
Fluktuasi Suku Bunga Bisa Saja Pengaruhi Harga Premi Asuransi KPR, Ini Alasannya
- Seperti halnya masyarakat dan pelaku usaha lain, Sompo Insurance juga terpengaruh oleh pergerakan suku bunga, inflasi, dan harga barang atau jasa.
IKNB
JAKARTA — Dinamika ekonomi nasional, seperti naik turunnya suku bunga dan tingkat inflasi, turut mempengaruhi bisnis perusahaan asuransi, termasuk Sompo Insurance Indonesia. Presiden Direktur Sompo Insurance, Eric Nemitz, menegaskan bahwa meskipun faktor-faktor makroekonomi tersebut memberikan dampak nyata terhadap operasional perusahaan, Sompo tetap berkomitmen penuh pada kewajiban utamanya: membayar klaim secara adil dan tepat kepada para pemegang polis.
Menurut Eric Nemitz, perusahaan asuransi tidak dapat terlepas dari pengaruh pasar. Seperti halnya masyarakat dan pelaku usaha lain, Sompo Insurance juga terpengaruh oleh pergerakan suku bunga, inflasi, dan harga barang atau jasa.
"Salah satu dampak terbesar kami rasakan saat membayar klaim. Di situlah letak pekerjaan utama kami, bukan hanya menjual polis, tetapi membayar klaim dan membantu pelanggan," ungkap Eric saat ditemui di kantor Sompo Insurance Jakarta, Rabu, 28 Mei 2025.
- Potensi Investasi dan Serapan Tenaga Kerja dalam RUPTL PLN 2025–2034
- BLACKPINK Gelar Konser 2 Hari di Jakarta, Kapan Penjualan Tiketnya?
- BRPT dan ADRO Paling Renyah, LQ45 Hari ini Ditutup Menguat ke 818,17
Ia mencontohkan, dalam kasus klaim asuransi kendaraan bermotor, biaya perbaikan mobil yang rusak akibat kecelakaan sangat dipengaruhi oleh harga suku cadang dan upah tenaga kerja. Kedua komponen biaya ini sangat rentan terhadap tekanan inflasi. Karena itu, naiknya harga-harga secara perlahan dari tahun ke tahun juga mendorong perusahaan untuk menyesuaikan harga premi dari waktu ke waktu agar tetap relevan secara ekonomi.
Tantangan Asuransi Jangka Panjang: Kasus Kredit Pemilikan Rumah
Eric juga menyoroti tantangan dalam asuransi jangka panjang seperti asuransi hipotek atau kredit pemilikan rumah (KPR). Biasanya, asuransi ini berlaku dalam jangka waktu panjang, seperti 10 tahun atau lebih. Ketika terjadi klaim di masa kini atas polis yang dibeli satu dekade lalu, nilai klaim yang dibayarkan tentu harus mempertimbangkan perbedaan tingkat harga dari waktu pembelian polis hingga saat klaim.
“Di sinilah pentingnya penyesuaian dalam kebijakan polis agar adil bagi pelanggan dan perusahaan. Kami harus menyesuaikan dengan tingkat harga terkini, bukan hanya berdasarkan harga masa lalu,” kata Eric.
Namun demikian, Eric menekankan bahwa fluktuasi seperti suku bunga dan inflasi merupakan bagian dari dinamika ekonomi yang normal. Perusahaan asuransi, lanjutnya, sudah semestinya mampu beradaptasi dengan kondisi tersebut dan menjadikannya bagian dari perencanaan strategis.
Baca Juga: Industri Asuransi Syariah Indonesia Masih Tertinggal dari Malaysia, Ini Faktor Penyebabnya
Pemerintah Dorong Kepemilikan Rumah, Permintaan Asuransi Meningkat
Terkait kebijakan pemerintah yang mendorong peningkatan kuota perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah, Eric melihat langkah tersebut sebagai program sosial yang sangat penting. Ia menilai program ini tidak hanya bermanfaat untuk kesejahteraan masyarakat, tetapi juga berpotensi meningkatkan permintaan terhadap produk asuransi properti.
“Meskipun bukan fokus utama kami, tentu ada potensi pertumbuhan permintaan. Setelah seseorang memiliki rumah atau apartemen, maka mereka ingin melindunginya dari risiko kerusakan. Di sinilah kami hadir,” ujar Eric.
Namun, ia menekankan bahwa manfaat utama tetap harus dirasakan oleh masyarakat, bukan semata-mata oleh perusahaan asuransi. Menurutnya, pertumbuhan bisnis Sompo hanya bisa terjadi bila produk yang ditawarkan benar-benar memenuhi kebutuhan masyarakat dan memiliki harga yang terjangkau.
Pertumbuhan Premi Bukan Target Utama
Eric menegaskan bahwa Sompo Insurance tidak menargetkan pertumbuhan premi sebagai tujuan utama bisnis. Sebaliknya, perusahaan berfokus pada penyediaan produk yang bermanfaat dan relevan untuk masyarakat. Bila produk yang ditawarkan tepat guna, sesuai kebutuhan, dan terjangkau, maka pertumbuhan bisnis akan terjadi secara alami.
“Kami tidak berpikir soal manfaat kami terlebih dahulu. Kami akan selalu diuntungkan bila pelanggan kami diuntungkan. Saat kami bisa memberikan produk yang memenuhi kebutuhan keamanan finansial mereka, maka kami juga akan berkembang,” kata Eric.
Eric mengutip prediksi bahwa ekonomi Indonesia akan tumbuh sekitar 5% tahun ini, dan pasar asuransi diperkirakan tumbuh 6%–8% berdasarkan data dari berbagai konsultan eksternal. Namun ia menekankan bahwa peran perusahaan asuransi bukan hanya mengikuti pertumbuhan itu, tetapi juga berkontribusi terhadapnya, salah satunya melalui edukasi literasi keuangan kepada masyarakat.
“Kami tahu penetrasi asuransi masih rendah. Oleh karena itu, kami ingin memberi kembali kepada masyarakat melalui edukasi. Kami ingin masyarakat memahami manfaat asuransi, mengapa penting, dan bagaimana asuransi bisa menjadi jaring pengaman dalam perencanaan keuangan mereka,” ujarnya.
Fokus pada Literasi dan Akses Seluruh Segmen Masyarakat
Sompo Insurance tidak hanya menyasar satu segmen pasar saja. Perusahaan menargetkan untuk menjangkau seluruh lapisan masyarakat, baik individu maupun korporasi. Produk yang disiapkan pun harus relevan, terjangkau, dan memberikan perlindungan nyata.
“Produk yang baik adalah produk yang dibutuhkan dan dimengerti masyarakat. Tidak ada gunanya menjual polis jika pelanggan tidak merasa aman atau tidak mendapatkan manfaat saat risiko terjadi,” pungkas Eric.
- Mulai Hari Ini, Berikut Cara Cek Bansos PKH Mei 2025
- Harga Bitcoin Tembus Rekor Tertinggi Baru, Apakah Akan Terus Naik?
- Peringatan Hari Kebangkitan Nasional di Tengah Keprihatinan
Komitmen Membayar Klaim Secara Adil
Pada akhirnya, seluruh strategi dan kebijakan Sompo Insurance berpusat pada satu hal: tanggung jawab untuk membayar klaim. Dalam kondisi ekonomi apapun, baik saat inflasi tinggi maupun ketika suku bunga berubah, Sompo menegaskan komitmennya untuk tetap menjalankan peran utamanya sebagai pelindung finansial bagi para pemegang polis.
“Produk asuransi hanya berguna bila ada komitmen untuk membayar klaim secara adil, baik bagi perusahaan maupun nasabah. Kami percaya, jika kami melakukan hal itu dengan benar, maka pertumbuhan akan datang dengan sendirinya,” tutup Eric Nemitz.