Kirim British Council - Panji 1.jpg
Tren Global

Faktor Ekonomi dan Kesehatan Dorong Petani Beralih ke Pertanian Organik

  • Faktor ekonomi dan kesehatan menjadi alasan utama petani beralih ke pertanian organik. Harga jual lebih tinggi dan dampak positif bagi lingkungan serta kesehatan menarik minat petani secara global.

Tren Global

Muhammad Imam Hatami

JAKARTA, TRENASIA.ID - Transformasi pertanian organik semakin menarik perhatian dunia, tidak hanya karena manfaatnya bagi lingkungan, tetapi juga karena potensi ekonominya. Petani diberbagai negara memiliki motivasi ekonomi dan kesehatan untuk menggenjot pertanian organik.

Selain itu, berbagai negara telah mencoba mengkombinasikan keunggulan teknologi, insentif kebijakan, dan peningkatan motivasi petani untuk mensuksesan adopsi sistem pertanian organik, baik di negara berkembang maupun negara maju.

Dilansir TrenAsia dari berbagai sumber, Selasa, 4 Agustus 2025, berikut sejumlah motivasi di balik penerapan pertanian organik yang diadopsi oleh berbagai negara,

Di Pakistan, program Pakistan Agricultural Technology Transfer Activity (PATTA) yang berlangsung dari 2017 hingga 2021 berhasil meningkatkan adopsi teknologi pertanian organik di kalangan petani kecil. 

Sebanyak 147.910 petani memperoleh manfaat melalui pelatihan, akses kredit, serta demonstrasi lapangan. Akses terhadap teknologi informasi dan komunikasi (ICT) seperti ponsel pintar dan aplikasi pertanian turut meningkatkan adopsi awal sebesar 72%. 

Baca juga : Anak Muda di Desa Pasirlangu Ubah Ancaman Krisis Iklim Jadi Peluang Pertanian

Kolaborasi dengan USAID dan lembaga keuangan juga berhasil memfasilitasi penjualan produk teknologi pertanian senilai US$29 juta, termasuk benih unggul dan pompa air hemat energi.

Sementara itu, di Amerika Serikat, pendekatan yang digunakan lebih berbasis insentif finansial dan teknologi presisi. Petani di negara bagian Iowa, misalnya, memanfaatkan subsidi dari program Environmental Quality Incentives Program (EQIP) yang memberikan dukungan teknis dan dana untuk praktik konservasi tanah serta pengurangan polusi. 

Motivasi Ekonomi

Dari sisi motivasi, faktor ekonomi terbukti menjadi pendorong paling kuat bagi petani untuk beralih ke pertanian organik. Insentif keuntungan finansial yang signifikan mendorong banyak petani mempertimbangkan ulang metode pertanian konvensional mereka. 

Di pasar Amerika Serikat, misalnya, harga jual produk organik tercatat 20-50% lebih tinggi dibandingkan produk pertanian konvensional. Kesenjangan harga ini menjadi daya tarik utama, apalagi ketika dikombinasikan dengan efisiensi operasional melalui penggunaan mesin presisi yang dapat mengurangi biaya produksi, menghemat input seperti pupuk dan air, serta meningkatkan hasil panen secara konsisten.

Hal serupa juga terlihat di Indonesia. Di Desa Rowosari, Jember, penerapan sistem pertanian organik pada komoditas padi menghasilkan pendapatan rata-rata mencapai Rp49 juta per hektare. 

Angka ini didorong oleh harga jual beras organik yang mencapai Rp15.000 per kilogram, jauh melampaui harga beras konvensional yang berkisar antara Rp8.000 hingga Rp10.000/kg. 

Selain nilai jual yang lebih tinggi, petani di daerah tersebut juga mulai merasakan pengurangan biaya jangka panjang, karena ketergantungan terhadap pupuk kimia dan pestisida sintetis berkurang secara signifikan.

Baca juga : Gempuran Produk Impor AS Bisa Lumpuhkan Petani RI, CORE: Kita Rugi

Motivasi Kesehatan

Selain ekonomi, alasan kesehatan dan kepedulian terhadap lingkungan juga mendorong perubahan. Petani gandum di Iowa, misalnya, memilih metode organik untuk menghindari paparan bahan kimia berbahaya. 

Di Cisayong, Tasikmalaya, sebanyak 72% petani menyatakan beralih ke pertanian organik karena khawatir terhadap degradasi tanah akibat penggunaan pupuk kimia. Regulasi ekspor seperti EU AI Act bahkan turut memengaruhi adopsi standar pertanian organik yang mencakup audit etika dan tata kelola algoritma.

Namun, tantangan tetap ada. Di Cisayong, hanya 28 dari 135 petani (20,7%) yang bertahan pada 2024 karena fluktuasi permintaan dan ketatnya persaingan antar produsen daerah. Di sisi lain, keterbatasan infrastruktur seperti akses irigasi di Pesawaran, Lampung, juga menghambat perluasan lahan pertanian organik.

Baca juga : Anak Muda di Desa Pasirlangu Ubah Ancaman Krisis Iklim Jadi Peluang Pertanian

Dampak Ekonomi

Secara ekonomi, pertanian organik terbukti berkelanjutan. Analisis SWOT terhadap usaha tani organik di Rowosari menunjukkan posisi pada kuadran “kuat-berpeluang” dengan skor IFAS 3.20 dan EFAS 3.26. 

Ini menunjukkan bahwa model bisnis organik memiliki potensi besar untuk dikembangkan lebih lanjut, khususnya jika didukung oleh tren pasar yang mengutamakan pangan sehat. Petani organik di AS juga mencatat peningkatan efisiensi pemupukan sebesar 40%, yang berarti penghematan signifikan dalam biaya input.

Di sisi lingkungan, pertanian organik secara konsisten menunjukkan dampak positif. Praktik ini mampu mengurangi polusi air dari sumber pertanian sebesar 30-50% melalui integrasi pengelolaan kesuburan tanah yang lebih ramah lingkungan.