
Ekspor Batu Bara Anjlok, Target PNPB Terkoreksi Rp15 Triliun
- Ekspor batu bara RI turun 4,65% pada awal 2025. China kurangi impor hingga 30%, pemerintah genjot pasar ASEAN dan hilirisasi energi.
Tren Global
JAKARTA - Ekspor batu bara Indonesia menghadapi tekanan signifikan sepanjang paruh pertama tahun ini, dipicu melemahnya permintaan dari pasar utama seperti China dan India. Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), volume ekspor nasional periode Januari–Mei 2025 turun 4,65% secara tahunan (YoY) menjadi 156,37 juta ton.
Sementara itu nilai ekspor anjlok 19,1% menjadi US$10,26 miliar, dibandingkan US$12,68 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Penurunan ini terutama disebabkan oleh anjloknya impor batu bara China, yang pada Juni 2025 tercatat turun 26% YoY menjadi 33 juta ton, level terendah sejak Februari 2023.
Impor batu bara dari Indonesia ke China bahkan jatuh 30%, karena Negeri Tirai Bambu lebih mengandalkan produksi domestik yang mencapai rekor, serta beralih ke pemasok seperti Mongolia dan Rusia yang menawarkan batu bara kalori tinggi dengan biaya logistik lebih kompetitif.
Sebaliknya, sebagian besar batu bara Indonesia adalah lignit atau batubara berkalori rendah yang saat ini kurang diminati. Tak hanya batu bara termal, impor batubara kokas China, yang digunakan dalam industri baja juga menurun 7,7% YoY, meski ada kenaikan dibanding bulan sebelumnya.
China memprioritaskan batu bara lokal yang harganya menyentuh titik terendah dalam empat tahun terakhir, didukung kontrak jangka panjang serta kebijakan peralihan energi ke sumber terbarukan.
Baca Juga : Ini 7 Perusahaan Batu Bara yang Wajib Hilirisasi
Diversifikasi Pasar dan Strategi Adaptasi
Untuk merespons tekanan pasar, pemerintah dan pelaku industri batubara Indonesia memperkuat diversifikasi ekspor, terutama ke Asia Tenggara. Negara-negara seperti Vietnam, Filipina, dan Thailand menunjukkan pertumbuhan permintaan untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).
ASEAN diperkirakan akan menyumbang hingga 15% dari total ekspor tahun ini, naik dari sebelumnya. Di sisi lain, ekspor ke India, yang mencakup 27% dari pangsa ekspor Indonesia juga turun 14,3% YoY karena peningkatan produksi dalam negeri.
Sementara itu, tantangan lain juga muncul dari kebijakan Harga Batubara Acuan (HBA). Beberapa pembeli internasional menilai skema HBA kurang adaptif terhadap dinamika pasar global.
Bahkan, sejumlah importir China dikabarkan mengancam pembatalan kontrak. Pemerintah mempertimbangkan revisi frekuensi pembaruan HBA menjadi dua kali sebulan guna meningkatkan daya saing.
Target PNBP Terkoreksi, Potensi Hilirisasi Meningkat
Penurunan ekspor turut memengaruhi pendapatan negara. Pemerintah merevisi target Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sektor minerba menjadi Rp254 triliun, dari sebelumnya Rp269,65 triliun atau selisih Rp15 triliun. Sektor pertambangan diproyeksikan menyumbang Rp124,5 triliun.
Hingga Juni 2025, realisasi ekspor batubara mencapai 238,64 juta ton, atau 47,7% dari target tahunan sebesar 500 juta ton — lebih rendah dibanding capaian 555 juta ton pada 2024.
Meski demikian, peluang tetap terbuka. Harga batubara internasional menunjukkan tren pemulihan, sempat mencapai US$139/ton pada November 2024. Pemerintah juga mempercepat hilirisasi batubara, termasuk proyek gasifikasi batubara menjadi DME (dimethyl ether) untuk meningkatkan nilai tambah sekaligus mengurangi ketergantungan pada ekspor mentah.
Baca Juga : Ini Harga Batu Bara Acuan Terbaru Periode II Bulan April 2025
Ekspor batubara Indonesia tahun 2025 diproyeksikan tetap di angka 500 juta ton, namun target ini sangat bergantung pada permintaan China dan India. Jika tren pelemahan berlanjut, risiko tidak tercapainya target PNBP semakin nyata.
Pemerintah menyiapkan langkah antisipatif seperti membuka pasar baru di Asia Selatan (Bangladesh dan Pakistan), serta meningkatkan kualitas batubara agar mampu menembus pasar premium.
Langkah China yang berencana menutup tambang berkapasitas berlebih juga dinilai sebagai peluang, karena dapat mengurangi pasokan lokal mereka dan membuka celah bagi ekspor batubara Indonesia.