
Frustrasi dengan Putin, Trump Perintahkan Bongkar Gudang Senjata untuk Ukraina
- Presiden Donald Trump untuk pertama kalinya sejak kembali menjabat akan mengirim senjata ke Kyiv di bawah kekuasaan presiden. Cara yang sering digunakan oleh pendahulunya.
Tren Global
JAKARTA-Kesabaran Presiden Amerika Donald Trump terhadap Rusia tampaknya sudah benar-benar menipis. Kini Trump untuk pertama kalinya akan menggunakan wewenang presiden untuk mengirim senjata ke Ukraina.
Presiden Donald Trump untuk pertama kalinya sejak kembali menjabat akan mengirim senjata ke Kyiv di bawah kekuasaan presiden. Cara yang sering digunakan oleh pendahulunya. Reuters mengutip dua sumber yang mengetahui keputusan tersebut mengatakan, keputusan ini merupakan langkah yang menunjukkan minat baru oleh presiden dalam membela Ukraina.
Lebih dari tiga tahun setelah invasi Rusia ke negara tetangganya, tim Trump akan mengidentifikasi senjata dari persediaan Amerika untuk dikirim ke Ukraina di bawah Otoritas Penarikan Presiden. Salah satu sumber mengatakan senjata tersebut dapat bernilai sekitar US$300 juta atau sekitar Rp4,8 triliun (kurs Rp16.200).
Paket tersebut kemungkinan mencakup rudal Patriot dan roket jarak menengah untuk Himars. “Tetapi keputusan mengenai perlengkapan spesifiknya belum dibuat,” kata sumber tersebut kepada Reuters Kamis 11 Juli 2025.
- Saat Washington Tak Lagi Peduli “Hadiah” dari Jakarta
- BRI Pimpin Daftar Teratas Bank di Indonesia versi The Banker
- Perkuat Pendanaan, Dana Murah BRI Makin Melimpah
Sejauh ini, pemerintahan Trump hanya mengirimkan senjata yang disetujui oleh mantan Presiden Joe Biden, yang merupakan pendukung setia Kyiv. Otoritas Penarikan Kepresidenan memungkinkan presiden untuk menarik persediaan senjata untuk membantu sekutu dalam keadaan darurat. Pentagon dan Gedung Putih tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Sikap presiden Amerika dari Partai Republik tersebut dalam membela Ukraina tidak konsisten. Terkadang dia mengkritik pengeluaran Amerika dan memuji Rusia. Tetapi terkadang juga menyuarakan dukungan untuk Kyiv dan meremehkan Kremlin.
Amerika memiliki sisa Otoritas Penarikan Dana Presiden untuk Ukraina senilai US$3,86 miliar atau sekitar Rp62 triliun. Penarikan dana terakhir adalah pemberian sebesar US$500 juta oleh Biden pada 9 Januari.
Prioritas utama Ukraina adalah pencegat rudal Patriot dan artileri roket bergerak GMLRS yang mungkin termasuk dalam paket tersebut. Senjata-senjata tersebut dapat berada di garis depan dalam beberapa hari karena stoknya ditempatkan di Eropa. Pemerintahan Trump bulan ini menghentikan pengiriman sejumlah senjata penting yang disetujui oleh Biden tetapi beberapa dari pengiriman tersebut telah dilanjutkan.
Frustrasi
Menteri Luar Negeri Amerika Marco Rubio secara terbuka juga menyampaikan kepada Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov tentang rasa frustrasi Presiden Donald Trump. Terutama atas kurangnya kemajuan dalam mengakhiri perang Ukraina . Hal itu disampaikan saat keduanya bertemu selama 50 menit di sela-sela KTT ASEAN di Malaysia. Kepada wartawan Rubio mengatakan sependapat dengan apa yang disampaikan Presiden. “Yaitu kekecewaan sekaligus rasa frustrasi atas minimnya kemajuan,” katanya.
Menurut Rubio dalam pertemuan itu keduanya melakukan percakapan yang jujur. Dan itu menurutnya penting. Dia mengulangi kritik publik Trump bahwa Rusia terlalu kurang fleksibel dalam membantu menyelesaikan konflik.
Rubio juga mengungkapkan Amerika dan Rusia bertukar gagasan baru untuk kemungkinan perundingan damai Ukraina. Menurutnya ini pendekatan yang baru dan berbeda dan belum pernah dipertimbangkan oleh Trump sebelumnya. “Saya tidak akan menggambarkannya sebagai sesuatu yang menjamin perdamaian, tetapi itu adalah konsep yang akan saya sampaikan kembali kepada presiden,” tutupnya.