
FOMO Saham CDIA Berujung Suspen, Kenali Arti Cooling Down Biar Gak Salah Langkah
- Saham CDIA milik Prajogo Pangestu disuspensi BEI usai meroket 310%. Kenali arti mekanisme 'cooling down' dan apa yang harus dilakukan investor agar tak salah langkah.
Tren Pasar
JAKARTA – Euforia terhadap saham pendatang baru, PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA), akhirnya berujung pada suspensi. Saham afiliasi taipan Prajogo Pangestu ini resmi 'digembok' oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perdagangan sesi I, Kamis, 17 Juli 2025.
Pemicunya tak lain adalah lonjakan harga yang seolah tak masuk akal, di mana saham CDIA terus mengalami auto reject atas (ARA) selama enam hari beruntun. Kenaikan fantastis lebih dari 310% ini akhirnya memaksa bursa sebagai wasit pasar untuk turun tangan dan menekan tombol jeda.
Fenomena ini adalah pelajaran penting bagi investor. Mari kita bedah apa arti suspensi dan mekanisme 'cooling down', serta bagaimana cara menyikapinya agar kamu tidak salah langkah dalam berinvestasi di kemudian hari.
- Drakor S Line, Ketika Garis Merah Membongkar Semua Aib Tersembunyi
- Tarif Impor Turun, APINDO: Industri Padat Karya Dapat Angin Segar
- Dua Wajah Gen Z: Dari Jeruji ke Aksi
1. Kronologi 'Lari Kencang' Saham CDIA
Untuk memahami skala kenaikannya, kita perlu melihat perjalanan saham CDIA sejak awal. Saham ini pertama kali ditawarkan ke publik melalui mekanisme IPO dengan harga yang sangat terjangkau bagi para investor, yaitu hanya sebesar Rp190 per lembar sahamnya.
Sejak hari pertama diperdagangkan, saham ini seolah tak terbendung dan selalu ditutup menyentuh batas kenaikan maksimal (ARA). Fenomena ini terus terjadi selama enam hari berturut-turut hingga harganya menyentuh level Rp780 sesaat sebelum disuspensi, atau meroket 310,52%.
2. Ledakan Kapitalisasi Pasar Menjadi Rp97 Triliun
Lompatan harga yang ekstrem ini secara otomatis membuat nilai kapitalisasi pasar (market cap) perusahaan ikut meledak secara signifikan. Pada saat melakukan penawaran umum perdana, nilai perusahaan tercatat di angka yang sudah cukup besar, yaitu sekitar Rp23,71 triliun.
Namun hanya dalam enam hari perdagangan, nilai kapitalisasi pasar CDIA melambung tinggi hingga mencapai Rp97,36 triliun. Ini berarti ada penambahan nilai perusahaan di atas kertas sebesar lebih dari Rp73 triliun dalam waktu kurang dari seminggu, sebuah angka fantastis.
3. Mengenal Istilah 'Cooling Down' dari Bursa
Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam pengumumannya menyebut suspensi ini sebagai langkah 'cooling down' atau proses pendinginan. Ini adalah mekanisme standar yang digunakan regulator ketika mendeteksi adanya aktivitas perdagangan atau lonjakan harga yang dianggap tidak wajar pada suatu saham.
Tujuannya bukan untuk menghukum, melainkan untuk melindungi investor dari euforia berlebihan dan potensi manipulasi pasar. 'Cooling down' memberikan waktu bagi semua pelaku pasar untuk berpikir lebih rasional dan menganalisis informasi sebelum kembali bertransaksi dengan kepala dingin.
4. Respon Resmi dan 'Adem' dari Manajemen
Manajemen CDIA, melalui Director Corporate Affairs Merly, memberikan respon yang sangat tenang dan kooperatif atas keputusan bursa. Ia menjelaskan bahwa pihak manajemen memandang suspensi ini sebagai bagian wajar dari mekanisme pasar dan merupakan bentuk fungsi pengawasan dari regulator.
Sambil berterima kasih atas kepercayaan para pemegang saham, ia menegaskan komitmen perusahaan untuk selalu transparan. “Kami senantiasa berkomitmen untuk selalu mematuhi seluruh regulasi yang berlaku, serta menghormati setiap keputusan regulator,” terang Merly dalam keterangannya pada Kamis, 17 Juli 2025.
5. Cara Menyikapinya Agar Tidak Salah Langkah
Bagi investor yang sudah memiliki saham CDIA, masa suspensi ini adalah waktu yang tepat untuk "wait and see" sambil menata strategi. Hindari panik, dan gunakan jeda ini untuk meninjau kembali rencana investasi awal serta menentukan level harga untuk merealisasikan keuntungan.
Sementara bagi investor yang baru tertarik, sangat disarankan untuk tidak terburu-buru masuk saat suspensi dibuka. Kenaikan harga yang ekstrem sangat rentan terhadap aksi ambil untung yang bisa memicu koreksi tajam. Masukkan saham ini ke dalam daftar pantau dan amati pergerakannya.
Fenomena ini menjadi pengingat penting untuk membedakan antara euforia pasar dengan nilai fundamental perusahaan. Sebelum membuat keputusan, selalu pertimbangkan profil risiko pribadi dan jangan sampai terjebak dalam FOMO (Fear Of Missing Out) yang dapat merugikan portofolio investasi Anda.