain lebih hemat, pendekatan ini dinilai lebih relevan dengan kondisi ekonomi saat ini dan mencerminkan perubahan nilai di kalangan generasi muda.

Fenomena ini menjadi pengingat bahwa kebijakan ekonomi global, seperti keputusan suku bunga oleh The Federal Reserve, tidak lagi sekadar berdampak di ruang rapat atau pasar finansial. 

Dampaknya kini terasa hingga ke momen pribadi seperti rencana pernikahan. Resesi dan dinamika ekonomi makro internasional telah memaksa masyarakat terutama generasi muda untuk lebih sadar akan pentingnya literasi keuangan, perencanaan matang, dan kemampuan beradaptasi. 

Pada akhirnya, meskipun jodoh tetap urusan takdir, biaya menuju pelaminan kini juga ditentukan oleh arah kebijakan Jerome Powell di Washington.