
Gunung Lewotobi Erupsi, Tunda Liburanmu ke Labuan Bajo
- Gunung Lewotobi yang terletak di di kawasan Nusa Tenggara Timur menyimpan legenda di dalamnya. Gunung Kembar Lewotobi yang terletak di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), adalah gunung berapi kembar yang terdiri dari dua puncak, yaitu Gunung Lewotobi Laki-laki dan Gunung Lewotobi Perempuan.
Tren Leisure
JAKARTA – Publik dikejutkan dengan erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki pada Selasa, 17 Juni 2025. Erupsi tersebut terjadi pada pukul 17.35 WITA, dengan kolom abu membumbung hingga sekitar 10.000 meter di atas puncak gunung, atau sekitar 11.584 meter di atas permukaan laut.
Kolom abu berwarna kelabu pekat menyebar ke berbagai arah, disertai dengan luncuran awan panas yang menjalar ke segala arah.
Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menaikkan tingkat aktivitas Gunung Lewotobi Laki-Laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), ke level IV atau status awas. Peningkatan status ini mulai berlaku pada Selasa, sejak pukul 15.00 WITA.
Menanggapi peristiwa erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, PGS General Manager Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Wahyudi, menyampaikan seluruh instansi komunitas bandara telah menjadikan peristiwa tersebut sebagai atensi bersama.
“Sejak menerima informasi Gunung Lewotobi kembali aktif, kami telah menyiagakan personil untuk berkoordinasi aktif dan melaksanakan aerodrome observation melalui paper test untuk melihat ada atau tidaknya sebaran abu vulkanik di wilayah bandara,” ungkapnya.
- Trading di Tengah Jam Kerja: Saatnya Jam Bursa Lebih Fleksibel untuk Milenial
- Kembali Digelar! Intip Syarat Masuk PRJ 2025 Secara Gratis
- Harga Emas Terkoreksi, Analis Soroti Peluang di Saham ANTM dan MDKA
Hingga pukul Rabu, 18 Juni 2025 pukul 08.00 WITA hasil paper test negatif tidak ditemukan adanya abu vulkanik sehingga sampai saat ini operasional penerbangan di Bandara I Gusti Ngurah Rai berjalan normal.
Sementara, berdasarkan data yang diterima hingga Rabu, pukul 09.30 WITA, sejumlah maskapai yang melayani rute penerbangan ke Singapura dan Australia memutuskan untuk membatalkan jadwal penerbangannya.
Total terdapat 12 penerbangan internasional dan 5 penerbangan domestik yang dibatalkan akibat aktivitas erupsi gunung.
Dari 12 penerbangan internasional tersebut, rinciannya meliputi 3 dari Singapura, 2 dari Melbourne, 2 dari Brisbane, serta masing-masing 1 dari Adelaide, Sydney, Pudong, Auckland, dan Delhi. Sementara itu, 5 penerbangan domestik yang dibatalkan terdiri atas 4 rute menuju Labuan Bajo dan 1 rute dari Semarang.
Sebelumnya, pada 17 Desember 2023, status Gunung Lewotobi Perempuan dan Gunung Lewotobi Laki-Laki meningkat dari Normal menjadi Waspada. Namun, pada 23 Desember 2023, Gunung Lewotobi Laki-Laki mengalami erupsi dan mengeluarkan material vulkanik berupa belerang.
Letusan terus berlangsung hingga malam pergantian tahun pada 1 Januari 2024 pukul 00.00 Wita. Akibat aktivitas tersebut, Pos Pemantauan Gunung Lewotobi Laki-Laki menaikkan statusnya dari Level II (Waspada) menjadi Level III (Siaga).
Mulai Erupsi Tahun 1932
Diketahui, kedua gunung ini kerap bergejolak sejak abad ke-20, membawa dampak tidak hanya bagi lingkungan sekitarnya, tetapi juga terhadap kehidupan masyarakat di Flores Timur.
Menurut vulkanolog John Seach dalam laman volcanolive.com, Lewotobi termasuk dalam jenis gunung berapi andesit yang terkenal dengan letusan magmatik eksplosif. Pada tahun 1932, Gunung Lewotobi Laki-Laki mulai menunjukkan aktivitas erupsi dengan mengeluarkan gas.
Setahun kemudian, tepatnya pada Desember 1933, terjadi lagi letusan dengan semburan abu yang cukup besar. Enam tahun setelahnya, pada 1939, letusan besar kembali terjadi, mencerminkan pola erupsi yang cukup khas.
Setelah lebih dari lima dekade tidak aktif, gunung ini kembali meletus pada tahun 1991, memunculkan aktivitas vulkanik yang cukup intens selama bulan Mei dan Juni. Letusan paling dahsyat tercatat terjadi pada tahun 1999. Saat itu, suara gemuruh dan lontaran lava pijar menjangkau radius hingga 500 meter dari kawah gunung.
Letusan tersebut juga memicu kebakaran hutan di area seluas lebih dari 2,5 kilometer, sementara abu vulkanik tersebar hingga 8 kilometer, memengaruhi wilayah seperti Boru, Bawalatang, dan Watukobu.
Legenda Gunung Lewotobi
Gunung Lewotobi yang terletak di di kawasan Nusa Tenggara Timur menyimpan legenda di dalamnya. Gunung Kembar Lewotobi yang terletak di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), adalah gunung berapi kembar yang terdiri dari dua puncak, yaitu Gunung Lewotobi Laki-laki dan Gunung Lewotobi Perempuan.
Gunung Lewotobi memiliki nama asli Ile Bele, yang berarti Gunung Besar. Masyarakat adat Desa Nawokote di Kecamatan Wulanggitang meyakini dua gunung api kembar yang berdampingan tersebut merupakan perwujudan dari nenek moyang laki-laki dan perempuan.
Penduduk setempat menganggap kedua gunung tersebut sebagai lambang pasangan suami istri, dengan Gunung Lewotobi Laki-laki memiliki ketinggian 1.584 meter di atas permukaan laut, sementara Gunung Lewotobi Perempuan lebih tinggi, yaitu 1.703 meter.
Legenda menceritakan tentang sepasang suami istri bernama Puka dan Tobi yang hidup berdampingan. Puka dan Tobi sepakat bahwa jika anak perempuan lahir dari keluarga Puka, maka Puka akan dianggap sebagai Mame (Om) bagi Tobi. Sebaliknya, jika anak laki-laki lahir dari keluarga Tobi, Tobi akan menjadi Opu (Ipar) bagi Puka.
Saat anak perempuan lahir dari Tobi, Puka merasa memiliki tanggung jawab sebagai Mame. Ia pun berusaha membangun sebuah gunung dari pasir dan batu, namun usahanya tidak berhasil. Kemudian, suku Tobi datang membantu dengan menambahkan tempurung di puncak gunung yang sedang dibangun oleh Puka.
- Turun Lagi, Segini Harga Emas Antam Rabu, 18 Juni 2025
- Tarik-Ulur Rencana Moratorium Kenaikan Cukai Rokok
- Harga Sembako di DKI Jakarta Rabu, 18 Juni 2025, Ikan Kembung Naik, Beras Setra I/Premium Turun
Masyarakat Suku Puka masih menjaga tradisi penghormatan terhadap Suku Tobi melalui upacara adat yang dikenal sebagai Tuba Ile. Dalam ritual ini, kedua suku memberikan sesajen kepada nenek moyang sebagai wujud pengakuan atas hubungan sejarah yang terjalin antara kedua suku tersebut.
Gunung ini menjadi simbol identitas budaya dan spiritual bagi masyarakat Flores Timur.
Kisah Gunung Lewotobi bukan sekadar warisan budaya setempat, melankan juga mencerminkan keunikan tradisi yang dimiliki oleh warga sekitarnya.