PLT EBT
Tren Ekbis

Energi Vs Bonus Demografi: Menilik Serapan Pekerja di Sektor ESDM 2025

  • Sektor Energi, Mineral, dan Batu-bara (ESDM) tampak menggeliat di paruh pertama 2025. Realisasi investasi tercatat melonjak menjadi US$13,9 miliar atau setara Rp225,8 triliun (kurs Rp16.200 per dolar AS). Sejauh mana menggenjot serapan pekerja?

Tren Ekbis

Debrinata Rizky

JAKARTA, TRENASIA.ID — Sektor Energi, Mineral, dan Batu-bara (ESDM) tampak menggeliat di paruh pertama 2025. Realisasi investasi tercatat melonjak menjadi US$13,9 miliar atau setara Rp225,8 triliun (kurs Rp16.200 per dolar AS). Angka ini naik 24% year-on-year (YoY) dan nilai investasi terbesar dalam lima tahun terakhir.  

Di saat yang sama, pemerintahan menyodorkan deretan proyek hilirisasi dan infrastruktur energi yang ambisius. Cukupkah ini untuk menyerap gelombang angkatan kerja muda Indonesia yang disebut bonus demografi?

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyatakan dari capaian invetasi itu, total penyerapan tenaga kerja di subsektor migas, minerba, ketenagalistrikan, dan energi baru terbarukan (EBT) selama semester I-2025 mencapai 753.578 orang.

"Penyerapan tenaga kerja selama semester I 2025 di Sektor Migas, Minerba, Ketenagalistrikan, dan Energi Baru Terbarukan sebanyak 753.578 orang," katanya dalam Paparan Kinerja Sektor ESDM Semester I-2025 pada Senin, 11 Agustus 2025.

Menurut Bahlil, sektor ESDM yang masih menjanjikan dari sisi penciptaan lapangan kerja jangka menengah-panjang adalah program hilirisasi. Sepanjang semester I-2025 sektor ESDM mencatat ada 18 proyek hilirisasi prioritas yang berpotensi menyerap 273.636 tenaga kerja dengan kebutuhan investasi mencapai Rp618,3 triliun.

Proyek Hilirisasi Prioritas

Dari capaian serapan tenaga kerja ini didukung oleh proyek hilirisasi prioritas. Dari sisi hilirisasi ada ekspansi dengan precious metal refinery 6000 ton per tahun melalui smelter emas PT Freeport Indonesia.

Lalu proyek yang sudah diresmikan ada ekosistem industri baterai listrik terintegrasi di Karawang, Jawa Barat dengan kapasitas 15 GWh. Posisi strategis mengingat Indonesia adalah produsen nikel terbesar dunia serta perluasan smelter dan fasilitas pengolahan lainnya.

Dari sisi proyek-proyek besar smelter, pabrik baterai, PLTA atau PLTP, lapangan migas memang menciptakan pekerjaan massal selama fase konstruksi. Namun banyak posisi teknis menuntut keterampilan khusus seperti mekanikal, elektrikal, kontrol proses, rekayasa reservoir, manajemen baterai.

Baca Juga: Era Baru Energi Terbarukan: Kenapa Saham Komoditas Ramai-Ramai Bikin PLTS?

Lalu proyek strategis di migas ada Akatara Gas Processing Facility di Jambi dengan kapasitas produksi gas 25,7  MMSCFD, LPG 185 MT/day, dan kondensat 1.098 BOPD. Lapangan Forel Terubukdi Offshore Laut Natuna dan Lapangan Banyu Urip Infill Clastic di Bojonegoro.

Peresmian Proyek Strategis Ketenagalistrikan dan Energi Baru Terbarukan ada Proyek Strategis Ketenagalistrikan, PLTA Jatigede, Sumedang dan Pembangunan dan Pengoperasian PLT EBT, Pembangkit EBT tersebar di 15 Provinsi dengan total kapasitas PLTP 350 MW dan PLTS 27 MWp.